Hora Ren'ai ga Kita

~Lihatlah, Cinta Kasih Telah Tiba~

By taskebab


Disclaimer: Kapan Death Note jadi milik saya? щ(°д° щ) Death Note selamanya milik TO kuadrat, tau.

Summary: Langit biru. Angin sepoi. Pesawat kertas. Layang-layang. Tawa anak-anak. Jalan setapak. Harapan. Dan kisah cinta rahasia yang tak biasa. LxSayu.

Warning: AU, mungkin OOC

Author note: Hora ren'ai ga kita, hora kakumei ga kita #plak eh engga, maksud saya tibalah revolusi diri saya untuk mencoba pairing tak biasa ini (oh how sweet). Ide ini muncul begitu saja di pagi hari tanpa ada petir di siang bolong.


Ia menyusuri jalan setapak itu dengan langkah yang – memang – terlihat sedikit gontai dan sangat tidak gagah. Terbungkuk dengan kedua tangan di kantung celana.

.

.

Sepatu converse beradu dengan jalan setapak berbatu. Jalan setapak itu tidak sepenuhnya batu, sedikit-sedikit rumput Jepang tumbuh untuk menyelingi, menciptakan kombinasi warna yang baru. Namun mata sang detektif sepertinya tidak cukup 'kurang kerjaan' untuk mengamati hal-hal demikian.

.

.

Jalan setapak itu jauh tidaklah panjang, ia tiba di sebuah lapangan kosong yang penuh dengan anak-anak yang sedang ria bermain walau tak sesak. Berkejar-kejaran, menarik layang-layang yang terbang anggun di udara, diselingi celaan kecil ketika layang-layang salah seorang anak terputus dan terbang bebas. Awan putih di langit yang cerah berarak-arak senang, mengalunkan harmoni, mengiringi kepolosan dan keceriaan dunia anak-anak yang belum berasimilasi dengan dunia yang jahat dan kelam – sejauh detektif itu rasakan dan ingat. Pesawat kertas berterbangan kesana-kemari, bahkan ada satu pesawat kertas yang mengenainya pelan. Ia memberikan pesawat itu pada anak yang lari kepadanya meminta maaf.

.

.

Terngiang di benak detektif itu pertanyaan sang 'figur ayah', tentang alasan mengapa ia ingin mengunjungi tempat penampungan anak kumuh di pegunungan seperti ini. Ia pun menjawab bahwa ia sedang mengkaji sebuah kasus pembunuhan berantai yang kemungkinan besar pelakunya adalah anak-anak, dan ia ingin mendalami sifat anak-anak lebih lanjut agar dapat membaca gerakan pelaku. Entah mengapa L bodoh dan kikuk, Watari mengerti segala kasus yang sedang dalam progress dan tidak ada kasus seperti yang diutarakan L sebagai alibi. Watari hanya mengangguk, menyembunyikan tawa kecil yang halus, kemudian mengiyakan saja daripada harus berurusan lebih lanjut.

.

.

L menatap anak-anak itu. Tak rindu namun tak benci, ia hanya menatapnya seperti menatap hamparan pasir putih di pantai – indah namun tak berkesan untuk dikasihi. Karena ia mempunyai tujuan lain daripada itu.

.

.

Menemui 'dia'.

.

.

Ya, dia. Adik perempuan semata wayang KIRA pertama yang telah ia kalahkan lebih dari lima tahun yang lalu. Kini sang gadis menyelingi kuliahnya dengan bekerja sosial, memberi anak-anak yatim piatu dari pedalaman kumuh itu kasih sayang tanpa pamrih.

.

.

Kini ia telah menjelma menjadi seorang gadis yang cantik. Paras, apalagi hati. Entah kapan mereka bertemu, dan kini setipis rasa membuat segala milik sang detektif terasa sesak dan terbatas.

.

.

Dan, ia yang dinanti-nanti datang menghampiri. Rambut panjangnya yang digerai tertiup angin sepoi yang sejuk. Sesimpul senyum manis di bibirnya tertuju padanya seorang, rona merah di pipi membuatnya makin ayu.

.

.

"Selamat pagi, Ryuuzaki-san."

.

.

Dan sekali lagi ia masuk dalam dunianya.

.

.

.

.

-END-


Author note 2: Aku lagi hobi bikin drabble yayayay~~ XD #woi pairing ini crack banget buat gue sebenernya =_= tapi baru asal coba aja sih.

Review?