SMILE FLOWER
©dyn_amity
.
.
Kim Mingyu & Jeon Wonwoo
And Other
.
.
Rated : T
.
Genre : Romance / Drama
.
WARN! BL! Bromance! Yaoi! BXB!
DON'T BE A PLAGIAT
DON'T JUDGE AUTHOR. OK
.
.
SEVENTEEN – SMILE FLOWER
.
.
100% Mine
Dia itu menerima semua rasa yang ada. Entah itu rasa pahit atau manis yang didapatnya. Dia hanya tak ingin menyakiti perasaan orang lain. Dirinya terbiasa untuk tersenyum, bahkan saat hal-hal hambar menyapa perasaannya. Hanya dengan menampilkan sebuah lengkungan kurva tipis dikedua sudut bibirnya. Membuatnya merasa bahwa dunia ini akan bersikap baik atau bahkan memihak padanya. Meski pada faktanya dia hanya tak ingin membuat orang lain mengkhawatirkannya.
Otaknya berpikir untuk mengutarakan apa yang sedang ada dalam khayalnya. Ingin berprasangka namun apa yang hatinya katakan dia tak perlu mengatakannya. Hanya perlu mengisyaratkan bahwa dia mengerti akan hal yang semacam ini akan terjadi. Sekali lagi dia itu menerima rasa yang dimiliki semua orang, entah itu rasa suka, benci, atau hal lainnya. Tapi yang pasti apakah orang lain akan menerima rasa yang dia berikan?
BRUKK ...
Beberapa buku – buku itu tergeletak berjatuhan saat langkah pemuda bersurai hitam itu memasuki pintu perpustakaan. Tangan gesitnya terulur merapikan buku – bukunya lagi kedalam dekapannya. Dia terbiasa tak mendapatkan telinganya barang sedikit pun kata maaf dari sang penabrak, orang itu berlalu begitu saja sementara dirinya membereskan buku. Mungkin ini salahnya juga yang tak memperhatikan jalan, dia tak ingin egois memaksakan orang itu harus mengucap kata maaf untuknya.
Buku terakhir sudah dia letakan sesuai dengan judul dari buku tersebut. Dari rak buku ke empat tersebut dia berjalan santai seraya matanya tak lepas menelisik kearah jejeran buku ynag tertata rapih. Mengedarkan pandangan matanya mencari buku yang sesuai dia inginkan, dia akhirnya menemukan buku yang dicarinya. Buku itu berada di bagian atas, postur tubuh siswa itu lumayan tinggi untuk bisa menjangkau buku tersebut. Tapi entah kenapa serasa buku itu berada diujung menara Namsan Tower dia terlihat sesekali menjinjitkan kakinya dan tangan yang lepas ingin mencapai buku tersebut. Saat tangannya menyentuh bagian ujung bawah buku tersebut, dirinya dikejutkan dengan seseorang yang berdiri disebelah kanannya dengan tangan yang meraih dengan mudah buku itu.
Tangan siswa itu terjuntai kebawah dan netranya bersibobrok dengan sepasang netra orang tersebut. Baru saja sebuah kata akan dia lontarkan tapi orang tersebut mendahuluinya.
" Kau payah, padahal tinggi mu lumayan, kenapa mengambil buku ini saja kelihatannya susah sekali." Kata orang tersebut sembari menyodorkan buku itu kehadapan siswa itu. Tangan siswa itu menyambut buku tersebut dari tangan orang itu. " Terima kasih, sudah membantuku."
"Aku Mingyu, Kim Mingyu." Kata orang tersebut kepada siswa tersebut yang kini tengah menundukkan kepalanya sendiri entah tengah membaca atau apa. Mingyu – orang tersebut mengulurkan tangan bermaksud untuk berjabat tangan dengan siswa itu. Siswa itu menegakkan kepalanya dengan mata yang beralih menatap kearah Mingyu sesaat lalu mengalihkannya kearah tangan Mingyu yang terulur. Dia membalas uluran tangan Mingyu " Wonwoo, Jeon Wonwoo."
Senyum keduanya mengembang kentara sekali dengan air muka mereka. Mingyu dengan senyum tampannya begitu juga senyum cantik milik Wonwoo.
.
..
0o0o0o0o0o SMILE FLOWER o0o0o0o0o0
..
.
Bel pelajaran terakhir sudah berdentang sejak 10 menit yang lalu. Siswa yang lain sudah meninggalkan kelas tapi tidak dengan siswa Jeon ini. Dia masih berkutat dengan buku pelajaran dan juga ballpoint dan juga alat tulis lainnya yang berserakan memenuhi mejanya. Serius dengan buku catatan yang ada dihadapannya, menyalinnya dengan seksama. Tanpa tahu bahwa ada seorang Mingyu yang memperhatikannya dengan diam dan damai. Si Kim menyandarkan diri ditembok sembari tanganya ia lipat didepan dada. Posisi Mingyu dekat dengan pintu keluar belakang kelas Wonwoo. Menatap lamat – lamat punggung Wonwoo serta tangannya yang terus menggoreskan pena di buku. Seulas kurva menyembul disudut bibir indah Mingyu, entah kenapa dia tetap berdiri disana, ditempat yang sama dengan retinanya tetap fokus pada si Jeon.
Satu hal yang sekarang ada dipikiran seorang Jeon Wonwoo, mengapa seorang Kim Mingyu, orang yang baru dikenalnya di perpustakaan, menawarkan diri untuk pulang bersama dengan dia. Beralasan bahwa mereka mungkin searah jalan pulang. Wonwoo sebenarnya tidak yakin dengan alasan itu, tapi akhirnya dia mengiyakan.
Menapaki jalan menuju ke halte bus dengan si Jeon yang didepan memimpin jalan, dan seorangnya lagi dibelakang mengikuti. Wonwoo mendudukan diri dibangku tunggu halte, Mingyu pun duduk disebelah kanan Wonwoo. Keduanya sibuk dengan pikiran masing – masing sambil menunggu bus datang.
"Mingyu-ssi apa kau murid baru disini?" Wonwoo membenarkan posisi duduknya menghadap Mingyu. Wonwoo tipe orang yang tidak suka berbasa basi, jadi dia memberanikan diri menanyakan itu. Mingyu menjawabnya dengan diringi tawa kecil diwajahnya, "Ne, waeyo?". Wonwoo menganggukan kepala tanda dia mengerti "Ah, pantas saja. Aku baru pertama melihat wajahmu disekolah." Mingyu tidak merespon pernyataan Wonwoo tadi, dia hanya menatap wajah Wonwoo dari samping.
Hening mengudara dalam beberapa saat, membuat suasana menjadi canggung. Suara angin dengan jatuhnya daun kepermukaaan tanah seakan menjadi BGM untuk keheningan kedua insan tersebut. Dan juga, kenapa bus tak kunjung datang, sudah hampir setengah jam Wonwoo dan Mingyu menunggu. Jam tangan Wonwoo sudah menunjukan pukul 5.45 PM, dan bus belum juga ada yang menampakkan diri.
" Uhm ... " Mingyu memecahkan keheningan yang melanda. Wonwoo menoleh, mendapati Mingyu sedang menatapnya intens kepadanya. Wonwoo merasa ada semburat merah muda mengitari sebagian pipinya. Wonwoo sedikit menunduk , menghindari kontak langsung dengan lawan bicaranya. " Kalau 10 menit lagi tidak ada bus yang datang ..." Mingyu menjeda kalimat yang dilontarkannya, dan Wonwoo menunggu lanjutan dari kalimat Mingyu. "Kau mau ikut pulang bersamaku?" kata Mingyu tanpa mengalihkan pandangannya dari Wonwoo, sedangkan Wonwoo yang mendengarnya terkejut.
Benar saja apa yang dikatakan Mingyu tadi. Sudah 10 menit berlalu tapi bus tak ada yang tampak. Wonwoo yang sedari tadi mondar – mandir memutuskan untuk duduk kembali kesamping Mingyu. "Karena hari sudah petang dan aku harus segera pulang. Kupikir aku menerima tawaranmu yang tadi, Mingyu." Senyuman tampan Mingyu terpampang kearah Wonwoo. Wonwoo menggantikan fokus retinanya ke objek lain, merasakan lagi hawa hangat yang menjalari pipinya. Mingyu merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menelpon supir pribadi keluarganya untuk menjemput di halte dekat sekolah.
.
..
0o0o0o0o0o SMILE FLOWER o0o0o0o0o0
..
.
Batin Wonwoo bertanya, bagaimana si Kim bisa tahu arah jalan pulang Wonwoo padahal dia belum mengucapkan alamat tempat tinggalnya kepada Mingyu setelah 15 menit dia berada di mobil Mingyu. Kata Mingyu tadi dia kebetulan melihat Wonwoo berjalan didaerah sekitaran situ sewaktu berangkat sekolah, jadi dia menyimpulkan bahwa Wonwoo pasti tinggal didaerah sana. Wonwoo mengangguk mengerti bahwa itu hanya sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Wonwoo tak ingin bertanya lebih kelanjutannya. Dia hanya diam menatap kearah luar mobil dan mulai menyelam kedalam pikirannya sendiri. Sementara Mingyu hanya tersenyum penuh arti kearah Wonwoo.
20 menit perjalanan, berjalan dengan damai sambil sesekali diiringi celotehan yang berujung pada suasana canggung. Suasananya berubah mencair ketika salah seorang dari mereka berujar. "Rumah ku yang bercat hijau, yang bersebelahan dengan rumah mewah itu." Tunjuk Wonwoo kearah luar mobil. Menunjukkan rumah yang sederahana dan minimalis yang bersebelahan dengan rumah yang luas dan berarsitektur mewah.
Mobil Mingyu berhenti tepat didepan rumah Wonwoo, setelahnya mengucapkan terima kasih telah mengantarnya pulang kepada Mingyu dan juga kepada Ahjussi Kang – supir Mingyu. Wonwoo beranjak keluar mobil. Dahi Wonwoo berkerut mendapati kini si Kim turun dari mobilnya dengan langkah panjang Mingyu berjalan kearah berdirinya Wonwoo. Mobil Mingyu berlalu dan pintu gerbang rumah mewah itu secara otomatis bergerak perlahan membuka dan mobil Mingyu memasuki pekarangan rumah tersebut.
Dan kini Wonwoo sadar bahwa kini yang berada didepannya adalah tetangga yang baru pindah itu. Wonwoo tidak bodoh untuk tak mengetahui bahwa status sosial yang mereka punya tidak setara sama sekali untuk berada disatu wadah yang sama. Menjadi detik dimana seorang Wonwoo menjadi dirinya lagi yang terlampau sederhana dengan begitu banyak teka – teki yang dia punya.
Wonwoo menatap Mingyu.
Hening
Tak ada yang bersuara
Andaikan saja manusia bisa berbicara lewat hati ke hati. Pasti kini mereka sedang berdebat tentang bagaimana bisa ini terjadi.
Banyak sekali pertanyaan yang ingin dilontarkan Wonwoo kepada Mingyu.
Terlalu banyak, sampai akhirnya dia tak bisa memulainya darimana.
" Kau tahu aku tinggal disebelah rumahmu?" Wonwoo berujar dengan suara sedikit parau. Menahan suara isakan yang bisa saja dilontarkan dan didengar oleh Mingyu. Mingyu menatap mata Wonwoo penuh sendu. "Hmm" hanya itu jawaban yang diujar oleh Mingyu.
Wonwoo membuang nafas kecil, tersenyum getir mengetahui fakta sebenarnya.
"Mari kita bertemu lagi seperti ini. Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Kau maukan?" Mingyu berucap dengan tangan yang terulur ke mengusak halus surai Wonwoo.
.
.
.
Kkeut.
End or Next
11'04'2017
AN Time :
Haha apa ini? Entahlah saya sendiri pun bingung.
Meanie kalian Real aja geh, biar gue seneng napa. Jadi kaga usah dah gua susah2 ngayal tentang moment lu bedua kedalam ni Fic.
Mingyu memang mengoda tapi Wonwoo lebih menawan. /abaikan/
Wonwoo abang kuy tersayang, kabarin gua yakk kalu semisal si Gyutem ngajak lu kerumahnya. Ya kali aja dia mo ngenalin lu ke ortunya/nyengir lebar kek si DK/ dan minta restu gua. Dan kalo ntu bener kejadian gua sebagai adek kesayangan merestuinya nak. Heee
Okelah segitu dulu, kalo ngomongin Meanie itu ngga ada habisnya yeth.
Maafkeun daku yang tak bisa mengontrol banyak typo yang bertebaran dimana-mana.
Last but not Least
Review Juseyoo!
©dyn_amity
