Disclaimer: Hidekazu Himaruya, dan semua pihak yang terlibat termasuk saya (?)
Warning: abalisme, hetero pair, OOC gak ketulungan, serem, de el el. Perasaan yang suka USAViet di sini dikit ya?
Like a Cinderella
Halo para readers gaje! Nama gue Vietnam. Menyedihkan sih, tapi gue seorang pelayan yang tinggal di kastil yang penuh dengan kejahatan. Sebetulnya, ini semua adalah warisan papa yang jadi milik gue. Tapi, ibu tiri yang jahat nyuruh jadi babu di sini. Untung dia udah mati juga! Masalahnya, gue harus tinggal ngurus dua saudara laki-laki tiri saya, Alfred dan Francis padahal nggak punya hubungan darah sama sekali. Mereka juga sebenernya nggak bisa dibilang saudara kandung sih, soalnya mereka nggak mirip sama sekali. Satunya mesum, satunya lagi tukang heboh. Dan, rumah ini sekarang jadi kepunyaan mereka berdua, padahal sebetulnya itu punya saya.
Gue sekarang sekolah di Hetalia Gakuen, kelas Asia. Kelas paling tenang sejagat. Tapi gue sering telat kaena diperalat dulu sama dua orang gaje itu. Untung sekarang libur, karena besok ada pesta dansa sekolah. Kepala sekolah gue emang rada-rada. Udah tau anak kelas 3 udah mau ujian, eh malah dibuat pesta dansa. Ah, udah deh.
"Vietnaaam!" Kata Alfred bagaikan orang manggil 'Ijah'.
"Apa tuan?" Tanyaku kesal, menyindir Alfred.
"Kenapa tadi nggak bangunin? Aku jadi telat tau! Padahal aku ada kencan!"
"Maaf, tuan..."
"Ijaaah!" Panggil Francis. Ini lagi, lebih nyebelin. Dari mana nama gue IJAH? Bagus-bagus nama gue Vietnam! Dengan bendera bintang warna emas dan lata belakang merah! Lebih baik, aku tak usah menyahut. Tak ada gunanya menyahut, karena namaku bukan Ijah. "Ijaah! Di mana kamuu?"
"Ijah? Siapa tuh?" Tanya Alfred yang sedang pakai sepatu.
"Itu lo, tikus gue! Viet! Lihat Ijah nggak?"
Ya amplop! Kirain gue, taunya tikus barunya itu. Lagian gue aja kali ya, yang kegeeran! Masa' nama gue Ijah? Lah? Tikus... Perasaan 'kan... TIDAK! GUE PASTI DIMARAHIN FRANCIS! (caps nyala)
"Ijah... Tikus elo? Perasaan kemaren dibunuh Viet karena dia mengganggu makanan..."
ALFRED! JANGAN KASIH TAU FRANCIS DONG! GUE KAGAK MAU HARUS NGELAKUIN INI DAN ITU! *caps masih nyala.*
"Vietnaaam! Udah gue bilang itu tikus kesukaan gue!"
"Maaf, tuan Francis... Tapi tadi nona Sey menelepon anda." Yak! Lebih baik alihkan pembicaraan saja! Aku nggak mau jadi korban! Lagian tadi Sey emang bener-bener nelepon rumah ini!
"Wah, harus elo telepon balik tuh!" Kata Alfred.
"Iya juga ya!" Kata Francis. Dia segera mengambil handphone dan berlari ke kamarnya. Huff, satu masalah beres. Tapi kalo dia inget lagi berabe nih! Ya udah deh...
"Viet, gue berangkat ya!"
"Ya... Oh iya, ngedate sama siapa sih?"
"Arthur..." Bisik Alfred.
"HAAAH? Tuan Alfred, kau MAHO? Kaya salah satu smiles icon di KASK*S itu?"
"Ngedate doang gak berarti maho kali!"
"Iya juga ya..."
"Oke gue berangkat! Jangan hancurin rumah dan kasih makan Francis!" Dari caranya berbicara, aku merasa dia bicara 'kasih makan Francis' seperti 'kasih makan Blackie!' atau apa gitu.
"Arthur!" Kata Alfred.
"Kau lama sekali, git! Aku jadi menghabiskan bekalku!"
Bagus itu, pikir Alfred. Karena itu berarti dia tak akan memakan makanan Arthur yang tak jelas dari mayonaise atau keju kambing khas Scotland, dari rempah-rempah atau cokelat, dari kare atau apa boa, entahlah. Afred paling tak ingin (terpaksa) memakan makanan tak jelas itu.
"Oh, begitu. Sayang sekali... Aku sudah lapar, bgaimana kalau kita ke cafe di seberang itu? Kabarnya ini cafe pertama di daerah ini."
"Iya juga ya, daerah ini sepi banget!"
"O.K, LET'S GO!"
Di kafe mereka memesan makanan yang sama sekali nggak ada di kafe. Arthur memesan Fish n' Chips dan Yorkshire Pudding, sedangkan Alfred memesan American Style Large Pizza dan Super Big Mac.
"Maaf pak, tak ada..."
"NGGAK ADA YORKSHIRE PUDDING? KAFE INI PAYAH!"
"APA JADINYA KAFE TANPA PIZZA!"
A/N: Iyalah mas Alfred, kafe mana yang nyediain makanan berat kaya' Pizza?
"Adanya apa?" Tanya Arthur sok-sokan gentelmen, padahal dia sebenernya gatel2 *gak ada hubungannya*
"Indonmie rebus, indonmie goreng, kopi, kopi susu, teh, roti bakar..."
Darah Arthur dan Alfred mendidih begitu tahu kalau ini bukan kafe biasa, tapi warkop khas Nesia!
"Ya udah deh, indomie rebus dua... Sama kopi susu dan teh..."
Tak lama kemudian, pesanan datang. Mereka makan indonmie sambil ngobrol.
"Hei, Alfred. Gimana soal pesta dansa sekolah besok malem?"
"Apa tuh?"
"Maksudnya sih pesta dansa gitu deh. Terus, pangeran sekolah juga nyari pasangan hidup tuh,"
"M-maksudnya mencari istri gitu? Ogah! Gue bukan cewek-cewek yang kepincut sama pesona si pangeran tak tampan itu! Gantengan juga gue!"
"Maksud gue bukan gitu, kabarnya famili si pasangan pangeran sekolah yang super kaya itu bakalan boleh tinggal di rumahnya yang jauh lebih mewah dari rumah elo, dan dapet duit banyak! Kalo si Viet..."
"Ah! Gue ngerti! Jodohin Viet sama pangeran Roderich? Boleh juga tuh!"
"Tapi gue kurang yakin kalau Roderich bakalan suka sama Viet!"
"Ayolah, dimana-mana pangeran itu sama pembantu!"
"Ck, jahat banget elo!"
"Lah? Elo yang ngasih ide duluan 'kan?"
"Iya, asal gue dapet bagian dari elo aja..."
Mereka berdua pun menyeringai bak serigala yang sedang mau pesta dansa.
"Aku pergi ya Viet! Jaga rumah!" Kata Francis. Aku mengangguk. Aku baru sadar, kok aku mau sih jadi babu?
Yah, sendiri lagi deh! Terpaksa aku membersihkan seluruh rumah. Apa aku terlalu rajin ya? Yah, mumpung aku sendirian, nggak apa-apa kan kalo aku pake kokom Alfred sebentar? Sekedar buka fesbuk atau lihat-lihat gambar di gel*piip*!
Aku nyalain kokom. Duh, deg-degan juga ya... Takut ketahuan, biasanya aku nggak boleh buka kokom, apalagi punya Alfred! Kokom nyala, dan tanganku gemeteran memegang mouse. Dengan hati-hati aku mengambil modem Alfred. Modem Alfred memang unlimited, jadi dijamin nggak akan ketahuan kalo dipake. Tinggal dihapus history-nya, beres kan!
Aku masukkan modem, dan aku nyalakan koneksi internet. Kubuka banyak hal, dari yang casual sampe yang serem. Untung Alfred nggak ada di sini! Buka facebook sebentar, dan kurasa tak ada masalah. Sudah lama aku tak buka facebook. Sekedar pengen tahu nasib anak-anak ASEAN.
Buka Profil Nesia, aku lihat statusnya. "Glek. Gayus bener-bener serem bin nyebelin, masuk tipi terus soalnya dan bos gue pengen naik gaji kayak filem Em*k p*ngen n*ik h*ji. Haruskah gue minta bantuan?"
Nesia, Nesia. Udah gede tetep aja bermasalah. Ah! Ada banyak friend requests!
Gerard Zwijger
accept not now
Ivan Braginsky
sebagai nation komunis, kita harus saling bersatu,da.
accept not now
Laura Zwijger
accept not now
Gilbert C'lalu GagalL (Gil iNgind Eksis)
accept not now
FeLiciano Cinta Pasta
accept not now
Unibrow Kirkland
accept not now
Halah! Ribet, mana ada yang alay pula nama fesbuknya, langsung aja kuaccept semua. Tapi...
"Viet, bukannya sudah kusuruh kamu supaya nggak pake kokom kesayanganku?"
Glek. Suara itu... ALFRED? Mati guee!
"A-anu... Alfred.."
PLAKK! Tamparan mendarat di muka Vietnam.
"N-nggak boleh nampar perempuan!"
"Bodo!"
"Di facebook para wani
"Elo ternyata punya akun fb juga? Kok gak bilang-bilang gue sama Francis?"
"S-soalnya..."
"Supaya gak ketahuan 'kan? Padahal gue udah baik mau nyomblangin elo sama Roderich..."
"Haaah?" Tanyaku kebingungan. Apa lagi, nggak nyambung.
"Yak! Sekarang gue ngasih elo pelatihan supaya di pesta dansa nanti elo bisa bikin Roderich suka sama elo!"
"Weitce... Weitz... Bukannya Roddy dah punya Vash?"
Giliran Alfred yang kebingungan. "Ap-apaaa?"
"Iya, masa' elo nggak tau sih, mereka kan kemaren baru aja jadian... Meski orang laen kagak tau, gue dikasih tau sama mbak Elizaveta di efbinya!"
"Sialan! Kalo gitu elo nggak boleh ke pesta dansa!"
"Ya udah sih, lagian siapa juga yang mau?" Sanggahku. Sebetulnya aku ingin sekali ke sana, tapi aku entah kenapa nggak bisa ngelawan orang di depanku ini.
"Elu mupeng 'kan? Sayangnya gak gue bolehin!"
"Ya udah sih, sepele!"
"Sepele gimana, elo udah pake kompi orang sembarangan, udah buka internet..."
"Perasaan nggak kaya' gitu deh!"
"Oh, berani ngelawan?"
"Iya! Gue berani!"
"Elo tahu jadinya kalo elo ngelawan gue..."
"Hah?"
"Udah deh, lupain! Pokoknya elo nggak bisa dateng ke pesta besok!"
"Ya udah!"
Valentine Party...
"Kita berangkaat! Inget, elo gak boleh pergi!" Kata Alfred sambil melambaikan tangan.
Sialan! Francis sama Alfred udah berangkat, sedangkan gue disuruh jaga rumah? Oke! Nggak sadar, air mataku jatuh. Bukan karena sedih kaya' di cerita Cinderella itu, tapi gue kesel! Udah berapa kali kesenengan gue direbut sama mereka berdua, terutama Alfred.
"Nona, apa kau kesepian?" Tanya seseorang dari balik jendela. Aku langsung menutup gorden, ketakutan. Ada seseorang memakai seragam sailor biru tua dengan sayap tinker bell, serta wig Dora ala Gayus. Dengan ajaibnya, dia menembus jendela dan ada di hadapanku. Muka bulenya sama sekali nggak cocok sama kacamata Conan dan Wig Dora a la Gayus yang dia pakai.
"S-siapa kamu, wahai tuan penculik?"
"Penculik dari Hong Kong!"
"J-jadi kau siapa?"
"Aku ibu peri. Panggil aku Norge Dora Gayusisme."
"Jadi... Gayus punya kemempuan untuk menembus jendela sehingga dia bisa lolos dari penjara?"
"Lupakan itu!"
"Jadi? Kau kesini mau apa?"
"Mau menolong anak yang kesusahan..."
"Siapa?"
"Kamu, bodoh! Kau yang kesusahan karena tak bisa ke pesta dansa 'kan?"
"Jadi karena aku kau menerobos penjara, wahai tuan Norge Dora Gayusisme?"
"Hng..." Norge Dora Gayusisme kehilangan kata-kata. "Yang jelas kau kuberi mobil dan baju ini, serta gue shir make-up. Kau harus kembali sebelum jam 12 karena kalau lebih dari itu sihir akan menghilang dan aku akan ketahuan interpol." Setelah ngomong gaje, Sang Norge Dora apa itu langsung menghilang. Sementara itu aku melihat bayangan diriku di cermin. Ini aku? Cantik sekali! Gaun hijau muda yang kupakai, dandananku sekarang... Benar-benar lain dari aku yang biasanya! Kalau begini Alfred atau Francis pasti tak akan mengenaliku, dan aku akan bahagia!
Aku segera menaiki mobil, dan mengendarainya. Tempat pesta agak jauh sih... Tapi aku yakin aku ingat jalannya.
Ini dia hotelnya. Aku segera masuk situ, membawa undangan. Aku memang diundang karena aku juga murid Hetalia Gakuen (meski jarang masuk). Aku segera berlari dan bawa undangan pesta. Masa bodoh kalau endingnya lihat semua orang dansa, yang aku incar hanya makanan kok!
Aku berlari ke ruang dansa. Ni sepatu kegedean! Jadi gue harus nyari sepatu lagi. Eh, dandanan gue nggak aneh kan? Begitu sampe di ballroom (ruang dansa) semua lihat ke arah gue. Kenapa? Kenapa? Oh iya, gue udah jadi cantik ya, lupa. Eh, makanan di situ kayaknya enak... Begitu mau nyomot makanan, tiba-tiba suara yang kukenal bicara ke gue.
"Nona, mau dansa satu lagu dengan saya?" Tanya orang itu. ALFRED? Dia gak ngenalin gue? Apa saking cantiknya dandanan gue? Ah, makasih tuan Norge Dora Gayus apa itu kelanjutannya. Kayaknya dia terpesona sama gue deh.
"Ya udah." Kata gue. Awalnya gue mau dansa satu lagu aja, tapi keterusan. Kayaknya cowok-cowok liat gue sama Alfred pake tatapan iri deh. Ah, mana mungkin, elo yang kepedean. Mana mungkin gue secantik itu? Ada juga mereka mupeng lihat muka Alfred yang emang cakep banget hari ini. Iyalah, siapa yang mekapin? Gue!
Teng! Denting jam berbunyi. Tunggu, sekarang jam berapa? Aku segera melihat jam tanganku. Hah? Jam 12?
-TBC-
A/N: nih berapa fic sih yang harus ongoing? Author parah! Tapi tenang aja, kalo yang ini tiga chapter langsung end. Oke, RnR? Ini secepetnya diapdet...
