MIRACLE IN DECEMBER
[SEQUEL 'MISTAKE']
Author: ParkByun92
Cast: ChanYeol, BaekHyun, and OCs.
Disclaimer: All the cast excluded OCs belong to their management, fans, and families
YAOI!
Enjoy Readers!
SORRY FOR TYPO!
Summary: Kisah ini menceritakan penyesalan terdalam Park ChanYeol sepanjang hidupnya. Park ChanYeol telah kehilangan-nya. Dia yang selalu dihati dan fikiran Park ChanYeol. Akankah dia kembali pada ChanYeol? Ataukah, selamanya ChanYeol hanya bisa berangan-angan kembali padanya.
*Miracle In December*
Hanya 1 keinginanku saat ini..
.
Tuhan, kembalikan dia padaku. Biarkanlah dia tetap mencitaiku, seperti aku mencintainya.
*Miracle In December*
Washington D.C., America
"Mama."
Panggil batita berumur 2 tahun yang berlari kecil sambil membawa boneka Loppy –karakter animasi kesukaannya. Namja dewasa yang berada dikamar itu menolehkan wajahnya lalu tersenyum melihat wajah cantik sang putri.
"Ada apa sayang..?."
Batita itu berusaha menaiki ranjang, setelah berhasil ia duduk bersila dengan Loppy di pangkuannya.
"Mama Mwoya?."
"Mama sedang memasukkan baju Aleyna ke dalam koper."
Batita itu bernama Aleyna. Kalian pasti tau siapa itu Aleyna, yeah.. Aleyna anak dari Wu Baixian –Byun BaekHyun. Diumur Aleyna yang akan beranjak 3 tahun, Aleyna menjadi Yeoja yang sangat cantik. Gen kedua orang tuanya sangat berpengaruh pada perkembangan Aleyna. Mungkin secara fisik, Aleyna lebih mirip ayahnya. Tapi watak Aleyna sangat lembut seperti ibunya. Aleyna menjadi gadis kecil yang sempurna.
"Kenapa baju Aley dimasukkan koper?."
BaekHyun tersenyum. "Karena kita akan pindah sayang."
Aleyna berfikir sejenak. Pindah?
"Pindah Eodiseo?."
Senyum cerah BaekHyun menghilang saat sang putri bertanya kemana mereka akan pindah. Apakah BaekHyun harus jujur pada anaknya? Bukannya BaekHyun tidak mau memberitahu Aleyna, BaekHyun hanya takut Aleyna bertanya tentang seseorang yang tidak ingin BaekHyun bicarakan.
BaekHyun menghampiri Aleyna lalu duduk disamping Yeoja kecil itu. BaekHyun mengelus lembut rambut coklat Aleyna. Pandangan BaekHyun menjadi sendu saat Aleyna menatap BaekHyun dengan harapan besar.
"Kita.. kita akan pindah ke Seoul."
"Seoul?." Tanya Aleyna dengan nada antusiasnya. BaekHyun hanya mengangguk sambil menunjukkan senyum kecilnya.
"Apa kita akan bertemu Halabeoji dan Halmeoni?."
"Aley ingin bertemu Halabeoji dan Halmeoni?." Tanya BaekHyun yang senang mendengar nada antusias Aleyna.
Aleyna mengangguk mantap. BaekHyun tertawa kecil lalu menghadiahi Aleyna dengan kecupan di pipi kanannya. Aleyna terkikik geli saat BaekHyun menciumnya tanpa henti.
"Ya, Aley akan bertemu Halabeoji dan Halmeoni."
"Yeay!." Aleyna berteriak senang. BaekHyun tersenyum melihat tawa Aleyna. Setiap Aleyna tertawa, kebahagian BaekHyun terasa lengkap. Sejak Aleyna lahir, selalu Aleyna yang menjadi alasan BaekHyun hidup dengan baik.
"Kalau begitu biarkan Mama membereskan semua itu, Aleyna duduk disini dulu okey?."
Aleyna menganggguk. BaekHyun bangkit dari ranjang lalu kembali berkutat dengan pakaian Aleyna. Beberapa menit kemudian BaekHyun sudah sibuk dengan kebutuhannya, tanpa tau Aleyna menatap punggungnya dengan cemberut. Sebenarnya Aleyna mempunyai satu pertanyaan untuk sang ibu, tapi Aleyna takut pertanyaan itu akan membuat sang ibu sedih. Aleyna hanyalah anak kecil yang rasa keingintahuannya begitu besar.
"Mama.." Panggil Aleyna dengan suara lirih.
"Hmm.."
"Aleyna ingin bertanya, tapi Mama jangan sedih."
BaekHyun menolehkah wajahnya pada Aleyna sebentar lalu mengangguk. Masih berkutat dengan kebutuhannya BaekHyun menunggu Aleyna menanyatakan sesuatu padanya.
"Mama.. di Seoul nanti, apa kita akan bertemu Daddy?."
Tubuh BaekHyun menegang sempurna. Inilah ketakutan BaekHyun. Aleyna bertanya soal ayahnya. Selama ini BaekHyun selalu menutup erat akan kehadiran sang ayah di hidup Aleyna, tapi beberapa bulan yang lalu BaekHyun terkejut saat Aleyna bertanya soal ayahnya.
BaekHyun tidak tau harus menjawab apa.
*Miracle In December*
Flashback
Pukul 9 malam di apartment milik BaekHyun begitu sepi. Pukul 9 memang jam tidur untuk Aleyna, tapi kali ini berbeda. BaekHyun heran saat sang anak tidak juga tidur, padahal BaekHyun sudah menyusui Aleyna, BaekHyun juga sudah menyanyikan lagu kesukaan Aleyna. Tapi tetap saja Aleyna tidak memejamkan matanya.
"Aley, kenapa tidak tidur sayang? Aley tidak mengantuk?." Tanya BaekHyun pada Aleyna yang tidur di ketiak BaekHyun.
Aleyna menggeleng dengan sorot mata menatap sang ibu.
"Kenapa Aleyna tidak mengantuk? Aleyna ingin Mama menyanyi lagi?."
Aleyna kembali menggeleng. BaekHyun heran saat melihat kedua mata Aleyna berkaca-kaca. Sesuatu telah terjadi pada anaknya, BaekHyun yakin itu.
"Aleyna kenapa hmm? Cerita pada Mama."
Aleyna menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya pada ketiak sang ibu. BaekHyun menggapai tangan kiri Aleyna lalu mengecupnya berkali-kali. BaekHyun paham kenapa Aleyna seperti ini. Aleyna ingin menanyakan sesuatu tapi dia takut akan reaksinya. BaekHyun yakin dengan membiarkan Aleyna rileks bisa membuat Yeoja mungil itu bercerita.
"Ada apa hmm? Ada teman Aleyna yang nakal? Mama tidak akan marah sayang, coba sekarang Aley bercerita pada Mama."
Aleyna kembali mendongakkan kepalanya menatap sang ibu.
"Mama."
"Hmm?."
"Apa Aleyna punya Daddy?."
Dari sekian lama BaekHyun menutup kehidupan Namja itu, hari ini BaekHyun dibuat terkejut dengan pertanyaan Aleyna. Darimana Aleyna mendapatkan kata 'Daddy'?. BaekHyun memang sudah memprediksi jika cepat atau lambat Aleyna akan bertanya tentang ayahnya, tapi tidak secepat ini. Tidak ketika Aleyna berumur 2 tahun.
"Kenapa gadis kecil Mama bertanya seperti itu?."
"Aleyna ingin punya Daddy. Teman-teman Aley semuanya punya Daddy."
Sekarang BaekHyun tau darimana Aley mendapatkan kata 'Daddy'. BaekHyun menatap sendu anaknya yang kembali menyembunyikan wajahnya diketiaknya. BaekHyun tau jika Aleyna pasti iri pada teman-temannya yang mempunyai orang tua lengkap. Selama ini BaekHyun memang tidak pernah setuju jika Aleyna dititipkan di penitipan anak ketika ia bekerja, tapi tempat ia bekerja tidak memperbolehkan membawa anak. Jika menitipkan ke Kris maupun Tao, mereka berdua juga bekerja. Dan dengan berat hati BaekHyun harus rela Aleyna dititipkan di penitipan anak.
Tapi lihatlah sekarang, karena itu Aleyna harus iri dengan teman-temannya karena selalu dijemput kedua orang tuanya.
"Kenapa Aleyna sedih? Aley bisa menganggap Mama sebagai Daddy. Selama ini Aleyna senang kan hanya memiliki Mama? Lalu kenapa sekarang Aley ingin punya Daddy?."
"Aley ingin punya Daddy. Mama tetap Mama Aleyna. Mama tidak bisa menjadi Daddy."
BaekHyun mengangkat badan Aleyna lalu mendudukannya di pangkuan. BaekHyun tersenyum bibir Aleyna yang melengkung ke bawah. Hidung Aleyna juga memerah karena menahan tangis. Anaknya memang sangat manis.
"Aley ingin punya Daddy. Aleyna punya Daddy kan, Mama?."
BaekHyun tidak tau harus menjawab apa, karena BaekHyun ingin Aleyna tidak mengenal ayahnya sampai kapanpun. BaekHyun hanya takut jika BaekHyun mengenalkan siapa ayahnya, Namja itu tidak akan menerima Aleyna dan membuat anaknya bersedih. Kebahagian Aleyna, kebahagian BaekHyun juga. Kesedihan Aleyna, kesedihan BaekHyun juga.
"Mama, kenapa diam? Aley punya Daddy kan? Mama jawab Aley.."
Bola mata BaekHyun bergerak gelisah. Apa harus ia menceritakan dia pada Aleyna.
"Mama… Aley ingin punya Daddy. Mama…"
BaekHyun tersentak saat melihat air mata Aleyna berjatuhan. Apa rasanya sesakit ini melihat Aleyna memohon mohon padanya soal siapa ayah?. Air mata Aleyna adalah kelemahan BaekHyun. Dengan tarikan nafas panjang, pada akhirnya BaekHyun harus jujur.
"Aleyna punya Daddy."
3 kata yang membuat Aleyna berhenti menangis.
"Jinjjayo?."
BaekHyun tersenyum. "Ya sayang.. Aleyna punya Daddy. Tapi Daddy sedang bekerja disana, tempatnya jauh sekali."
Aleyna menghapus ingus yang menetes dengan punggung tangannya. Ia begitu antusias saat sang ibu berkata jika ia mempunyai Daddy. BaekHyun memang memutuskan untuk jujur, BaekHyun tidak mau membohongi Aleyna terlalu jauh. Ia tidak ingin besar nanti Aleyna akan membencinya karena BaekHyun tidak pernah jujur soal sang ayah.
"Kenapa Daddy tidak pernah pulang?."
"Karena tempatnya sangat jauh. Daddy sangat sibuk. Jadi, Daddy tidak bisa pulang."
Aleyna cemberut lucu. "Aleyna sering nakal ya Mama? Daddy tidak mau pulang karena Aleyna nakal."
BaekHyun dengan cepat menggeleng.
"Anak Mama tidak pernah nakal. Daddy tidak bisa pulang karena tempatnya jauh."
Aleyna tersenyum lalu bersandar pada dada BaekHyun. BaekHyun dengan lembut mengelus punggung Aleyna, sekekali juga BaekHyun mengecup kening Aleyna.
"Aley senang masih punya Daddy. Mama gomawo."
"Aley jangan sedih lagi ya, disini Mama selalu bersama Aleyna. Anyting for you."
"Thank you Mama. I love you."
Dan setelah itu Aleyna tertidur di dada BaekHyun saat BaekHyun kembali menyanyikan sebuah lagu.
Tanpa sadar air mata BaekHyun menetes saat mengingat percakapan keduanya beberapa menit yang lalu. BaekHyun berucap maaf berkali-kali. Selama ini selalu membohongi Aleyna. BaekHyun belum bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Dan semua ini akan berlanjut sampai Aleyna mengetahui siapa ayahnya.
Flashback Off
*Miracle in December*
"Mama marah ya karena Aley bertanya tentang Daddy?."
BaekHyun tersadar akan keterkejutannya. BaekHyun segera menutup koper Aleyna saat barang-barang Aleyna telah lengkap. BaekHyun kembali berjalan menghampiri Aleyna lalu berjongkok didepan ranjang. BaekHyun tersenyum melihat wajah Aleyna yang cemberut.
"Kenapa Mama harus marah? Mama tidak marah."
"Tapi kenapa Mama tidak menjawab pertanyaan Aley?."
BaekHyun mengecup punggung tangan Aleyna. "Mama hanya terkejut. Ah.. Aley belum makan siang kan? Kajja, Mama akan memasakkan sesuatu untuk Aleyna."
Aleyna mengangguk antusias. Seakan lupa dengan pertanyannya, Aleyna menjulurkan kedua tangannya minta gendong. BaekHyun terkekeh geli lalu menggendong Aleyna menuju dapur. Selalu saja begini jika Aleyna bertanya soal ayahnya. BaekHyun akan mengalihkan perhatian Aleyna.
*Miracle In December*
Seoul, South Korea
Namja tinggi itu tetap menatap kosong jendela ruanganya meskipun waktu sudah berjalan lebih dari 30 menit. Entah apa yang ia fikirkan hingga ia rela membuang waktunya hanya untuk menerawang jauh disana. Padahal semua orang tau jika Namja ini penggila kerja. Tapi apa yang dilakukannya ini berbanding terbalik dengan apa orang katakan.
Dia Park ChanYeol. Namja yang penuh kesuksesan. Parasnya yang tampan, kekayaannya yang berlimpah, dan popuritasnya dimana-mana. Siapa yang tidak Park ChanYeol? Direktur yang paling dingin diseluruh kota Seoul. Bahkan sorot matanya yang tajam begitu menakutkan bagi semua orang.
CEKLEK
ChanYeol tersadar dari lamunannya saat seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. ChanYeol tidak suka tanpa adanya sopan santun. Tapi ketika melihat siapa yang memasuki ruangannya, ChanYeol hanya memutar bola matanya kesal.
"Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?!." Desis ChanYeol begitu tajam.
Namja yang masuk ke ruangan ChanYeol hanya menyeringai miring.
"Memangnya kenapa jika aku tidak mengetuk pintu? Kau takut ketahuan jika kau sedang melamun."
ChanYeol hanya diam lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Namja itu, Kai. Kai bukanlah teman, sahabat, atau seseorang yang dekat dengan Park ChanYeol. Kai hanyalah bawahan ChanYeol yang selalu seenaknya sendiri. Untung saja Kai pintar, jika tidak mungkin Park ChanYeol akan memecat Kai karena ketidak sopanan Namja itu.
"Ck, jangan pura-pura sibuk Park. Percuma kau sibuk pekerjaan jika didalam otakmu itu ada seseorang yang sedang kau rindukan."
"Shut up Kai! Keluar dari ruanganku jika kau tidak mempunyai kepentingan apa-apa!."
ChanYeol begitu geram pada bawahannya ini yang selalu memojokkan ketika mereka berdua bertemu. Selalu saja! Selalu saja Kai bisa membaca pikiran Park ChanYeol. Dan ChanYeol benci itu. ChanYeol benci saat Kai, SeHun, dan LuHan menatapnya remeh. Semuanya memang salahnya tapi bisakah ketiga orang itu tidak membicarakan sesuatu yang menjadi beban bagi Park ChanYeol(?)
"Okey okey kali ini aku tidak akan mengganggumu. Aku menemuimu hanya ingin membahas proyek baru kita. Jadi, aku perlu dana untuk itu. Tidak banyak, aku hanya memperlukan daya tambahan untuk mobil keluaran terbaru perusahaan ini."
"Berapa yang kau mau?."
Kali ini ChanYeol mencoba rileks. Ini hanya soal pekerjaan, tidak berat.
"Cukup 40 juta. Tapi aku punya rencana bagus untuk ini, aku hanya memasang daya tambahan di 50 mobil. Ini bisa menjadi mobil limited edision."
ChanYeol menganggukkan kepalanya mengerti. Bisa dibilang otak Kai memang cerdas, bahkan ChanYeol tidak pernah berfikir akan rencana ini. ChanYeol mengambil chek di laci mejanya lalu menulis nominal uang yang Kai mau. ChanYeol memang mempercayakan semuanya pada Kai, karena Kai memang sudah lama bekerja untuk ChanYeol.
"Laksanakan tugasmu dan satu lagi Kai! Ketuk pintu sebelum masuk ruanganku!."
Kai hanya memutar bola matanya malas, sudah puluhan kali ChanYeol menyuruhnya mengetuk pintu dulu sebelum masuk.
Menurut Kai hidup ChanYeol begitu pasif, sangat membosankan, maka dari itu Kai mencoba membuat ChanYeol lebih aktif, caranya dengan membuat ChanYeol kesal. Caranya memang sedikit aneh, tapi itu berhasil membuat ChanYeol sedikit terbuka pada Kai. Meskipun hanya 10%, tapi tak apa semua itu peningkatan untuk hidup ChanYeol.
Kai melangkahkan kakinya menuju pintu ruangan ChanYeol. Sebelum Kai keluar, Kai menolehkan wajahnya pada ChanYeol yang sibuk dengan layar laptopnya. Kai tau, meskipun ChanYeol terlihat sibuk sebenarnya ia memikirkan seseorang yang tidak tau dimana keberadaannya sekarang.
"Yeol, sebaiknya kau mencari pengganti untuk mengurus hidupmu."
ChanYeol mendongakkan kepalanya menatap Kai bingung. "Kau bicara apa?."
"Aku tidak ingin kau terus berharap padanya, sudah 3 tahun dan kau belum juga tau keberadaannya. Lepaskan dia. Dia mungkin sudah bahagia. Menurutku kau hanya sia-sia menunggu seperti ini."
"Kai sebaiknya kau keluar, aku–"
"Terserah apa katamu, jika aku jadi kau.. aku akan melepaskannya demi kebahagiannya. Karena kebahagian cinta kita, kebahagian kita juga."
Dan setelah itu Kai pergi meninggalkan ruangkan ChanYeol.
ChanYeol mengusap wajahnya kasar. Selalu saja seperti ini. ChanYeol memang belum berhasil menemukannya, tapi bukan berarti ChanYeol melepaskannya begitu saja. Biarkan ChanYeol memperbaiki semua kesalahannya terlebih dahulu, tak peduli bagaimana reaksi dia pada ChanYeol. Karena ChanYeol begitu mencintainya.
*Miracle In December*
BaekHyun tersenyum melihat Aleyna yang kesulitan memakai tas punggungnya. BaekHyun mendekati Aleyna dan membantu gadis kecilnya. Aleyna tersenyum pada BaekHyun saat tas punggung Aleyna terpasang apik dipunggunnya.
Malam ini BaekHyun dan Aleyna akan terbang ke Seoul, sedari tadi sore Aleyna sudah sangat antusias untuk pergi. Disaat BaekHyun bertanya kenapa Aleyna sangat senang akan pindah ke Seoul, jawaban Aleyna membuat BaekHyun hanya tersenyum miris. Lagi-lagi tentang ayahnya. Aleyna bilang ia ingin cepat-cepat ke Seoul karena Aleyna ingin bertemu dengan ayahnya. Meskipun BaekHyun telah berkata jika sang ayah tidak berada di Seoul, Aleyna tetap yakin jika ayahnya akan menyusul ke Seoul.
"Gadis kecil Mama sangat cantik." Ucap BaekHyun sambil berjongkok menyamai tinggi Aleyna.
"Aleyna cantik karena Mama cantik."
Sebenarnya BaekHyun tidak suka jika ada seseorang yang berkata jika dia cantik, tapi untuk Aleyna BaekHyun hanya tersenyum. Keduanya tersenyum memperlihatkan mata melengkung yang indah. Senyum Aleyna memang diturunkan dari BaekHyun. Senyuman yang sangat cantik.
"Mama, Kris Uncle dengan Tao Uncle kapan datang?."
"Sebentar lagi sayang. Kenapa? Aleyna rindu dengan Kris Uncle dan Tao Uncle?."
Aleyna mengangguk lucu. BaekHyun terkekeh lalu mencium kedua pipi Aleyna bergantian. Kedua pipi Aleyna adalah salah satu hal terfavorit bagi BaekHyun.
"Mama, kenapa Kris Uncle dan Tao Uncle tidak ikut ke Seoul?."
"Kris Uncle dan Tao Uncle akan pindah 1 bulan lagi sayang. Kris Uncle dan Tao Uncle harus mengurus kepindahan dulu."
"Jadi, yang pergi hanya Mama dan Aleyna?."
BaekHyun mengangguk dengan senyumannya.
TING TONG
"Eoh, itu sepertinya Kris Uncle dan Tao Uncle. Kajja kita buka pintunya."
Aleyna berlari kecil sedangkan BaekHyun yang berada dibelakang Aleyna hanya tersenyum. Aleyna memang hiperaktif. BaekHyun sempat kebingungan mengimbangi perilaku Aleyna. Tapi jiwa seorang ibu pasti ada saja caranya.
BaekHyun membuka pintu apartmentnya dan tersenyum melihat Kris dan juga Tao yang datang.
"Kris Uncle! Tao Uncle!."
"Hay gadis cantik." Sapa Tao sambil mengelus rambut lembut Aleyna.
BaekHyun menyuruh keduanya masuk. BaekHyun tersenyum melihat begitu antusianya Aleyna bercerita tentang kepindahan mereka. Jika Aleyna sedang asik bercerita dengan Tao, Kris berjalan menghampiri BaekHyun di dapur yang sedang membuatkan minum.
"BaekHyun-ah.."
BaekHyun menolehkan wajahnya lalu tersenyum melihat Kris yang menghampirinya.
"Kau yakin akan pindah?."
BaekHyun tetap tersenyum. Untuk beberapa detik BaekHyun tidak membalas ucapan Kris. Dan setelah BaekHyun menyiapkan 2 minuman untuk Kris dan Tao, BaekHyun membalikkan badannya dan berhadapan langsung dengan Kris.
"Aku sudah memindahkan barang-barangku, bajuku dan baju Aleyna sudah aku masukkan kedalam koper. Aku siap untuk pindah Hyung."
"Ini sudah berjalan 3 tahun, dan demi pekerjaanmu itu kau harus rela pindah ke Seoul. Apa sebaiknya–"
"Hyung, menjadi disainer terkenal sudah menjadi cita-cita ku. Jika dengan begini aku bisa membahagiakan Aleyna, kenapa tidak? Hyung, sekarang Aleyna prioritas utamaku. Bagaimana dan apapun kebahagiaan Aleyna, itu juga kebahagiaanku. Jadi, Hyung tidak perlu khawatir."
Kris menghela nafasnya kasar.
"Kau sudah tau tentang dia? Kau mungkin akan melihat wajahnya dimana-mana, karena dia telah menjadi direktur terkenal di Korea."
"Tidak masalah bagiku, karena itu salah satu resiko yang harus aku ambil. Doa'kan saja yang terbaik Hyung."
"Pasti! Pasti aku akan mendoakanmu."
Kris memeluk BaekHyun begitu erat. Kris hanya takut BaekHyun kembali terpuruk setelah sekian lama meninggalkan kota kelahirannya. Tapi Kris yakin, dengan adanya Aleyna BaekHyun akan baik-baik saja.
"1 jam lagi pesawatku akan berangkat, kita berangkat sekarang?."
Kris mengangguk lalu menggiring BaekHyun ke ruang tengah.
*Miracle In December*
BaekHyun dan rombongan telah sampai di bandara International America. 30 menit lagi pesawat yang membawa BaekHyun dan Aleyna ke Seoul akan lepas landas. BaekHyun tersenyum saat melihat Aleyna memeluk Kris begitu erat, Aleyna dan Kris memang sangat dekat. Karena Kris sudah menganggap Aleyna seperti anaknya sendiri.
"Kris Uncle harus cepat-cepat ke Seoul ya.. Aleyna pasti sendirian disana."
Kris tertawa kecil. "Loh kan ada Mama? Aley tidak sendiri sayang."
"Tapi kalau Mama bekerja, Aley sendiri Uncle." Jawab Aleyna dengan bibir mengerucut lucu.
"Arraso.. Uncle akan ke Seoul secepatnya. Selama Uncle tidak disana, Aley tidak boleh nakal okey? Aley harus menuruti semua perkataan Mama."
Aleyna mengangguk. Kris kembali memeluk erat Aleyna, batita itu juga memeluk leher Kris tak kalah erat. BaekHyun maupun Tao yang melihat itu hanya bisa tersenyum.
"Kajja sayang, pesawat kita sudah datang."
Aleyna melepaskan pelukannya saat suara sang ibu mengintrupsinya. Kris menurunkan Aleyna dan gadis kecil itu berlari menuju ibunya. Aleyna memeluk kedua kaki BaekHyun lalu tersenyum lebar. BaekHyun terkekeh geli, begitu manis perlakuan Aleyna.
"Kajja Mama!."
"Sebentar, Mama pamit dulu ke Kris Uncle dan Tao Uncle."
BaekHyun berjalan mendekati keduanya lalu memeluknya secara bergantian. Tao menatap BaekHyun sendu, kenapa disaat BaekHyun sudah bahagia, dia kembali dipertemukan oleh kota masa lalu nya. Sebenarnya Tao menolak keras BaekHyun untuk pindah hanya demi pekerjaannya, tapi bukan namanya Byun BaekHyun jika tidak bisa meyakinkan Kris maupun Tao.
"Apa kau sudah yakin Baek?." Tanya Tao sekali lagi.
"Tao-ya, aku sudah berada dibandara. Mana mungkin aku mundur begitu saja. Kau tenang saja, semuanya akan baik-baik saja."
Tao kembali memeluk BaekHyun erat. Tanpa sadar air mata Tao menetes, Tao merasa tidak rela jika kebahagiaan BaekHyun kembali terambil. BaekHyun mengelus punggung Tao yang bergetar, BaekHyun tau akan kecemasan Tao tapi jika ia terus menerus lari dari semuanya, sama saja BaekHyun seperti pengecut.
BaekHyun melepaskan pelukan Tao lalu menghapus air mata Namja bermata panda itu.
"Hey jangan menangis, aku tidak apa-apa Tao-ya."
Tao mengangguk lalu mundur selangkah, Tao sudah merelakan BaekHyun pergi.
"Kalau begitu aku pergi, aku akan menunggu kalian sebulan lagi. See you soon."
BaekHyun menggandeng tangan Aleyna lalu berjalan mengambil kopernya. BaekHyun menyuruh Aleyna untuk melambaikan tangan pada kedua Uncle nya, dan dengan gaya yang lucu Aleyna melambaikan tangannya. Kris maupun Tao tertawa. Aleyna memang sumber kebahagiaan untuk semuanya.
Setelah Kris dan Tao sudah tidak terlihat, Aleyna menatap penjuru bandara dengan mulut berucap kagum. BaekHyun tertawa melihat wajah anaknya yang begitu menggemaskan.
"Wah.. Mama apa kita akan naik itu?." Tanya Aleyna saat melihat pesawat dibalik dinding kaca yang mereka lewati.
"Iya sayang, Aley dan Mama akan naik itu. Itu namanya pesawat."
"Airplane!."
"Anak Mama sangat pintar."
BaekHyun mengusap surai Aleyna dengan lembut.
Setelah mengurus semuanya, BaekHyun dan Aleyna telah duduk tenang didalam pesawat. Sedari tadi BaekHyun memperhatikan Aleyna yang antusias melihat pemandangan dibalik kaca jendela pesawat. Ingat, Aleyna adalah gadis yang hiperaktif, tidak hanya hiperaktif Aleyna juga lumayan cerewet.
"Wah.. Mama lihat, Aley bisa lihat awan."
"Iya, sekarang Aley tidur ya? Besok pagi saja Aley lihat awan. Besok awannya lebih bagus."
Aleyna menolehkan wajahnya pada sang ibu.
"Jinjjayo?."
BaekHyun mengangguk. Dengan berat hati Aley duduk tenang di tempatnya. BaekHyun tersenyum lalu menutup tirai jendela. BaekHyun memperbaiki kursi Aleyna hingga anaknya tidur dengan nyaman. Aleyna membaringkan tubuh mungilnya lalu memeluk boneka kesayangannya dengan erat. BaekHyun mengelus punggung Aleyna sambil bersenandung. Tak lama kemudian Aleyna telah tenang di tidurnya. Hanya 2 hal yang membuat Aleyna tidur nyenyak. Boneka Loppy dan BaekHyun.
*Miracle In December*
ChanYeol kembali melamun. Beginilah keseharian Park ChanYeol. Setelah semua pekerjaannya selesai, ia hanya melamun menatap dinding kaca ruangannya. Ia menerawang jauh ke langit sana, entah apa yang ia cari, entah apa yang ia pikirkan.
Sejak 3 tahun yang lalu hidup seorang Park ChanYeol berubah total. Dia bukanlah Park ChanYeol si Bad Boy. Ia hanyalah Namja penggila kerja. Hidupnya hanya untuk bekerja dan mencari seseorang yang 3 tahun yang lalu menghilang.
"Sebenarnya kau kemana Byun.." Gumam ChanYeol dengan wajah frustasi.
Sudah 3 tahun ChanYeol mencari keberadaan BaekHyun. Dimulai dari tempat-tempat yang selalu didatangi BaekHyun, teman-teman BaekHyun dan yang terakhir bandara. Setiap harinya selalu ada orang suruhan ChanYeol yang melaporkan hasil pencarihan, tapi tetap hasilnya nihil. Disetiap bandara yang sudah didatangi tidak ada nama Byun BaekHyun.
1 tahun lalu ada penumpang pesawat yang bernama BaekHyun, tapi setelah diperiksa dia bukan Byun BaekHyun yang diinginkan Park ChanYeol. ChanYeol sempat berfikir BaekHyun mengganti namanya, tapi itu kemungkinan kecil. Dikarenakan perekonomian BaekHyun tidak akan mencukupi untuk penggantian identitas.
Dan selama 3 tahun ini ChanYeol selalu menunggu keajaiban dari tuhan untuknya. Mungkin tuhan sudah marah besar padanya, sudah berjalan 3 tahun dan dia tidak mendapatkan apa-apa.
ChanYeol memijat keningnya yang terasa pening. Selalu saja seperti ini jika ia memikirkan sesuatu yang begitu berat. ChanYeol membuka laci meja kerjanya dan mengambil beberapa obat. Sekitar 2 tahun ini ChanYeol selalu bergantung dengan obat itu. Kalian tenang saja, obat itu dari dokter pribadi ChanYeol sendiri. ChanYeol masih ingin hidup untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan terdahulu.
Setelah merasa lebih baik, ChanYeol bangkit dari kursinya dan mengambil tasnya. Pukul 11 malam, waktunya ChanYeol pulang. ChanYeol berjalan di koridor kantor dengan wajah lelahnya, ia tidak memperdulikan beberapa karyawan yang menunduk hormat kepadanya. Meskipun sudah 11 malam, kantor milik ChanYeol ini masih lumayan ramai.
Setelah sampai basemant, ChanYeol berjalan menuju mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan penuh. Ia ingin segera sampai rumah lalu membaringkan tubuhnya di kasur empuk. ChanYeol sudah terlalu lelah hari ini. Tak sampai 30 menit mobil ChanYeol telah terparkir apik di bagasi rumah.
Rumah besar ini milik ChanYeol sendiri. Rumah ini hasil jerih payah ChanYeol selama menjabat sebagai direkrut. Rumah ini sebenarnya akan diberikan kepada seseorang, setelah dia ditemukan, ChanYeol akan memberikan rumah ini. Bisa dibilang ChanYeol akan memberikan apapun untuk orang itu.
Baru beberapa langkah menginjakkan kaki di dalam rumah, seseorang Yeoja menghampiri ChanYeol dan menyambutnya dengan senyuman lembut.
"Akhirnya ChanYeollie pulang.. Eomma sudah menunggu ChanYeol dari tadi."
ChanYeol menghentikan langkahnya setelah berhadapan dengan sang ibu. ChanYeol mengangkat kedua alisnya heran saat melihat sang ibu berada dirumahnya, untuk apa sang ibu menemuinya malam-malam begini?
"Memangnya ada apa?."
tersenyum. "Eomma sudah memasakkan makan malam untuk ChanYeol, Eomma tau ChanYeol pasti belum makan malam."
"Eomma malam-malam begini ke rumah ChanYeol hanya untuk membuatkan ChanYeol makan malam?."
"Ya sayang.. Eomma sendirian dirumah, Appa baru tadi sore berangkat ke Jepang. Daripada tidak melakukan apapun dirumah, Eomma akhirnya datang kerumah. Kau terkejut ya? Maafkan Eomma Ne?."
ChanYeol memijit pelipisnya yang kembali pening. Inilah efek jika ChanYeol kurang beristirahat. yang melihat ChanYeol menahan sakit menjadi khawatir. Apa penyakit ChanYeol kambuh lagi?
"Kau tidak apa-apa sayang? Apakah kepalamu sakit kembali? Perlu Eomma panggilkan dokter?."
ChanYeol menggeleng. "Gwenchana. Biarkan aku mandi terlebih dulu."
Dan setelah itu ChanYeol berlalu ke kamarnya. menghela nafas lelah, kenapa selalu anaknya yang menderita. Ia sebagai seorang ibu pasti mencemaskan kehidupan anaknya. Setelah kejadian itu, berubah menjadi ibu yang selalu ada untuk anaknya. Ia menyesal telah berbuat keterlaluan pada ChanYeol, dan sekarang lihatlah semuanya berimbas pada ChanYeol.
Tak berapa lama, ChanYeol kembali turun ke lantai bawah untuk makan malam. Di meja makan sudah ada yang menunggu ChanYeol. ChanYeol mendudukan diri di kursi seberang sang ibu. mengambilkan ChanYeol nasi dan beberapa makanan sehat lainnya. Pola makan ChanYeol harus dikontrol dengan ketat.
"Jja.. makanlah."
ChanYeol memulai acara makannya, sedangkan hanya menatap anaknya dengan sendu. ChanYeol terlihat sangat kurus, kantung mata dikedua matanya membuktikan jika ChanYeol tidak cukup tidur, belum lagi tenaga ChanYeol yang terlihat habis jika ia sampai dirumah. sangat tau apa yang dialami anaknya, kesedihan dan penyesalan ChanYeol begitu besar hingga membuatnya buta akan kesehatannya.
"ChanYeol-ah.." Panggil .
"Hmmm"
"Kemarin malam Eomma bertemu dengan teman lama Eomma. Dia masih terlihat cantik meskipun sudah berkepala empat. Eomma tidak menyangka jika dia mempunyai 3 anak."
ChanYeol mendengarkan cerita sang ibu. ChanYeol tidak tau apa tujuan sang ibu menceritakan temannya itu, tapi ChanYeol rasa ini berita buruk.
"Anaknya yang pertama umurnya sama sepertimu, dan dia sangat cantik. Jika dia bisa menjadi menantu Eomma, mungkin Eomma–"
PRANG
terkejut saat ChanYeol membanting sendok dan garpu secara bersamaan dipiring makannya. ikut beranjak saat ChanYeol tanpa patah katapun meninggalkan meja makan. tau jika ChanYeol marah padanya.
"Yeol, makanmu belum habis. Kenapa–"
"Jika Eomma tidak suka dengan keadaanku yang sekarang, Eomma bisa meminta Appa mencoret namaku dari daftar ahli waris."
"ChanYeol.."
"Dan jika Eomma tetap mencarikanku pendamping hidup, anggap saja Eomma selama ini tidak mempunyai anak."
Dan setelah itu ChanYeol pergi meninggalkan sang ibu yang hanya diam mematung ditempat. Maksud sebenarnya baik, ia tidak ingin anaknya terus menerus terpuruk karena kesalahan masa lalu. rasa dengan adanya pendamping hidup di kehidupan ChanYeol akan membuat ChanYeol berubah. Tapi sekarang tau, ChanYeol sudah terlanjur mencintai Namja itu.
Sedangkan itu ChanYeol yang berada dikamarnya hanya berbaring menatap langit-langit kamar dengan dada yang sesak. Entah kenapa rasanya sakit sekali saat sang ibu mencoba mencarikannya pendamping hidup. ChanYeol tau akan maksud baik sang ibu, tapi seharusnya ibunya mengerti bagaimana kondisinya sekarang. ChanYeol tidak akan pernah melepas Namja itu, sebelum ChanYeol bertanggung jawab penuh atas kesalahannya.
"Aku mohon kembalilah. Tetaplah menjadi Namja yang mencintaiku, karena aku mencintaimu." Gumam ChanYeol dengan mata tertutup. Tak beberapa lama ChanYeol telah terbang ke alam mimpi.
*Miracle In December*
BaekHyun membuka kedua matanya saat merasakan silau akibat lampu pesawat yang menyala. BaekHyun mengerjapkan matanya mencoba terbiasa dengan cahaya lampu. Setelah terbuka sempurna, BaekHyun menatap jam yang berada dipergelangan tangannya. Pukul 7 pagi.
BaekHyun menolehkan wajahnya ke samping kanan, ia tersenyum melihat Aleyna masih tertidur nyenyak sambil memeluk bonek Loppy nya. 5 menit kemudian BaekHyun mendengar suara speaker jika pesawat telah mendarat dengan selamat di bandara Incheon, Seoul. Akhirnya setelah 3 tahun meninggalkan Seoul, BaekHyun kembali ke Negara asalanya.
BaekHyun melirik beberapa orang yang sibuk berjalan keluar pesawat sambil membawa barang-barangnya. Setelah lumayan sepi, BaekHyun keluar dengan menggendong Aleyna sambil membawa tas ranselnya. Setelah turun dari pesawat, BaekHyun menarik nafas panjang.
Setelah selesai mengambil koper-kopernya, BaekHyun berjalan menuju pintu kedatangan luar negeri. BaekHyun tersenyum melihat Aleyna begitu nyaman tidur di bahunya, seakan suara berisik ataupun gerak yang dibuat BaekHyun tidak membangunkan gadis kecil ini.
Karena merasa pegal sedari tadi berdiri, BaekHyun mendudukan diri dikuris tunggu. BaekHyun begitu sibuk dengan ponsel ditangannya, ia lupa memesan taxi untuk membawanya ke apartment nya yang baru. Mau tak mau BaekHyun harus menunggu beberapa menit hingga taxi yang ia pesan sampai. Sambil menunggu, BaekHyun mengedarkan pandangannya disetiap sudut bandara. BaekHyun takjub akan bandara Incheon yang begitu mewah dilihat. Banyak fasilitas baru yang BaekHyun dapatkan di bandara international ini. Salah satunya layar LCD yang menampilkan merek-merek terkenal terbaru buatan Korea.
Disaat BaekHyun ingin mengalihkan pandangannya, Namja itu terpaku saat melihat layar LCD itu menampilkan seseorang yang harus BaekHyun hindari. Di layar LCD itu memperlihatkan Park ChanYeol sedang bergaya didepan mobil sport keluaran terbaru. Jadi benar kata Kris, ChanYeol telah menjadi terkenal di Korea saat ini.
Kedua mata BaekHyun tidak berkedip saat melihat ChanYeol tersenyum ke arah kamera, belum lagi suara ChanYeol yang menggema dipenjuru bandara.
"Park ChanYeol.."
BaekHyun secara tidak sadar telah menggumamkan nama yang seharusnya ia hindari. Karena BaekHyun takut akan jatuh pada pesonanya lagi.
"Daddy.."
Ini yang membuat BaekHyun terkejut bukan main.
.
.
Bagaimana mungkin anaknya menggumamkan kata 'Daddy' saat ia tertidur.
.
Aleyna..
TBC
Menepati janji update bulan Mei.. Yuhu! Aku kembali denga sequel terbaru yang paling mengharukan wkwkwk. Di sequel ini mungkin menceritakan penyesalan ChanYeol + usaha ChanYeol membuat BaekHyun kembali ke pelukannya #eaaaaa wkwk.
Untuk sementara rating masih T wkwk akan ada saat rating menjadi M ;p
Cukup sekian dari Author dan jangan lupa FOLLOW, FAVORITE, AND COMENT. Tanpa kalian aku bukan apa-apa :')
