.

WARNING! ADULT CONTENT!

.

Title: Bang Her!

Author: Myka Reien

Main Cast: BangHim

Genre: AU, Rate M, GS!Uke

Note: No bash, no flame, no copycat. Let's be a good reader and good shipper.

HAPPY READING

Ppyong~

.

.

.

Bang Her!

.

.

.

Bang Yongguk bukanlah tipe orang yang sangat membutuhkan uang. Setidaknya karena ada apartemen dua lantai yang bisa dia tinggali dan sebuah jeep kesayangan dengan beberapa sedan termasuk Jaguar yang setiap saat dapat dia gunakan untuk berkeliling Seoul seorang diri maupun bersama dengan sopir pribadi jika dia sedang malas mengemudi. Jangan lupakan soal keberadaan setumpuk kartu kredit yang dia sendiri sering lupa password mana untuk yang mana. Termasuk sikap setiap orang ber-ID staff yang akan menundukkan kepala jika melihatnya berkeliaran di dalam gedung perusahaan musik yang sudah mengontraknya untuk menjadi komposer dan penulis lagu tetap bagi artis-artis mereka.

Meski tidak banyak dikenal umum, namun Yongguk menjadi pemegang royalty atas puluhan lagu yang dipopulerkan oleh banyak penyanyi serta idol terkenal. Angka demi angka terus mengalir tanpa henti seperti mata air ke dalam rekeningnya yang membuatnya tidak pernah mengkhawatirkan soal kebutuhan hidup.

Lalu, apa alasan Yongguk melakukan ini? Sudah tentu bukan karena uang.

Bisa dibilang, dia melakukan ini untuk kesenangan semata.

Dibilang kesenangan sebab dia bisa melakukan seks tanpa harus pusing memikirkan dengan siapa, bagaimana, berapa, kapan, dan dimana. Yongguk hanya perlu berdiam diri di atas ranjang, menunggu, dengan posisi setengah duduk bersandar di kepala tempat tidur dengan kaki yang terbuka lebar. Tanpa pakaian, memperlihatkan setiap inch kulit tan otot tubuhnya serta bagian selatannya yang berbalut kondom dan sudah tegak mengacung dalam posisi siap. Masing-masing tangannya diborgol di kedua sisi ranjang dengan wajah tertutup topeng yang di dalamnya ada kain untuk menghalangi penglihatan serta menyatukan mulutnya supaya tidak bersuara, sebab pekerjaannya yang satu ini memang tidak menghendaki dia untuk bersuara sedikit pun.

Yongguk tidak bermaksud untuk menjual diri—untuk apa? Lagipula dia sudah punya banyak uang—dia melakukan ini sekedar untuk bersenang-senang, karena—sekali lagi—dia bisa melakukan seks tanpa harus pusing memikirkan dengan siapa, bagaimana, berapa, kapan, dan dimana. Karena dalam kasus ini bukan Yongguk yang mencari wanita, melainkan para yeoja itu yang mencarinya. Dengan identitas yang disembunyikan, Yongguk juga tidak perlu cemas mengenai image serta karirnya. Tidak akan ada yang mengenalinya, tidak akan ada yang menyadari itu dia. Tuntutan untuk tidak mengeluarkan suara apalagi bicara, juga memberinya keuntungan tambahan sebab suaranya yang terlampau husky selalu mudah untuk dihapal serta diingat oleh orang lain.

Malam ini Yongguk melakukannya lagi. Setelah berhari-hari mengurung diri di dalam studio berusaha merampungkan satu list mini album. Membiarkan diri sendiri dicekik oleh stress berkepanjangan karena obsesinya akan 'musik yang sempurna' tanpa mengindahkan tiap sel tubuhnya yang menegang laksana karet yang ditarik dan hampir putus. Yongguk memutuskan untuk keluar sejenak dari sarang mungilnya yang tenang, suram, dan berantakan oleh kertas-kertas coretan lirik serta partitur lagu untuk sekedar menghirup udara segar juga melepas sedikit penat dan ketegangan.

Yongguk hanya punya sedikit waktu sebelum dia harus kembali lagi ke studio guna mengejar deadline rekaman. Seolah permintaannya diberkati, klub sedang sepi pengunjung ketika dia melangkah masuk dan langsung disambut ramah oleh Manager yang sudah tidak asing baginya.

"Pasang pengumuman kalau Jepp Blackman available untuk di-booking," perintah sang Manager pada asistennya yang menuai senyuman kecil Yongguk. Jepp Blackman adalah nickname-nya di dunia prostitusi dan meskipun dia tidak bisa selalu hadir untuk memberi kesenangan pada para pengunjung, dia cukup terkenal di klub tersebut dilihat dari panjangnya daftar permintaan untuk tidur dengannya yang langsung membuat staff kerepotan setiap kali pengumuman soal kedatangannya baru saja dipasang.

"Aku sedang sibuk. Jadi ambil satu orang saja," pesan Yongguk membuat sang Manager mendesis kecewa namun tetap menganggukkan kepala. Yongguk menepuk bahunya pelan sebelum berjalan melewatinya menuju ke kamar yang biasa dia pakai guna bersiap-siap.

Yongguk tidak terlalu peduli dengan siapa dia akan tidur. Gadis remaja, tante-tante, wanita paruh baya, gay—ini memalukan, tapi Yongguk pernah beberapa kali terjebak di situasi dimana dia harus menyelesaikan pekerjaannya bersama dengan seorang gay, tentu saja sambil di dalam hati dia terus menerus merapal kutukan untuk si Manager sialan yang tidak pernah membeda-bedakan orang beruang—Dia toh juga tidak akan melakukan terlalu banyak skinship. Kedua tangannya diborgol, matanya tertutup, dan mulutnya disumpal. Dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali merasakan puas dan relaks setiap kali orgasme, dan memang itulah yang sejak awal dia cari.

Yongguk mengeluarkan suara lenguhan tertahan ketika selesai memijat bagian selatannya hingga terbangun kokoh setelah sebelumnya hanya separuh menegang akibat stress yang menumpuk dipengaruhi oleh pekerjaannya. Segera dia memasang kondom dan naik ke tempat tidur. Mengikatkan kain di kedua matanya dan menutup rapat mulutnya lantas memakai topeng. Membiarkan asisten sang Manager memakaikan borgol di kedua pergelangan tangannya dan persiapan Yongguk pun selesai. Kini dia hanya perlu menunggu. Mood-nya sedang cukup buruk jadi dia berharap setidaknya dia akan mendapatkan yeoja dan bukan namja tomboy.

Setelah hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Yongguk bisa mendengar suara knop pintu kamar dibuka. Ketukan sepatu terdengar di lantai seiring dengan langkah kaki yang terayun pelan satu demi satu.

Yeoja.

Yongguk sangat yakin dengan tebakannya itu. Di balik balutan kain, bibirnya tersenyum. Mau tua atau muda, setidaknya dia berlubang dan bukan batangan. Mengetahui itu saja membuat Yongguk sudah cukup puas.

Suara ketukan high heels terdengar semakin dekat dengan ranjang. Sejenak gemanya berhenti dan digantikan oleh suara tas yang diletakkan di atas meja rias, disusul dengan gemerincing logam jam tangan, gelang, serta aksesoris lainnya. Tak ada lagi ketukan sepatu tapi tiba-tiba Yongguk merasakan sebuah beban jatuh perlahan di tepi tempat tidur. Kelihatannya yeoja itu sudah melepas sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki ke ranjang.

Sensual.

Tanpa sadar Yongguk menyeringai. Membayangkan wanita dengan balutan tube dress, berjalan tanpa alas kaki, tanpa aksesoris, hanya ada make up dan baju yang melekat, sungguh sangat menggoda. Seketika Yongguk ingin melihat seperti apa rupa teman tidurnya kali ini.

Namun, mendadak hening. Wanita itu tidak berbicara, pun dengan Yongguk yang memang sejak awal tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa. Meski tidak ada gumaman sedikitpun, bisa Yongguk rasakan jika ada sepasang mata yang mengawasinya. Memandangnya. Menatap lurus padanya dengan isi pikiran yang tidak dapat dia terka.

Selama beberapa menit keadaan masih sunyi hingga tiba-tiba beban yang duduk di tepi ranjang menghilang. Yongguk pikir wanita tersebut pergi ke kamar mandi dan hampir dia terlonjak kaget ketika merasakan hangat tubuh seseorang berada sangat dekat dengannya. Yongguk merasa berat di sisi kanan badannya. Wanita itu berbaring dan meletakkan kepala di bahu kanan Yongguk, ujung-ujung rambutnya yang tergerai panjang menggelitik kulit tan namja tersebut sekaligus menguarkan wangi sampo yang samar tercium oleh hidung Yongguk yang tertutupi topeng.

Tidak sampai di situ, Yongguk merasa sebuah lengan kurus memeluk pinggangnya dengan ujung jempol halus yang kemudian bergerak melukis lingkaran kecil di puncak tulang pinggulnya membuat namja itu menggeram frustasi diam-diam. Dia sedang terburu-buru. Dia tidak punya banyak waktu untuk bermanja-manjaan. Yang dia inginkan adalah seks kilat yang bisa membuatnya orgasme dengan cepat dan merasa rileks untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Ahjussi."

Akhirnya ada suara, tapi—

Ahjussi?

What!?

Tanpa sadar Yongguk sudah mengepalkan kedua tangannya yang terborgol. Menahan kesal dan emosi. Seketika keinginannya untuk bercinta lenyap sudah.

"Ahjussi, kau bisa melihatku?" wanita itu bertanya dengan intonasi memastikan. Ini bukan pertama kalinya Yongguk berurusan dengan masalah 'suara', jadi dia bisa menebak dengan tepat bagaimana 'rasa' di dalam suara itu tanpa harus melihat ekspresi wajah si pembicara.

Yongguk menggelengkan kepala.

"Benarkah? Penjaga di depan juga bilang kau tidak bisa melihatku dan tidak akan bicara. Kenapa begitu? Apa itu peraturannya?"

Orang baru! Yongguk mengumpat dalam hati. Saat pertama kali bicara pun Yongguk sudah punya pikiran dia tidak mengenali jenis suara ini. Dia belum pernah mendengar suara ini sebelumnya. Jadi bisa dikatakan jika yeoja tersebut belum pernah tidur dengannya maupun bertemu dengannya karena walaupun Yongguk tidak cukup baik dalam membedakan wajah orang, dia bisa menghapal suara dengan lumayan detil.

Dan suara rendah, sedikit serak, dengan nada menyimpan aegyo ini memang baru pertama kali didengar oleh Yongguk. Dari suaranya, Yongguk menebak jika umur wanita yang saat ini bersamanya tersebut kemungkinan sama dengannya atau di bawahnya. Caranya berbicara yang menggunakan aegyo tidak memungkinkan dia lebih tua dari Yongguk yang sejatinya sudah seperempat abad.

"Ahjussi, bolehkah aku melepas kondomnya?"

Kepala Yongguk bergerak cepat ke sumber suara begitu mendengar pertanyaan yang sangat jarang muncul di dunia prostitusi tersebut. Wajarnya orang akan memakai pengaman jika melakukan seks bebas dan bukan malah sebaliknya.

"Aku tidak akan menularimu apa-apa. Aku bersih. Aku sehat. Sungguh!"

Tapi otakmu yang tidak sehat! Sela Yongguk dalam hati, separuh frustasi separuh depresi.

"Aku akan meninggalkan nama, alamat, dan nomor telponku kalau kau mau. Kau bisa menghubungiku dan menuntutku kalau di kemudian hari kau kena penyakit karena tidur denganku tanpa pengaman."

Yongguk menggeram sembari menggelengkan kepala. Sebuah dengusan sebal dia dengar sebagai balasan.

"Kau terikat, kau tidak akan bisa menolakku."

Selesai mengatakan itu, Yongguk merasa ada jari yang menggulung kondom hingga terlepas dari bagian selatannya. Namja tersebut terkejut dan berusaha menghentikannya dengan mencoba menggunakan kakinya namun gerakannya langsung melemah saat sebuah tangan hangat memerangkap batang tubuhnya dengan kuat. Yongguk melawan keinginannya untuk mengerang ketika jemari lentik itu mulai memijat pelan pusat badannya. Jempolnya menggesek puncak kepala yang sudah memerah dan lembab, menggodanya dengan ujung kuku, membuatnya mendapatkan hadiah berupa cairan bening yang mengintip keluar.

Yongguk merasa bisa menguasai diri sebelum kemudian sesuai yang hangat dan basah menyelimuti bagian bawah tubuhnya. Erangan langsung beresonansi tanpa bisa dikontrol dari bawah tenggorokan Yongguk, membuat gadis yang sedang menaik-turunkan kepalanya di antara kedua kaki namja itu menjadi terkejut dan kehilangan ritme. Dia terlalu menurunkan kepalanya yang membuat ujung tubuh Yongguk menabrak bagian belakang mulutnya dan nyaris membuatnya tersedak. Yeoja tersebut mengeluarkan suara aneh yang getarannya merambat ke saraf sensitif Yongguk dan membuatnya merinding seketika sambil sekali lagi mengerang penuh frustasi.

Rongga sempit mulut yeoja itu melepaskan tubuh Yongguk menyisakan bunyi plop keras tepat ketika namja tersebut merasa akan menumpahkan seluruh isi kantung benihnya. Gadis itu benar-benar pandai menebak situasi dan dia pasti sengaja melakukannya. Tak ada yang bisa Yongguk pikirkan selain semua prasangka tersebut selagi dirinya dikuasai oleh rasa frustasi akibat orgasme yang tertunda.

Di saat Yongguk masih sibuk mengatur napas yang terengah, mendadak sebuah beban menimpa pangkuannya. Rasa halus kulit tubuh yang menempel hangat ke badannya yang mulai berkeringat membuat darah berdesir cepat membawa aliran panas di nadi Yongguk. Sepasang tangan kecil menyentuh hampir seluruh bagian tubuhnya diikuti ujung hidung dan bibir yang menghantui sekitar lehernya dengan kecupan-kecupan setengah hati ditambah hembusan napas yang meloloskan lenguhan Yongguk sebab berhasil menyapa tepat di titik sensitif sarafnya. Terlebih begitu gadis tersebut mempertemukan bagian selatannya dengan milik Yongguk, menggesekkannya maju-mundur yang membuatnya mengerang keras menyadari fraksi nikmat akibat gerakannya sendiri. Bisa Yongguk rasakan betapa hangat dan basah benda tersebut menunggunya saat ini.

"Oppa..."

Akhirnya yeoja itu menemukan kata yang lebih baik untuk memanggil Yongguk.

"Sejujurnya, aku tidak pernah di atas," akunya yang membuat namja di bawahnya berusaha mati-matian untuk menelan erangan tidak sabar.

"Dan aku tidak suka mencium." Gadis itu melanjutkan sambil mendaratkan ciuman lemah ke kulit leher Yongguk. Beberapa kali dia mencoba memakai giginya, tapi sepertinya tidak berhasil yang mana membuatnya kesal dan beralih menggunakan kuku untuk memberi tanda cakaran di kulit Yongguk.

"Aku juga tidak suka memasuk—AH!" gadis itu memekik kaget, lupa akan sisa dari kalimatnya saat dia memasukkan seluruh tubuh Yongguk sekaligus hingga ke pangkal. Sekejab napasnya berubah berat dan terengah dengan jemari mencengkeram kain sprei kuat-kuat.

"Oppa..." desisannya terdengar putus asa. "...kau besar." Kalimatnya merupakan perpaduan antara terkejut, kagum, nikmat, dan menahan sakit. Dan anehnya Yongguk seperti bisa memahami perasaan yeoja itu karena dia sendiri juga tidak bisa mengingkari adanya dinding ketat yang berdenyut kuat di sekeliling bagian tubuhnya saat ini, membuatnya ingin segera menggerakkan pinggul demi untuk merasakan pijatan lain yang lebih kuat.

"Ini pertama kalinya..." suara gadis itu terdengar sangat dekat di sebelah telinga Yongguk, melepaskan geraman tidak sabar dari sang namja. Ingin rasanya Yongguk meraih kepala yeoja tersebut dan mendapatkan bibirnya. Menyuruhnya untuk diam dan bergerak saja.

"...kau yang paling 'penuh', Oppa..." bisiknya sambil mulai mengangkat sedikit pinggulnya dan menurunkannya perlahan. Desahannya masih menyimpan getar sakit hingga dia beberapa kali mengulangi gerakan yang sama dan rintihan menahan sakit itu mulai menghilang.

"Oppa..." adalah kata yang terus-menerus dia ucapkan menggantikan nama Yongguk yang tidak dia ketahui dan itu membuat Yongguk sedikit kecewa sebab dia merasa namanya akan sangat pas, teruntai indah menyerupai mantera yang terlepas dari bibir gadis yang tengah mengendarainya tersebut.

Agaknya yeoja itu serius mengenai pengakuannya jika dia tidak pernah berada di atas, terbukti dari beberapa kali dia menurunkan tempo karena kelelahan. Menuai geraman frustasi dari Yongguk sebab dinding tubuhnya yang panas dan ketat sungguh terlalu menggoda libido namja tersebut yang membuatnya menyentakkan pinggul ke atas dengan tidak sabar.

Gadis tersebut memekik keras saat tiba-tiba Yongguk bergerak. Kedua tangannya jatuh mencengkeram kedua bahu namja itu dan wajahnya tenggelam di ceruk lehernya dengan mulut terbuka mengeluarkan aliran suku kata yang tidak bisa dipahami oleh otak manusia.

"AH—Oppa, di sana...!" pekiknya dengan tubuh menegang dan Yongguk menuruti permintaannya, mempercepat gerakan sambil terus menabrak pada titik yang sama.

Satu, dua hujaman paling keras membuat dinding di sekitar tubuh Yongguk berkedut kuat dan namja tersebut juga merasa dia sudah dekat. Dia menjatuhkan pinggulnya, mencoba untuk mengeluarkan tubuhnya supaya benihnya tidak keluar di dalam gadis itu. Namun ternyata yeoja di atasnya mengikuti gerakannya dan malah menenggelamkan Yongguk hingga ke pangkal. Namja tersebut mengerang marah, berontak dan tanpa sadar mencoba menarik kedua tangannya yang terborgol kuat hanya untuk menjauhkan gadis itu karena dia benar-benar sudah sangat 'dekat' dan tidak bisa ditahan lagi.

"Lakukan, Oppa," bisik yeoja tersebut dan mendaratkan mulut di dada Yongguk, mengulum putingnya yang membuat punggung namja di bawahnya membusur dari permukaan ranjang bersamaan dengan orgasmenya yang meledak kuat memenuhi rongga di dalam tubuhnya dengan cairan panas.

Yongguk mengosongkan seluruh isinya di dalam gadis itu dan terbaring lemas kemudian. Sulit bergerak dengan dada naik-turun meraup oksigen dengan rakus. Sementara di atasnya, yeoja tersebut juga sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya. Bibirnya diam menempel di kulit dada Yongguk.

Beberapa menit terlewati dalam keheningan sampai Yongguk merasa sebuah jari menyentuh tulang pinggulnya dan melukis lingkaran kecil di sana.

"Tenang saja..." bisiknya. "...kalau ada apa-apa, aku tidak akan menuntutmu."

Sentuhan lemah itu berubah menjadi sebuah pelukan dan untuk pertama kalinya Yongguk merasa dia ingin balas memeluk.

Sangat.

Ingin.

Memeluk gadis tersebut.

"Terima kasih, Oppa..." ujarnya yang sukses membuat alis Yongguk mengerut. "...sekarang aku punya alasan untuk terus hidup."

-o0o-

Yongguk tidak ingat berapa lama dia tertidur. Begitu dia bangun, borgol di tangannya sudah terbuka, pun dengan penutup mata dan topengnya. Namja itu menggeliatkan badan hingga terdengar suara keretakkan tulangnya dan baru menyadari jika tak ada siapapun di dalam kamar kecuali dia. Sejenak Yongguk lupa kalau topeng dan borgol hanya akan dilepas ketika pengunjung sudah pergi meninggalkannya.

"Terima kasih, Oppa..."

Yongguk tersentak dan mengedarkan pandangan. Mencari-cari sesuatu yang seingatnya dijanjikan gadis itu akan diberikan padanya dan saat kedua mata kelam tersebut tertumpu pada secarik kertas yang terlipat di atas nakas, Yongguk segera mengulurkan tangan untuk meraihnya.

KIM HIMCHAN.

Begitu tertulis di kertas memo tersebut.

Yongguk hanya bisa menyeringai.

"Pembohong," desisnya. "Dia tidak menulis alamat dan nomor telponnya!" geramnya sembari meremas kertas itu lalu melemparnya ke pojokan kamar.

-o0o-

"Hyung—"

"No."

"Tapi, Hyung—"

"No."

"Hyu—"

Yongguk berbalik dan menabrakkan gulungan kertas HVS di tangannya pada bibir gendut asistennya, menghentikan rengekan namja itu sekaligus langkah kakinya yang mengekori Yongguk sedari tadi.

"Aku bilang 'NO', Daehyun. Aku bisa mengurus soal cover sialan itu dan kalau perlu aku akan menggambarnya sendiri. Jadi, 'NO'. Berhentilah," tegas Yongguk.

Daehyun mengenyahkan kertas dari permukaan bibirnya dengan kasar.

"Kau harus menemuinya dulu, Hyung. Dia memang sempat bermasalah, tapi karyanya benar-benar sangat bagus. Semua hasil gambarnya selalu pas dengan isi lagu. Aku sudah mati-matian mencarinya untukmu. Aku mohon temui dia sekaliii saja. Tolong hargai usahaku, Hyung," cerocos Daehyun tanpa jeda yang hanya dibalas helaan napas pendek oleh Yongguk. Namja berkaki panjang itu berbalik dan melangkahkan kaki tanpa mengindahkan Daehyun yang kembali mengikutinya sambil terus bicara persis anak bebek.

"Ilustrasi yang dia buat untuk cover album selalu bagus, Hyung. Dia juga pernah dikontrak untuk jadi penata artistik cover album di perusahaan tapi kemudian dipecat karena dituduh menjiplak cover album dari perusahaan lain. Tapi ada yang bilang, karyanya yang sebenarnya dijiplak, hanya saja tidak ada bukti kuat. Dia dituntut untuk membayar royalty dan membayar denda pemutusan kontrak—"

"Dia dipecat jadi kenapa dia yang harus membayar denda?" potong Yongguk.

"Molla." Daehyun menggelengkan kepala tanpa sadar.

"Babo," cetus Yongguk tanpa menghentikan langkah kaki.

"Dan setelah itu dia menghilang. Ada yang bilang dia depresi. Ada yang bilang dia bunuh diri. Tapi Youngjae berhasil menemukan tempat tinggalnya dan ternyata dia sedang hamil—"

"Perusahaan kita tidak menerima orang yang sudah menikah." Yongguk kembali memotong kalimat Daehyun.

"Dia belum menikah!" Daehyun mulai kesal.

"Lalu dia hamil sama siapa!?" Yongguk ikut gusar.

"Mollaseo—"

"Daehyunie!" sebuah panggilan dari suara manis membuat Daehyun membalikkan badan dengan senyuman lebar sudah menghiasi wajahnya. Seratus delapan puluh derajat berkebalikan dengan ekspresi dongkolnya barusan karena berdebat dengan Yongguk.

"Gudaeya~" sambutnya pada seorang gadis mungil yang langsung merangkul lengannya dengan manja.

"Kau sudah makan, Gudae?" tanya Daehyun sambil merapikan poni Youngjae yang sedikit berantakan karena dibuat lari.

Youngjae menganggukkan kepala dengan sikap imut, membuat kekasihnya merasa gemas dan langsung memeluknya erat. Youngjae terkikik manja di dalam dekapan Daehyun. Sementara Yongguk hanya bisa memutar mata melihat love bird terkenal di perusahaannya sedang pamer kemesraan di depan mata. Dia memutuskan untuk pergi daripada diam lebih lama dan menjadi obat nyamuk.

"Ah, Yongguk Oppa! Tunggu," ujar Youngjae menghentikan langkah kaki Yongguk. Yongguk mungkin bisa tidak mengacuhkan Daehyun, tapi dia tidak pernah bisa menolak Youngjae. Gadis manis itu sudah seperti adik kecil untuknya.

"Dia bilang akan datang siang ini. Oppa ada waktu 'kan?" tanya Youngjae membuat Daehyun di belakangnya membelalakkan mata.

"Dia siapa?" tanya Yongguk separuh tidak mengerti, separuh curiga.

"Orang yang akan membuat cover untuk album yang sedang digarap Oppa," jawab Youngjae polos. "Daehyunie bilang Oppa sudah setuju, makanya aku mengundang dia ke sini biar bisa diskusi langsung dengan Oppa."

Yongguk melayangkan tatapan mata setajam pedang pada Daehyun yang sok menyibukkan diri dengan menghitung semut di langit-langit koridor kantor.

"Dia orang yang baik kok, Oppa. Dia memang sedang hamil tapi dia belum menikah. Aku sudah tanya ke Manager dan tidak masalah kalau kolaborasi dengannya. Lagipula kita tidak membuat kontrak, jadi kalau album ini selesai kerjasama dengan dia juga berakhir. Oppa bisa tenang." Youngjae mencoba menjelaskan dan Yongguk hanya menjawab dengan senyuman kecut sedangkan dalam hati dia sedang merencanakan kronologi pembunuhan terhadap Jung Daehyun malam nanti.

"Dia bilang akan datang jam dua...ah, itu dia!" kalimat Youngjae berakhir dengan sorakan, sambil tersenyum dia melambaikan tangan pada seorang gadis yang baru saja keluar dari lift.

"Unnie!" sambut Youngjae sambil berlari dan mendapatkan yeoja itu ke dalam pelukan akrab.

Yongguk langsung mengevaluasi wanita yang kini berdiri di hadapannya. Cantik. Dia punya rambut panjang yang hitam dan mata bulat yang bersinar. Yongguk suka gadis yang punya warna rambut gelap, nampak lebih natural. Bibirnya tipis dan membentuk pout samar yang membuatnya terlihat kekanakan. Kulitnya cerah, berkebalikan dengan warna tan kulit Yongguk. Tingginya tidak terlalu mengecewakan—

"Selamat siang. Namaku Kim Himchan. Salam kenal." Gadis itu menundukkan badan dengan sopan di depan Yongguk membuat isi kepala namja tinggi tersebut buyar semuanya.

Kim Himchan.

Dua kata itu menggema berkali-kali di dalam kepala Yongguk terlebih ketika matanya jatuh pada bulatan daging yang sedikit menyembul dari dalam blus yang Himchan kenakan. Ukuran lingkar perutnya pasti cocok untuk orang yang hamil lima bulan 'kan? Karena seingat Yongguk, terakhir dia mendengar suara rendah, sedikit serak, dan memiliki nada aegyo ini adalah lima bulan lalu.

"Dan setelah itu dia menghilang. Ada yang bilang dia depresi. Ada yang bilang dia bunuh diri..."

"Terima kasih, Oppa..."

Mata Yongguk berkedip dalam diam, tanpa mampu beralih dari wajah Himchan yang bertanya-tanya menatapnya.

"...sekarang aku punya alasan untuk terus hidup."

Yongguk merasa isi dadanya meleleh dan lumer turun ke diafragma, terutama ketika dipandangnya lagi perut Himchan.

"Permisi," desis Himchan mencoba untuk membuat namja yang nampak gamang di depannya menjadi sedikit fokus.

Yongguk menatap Himchan lurus ke manik matanya, mengagetkan wanita itu dan entah kenapa memunculkan semburat merah muda di kedua pipinya. Cantik, pikir Yongguk.

"Kau berbohong," desis namja tersebut dengan suaranya yang dalam dan serak. Kepala Himchan meneleng seketika, merasa pernah mendengar suara seperti itu entah dimana dan kapan.

"Kau bilang kau akan menulis alamat dan nomor telponmu, tapi kau tidak melakukannya. Aku akan menuntutmu," ujar Yongguk yang beberapa detik kemudian menuai pelototan lebar mata gadis di hadapannya.

Himchan menunjuk Yongguk dengan jari tangan gemetar. "Kau—"

-END-


Debut di fanfic BAP haruskah dengan rate begini? ._.

Maafkan saya T^T