Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rating: M

Warning: YAOI, typo(s), Abal, and many more

Don't like don't read, ok?

AN: Yo! hehe maaf ya si S. Oyabun belum bisa ngepost chapter-chapter update-an kayaknya dia kebanyakan ide. Jadinya saya disuruh buat ngepost cerita ini. Siapa saya? mau tau aja *ditendang reader* heheh saya hanya kawan yang tidak dekat dan tidak jauh hehehe. jadi salam kenal ya! Oh ya, ingat ini two shoot! jadi cuma dua chapter.


Rahasia seseorang itu bagaikan jarum dalam setumpuk jerami. Sangat sulit untuk dicari dan digenggam. Namun, jika sang pemilik rahasia yang membawanya keluar dari jerami, siapapun dapat melihatnya dengan sangat jelas. Bahkan dapat menggenggamnya dengan erat … sangat erat.


Pairing: Sasuke Uchiha & Uzumaki Naruto

Shit! I dropped it!


Derap langkah terdengar begitu nyaring. Kesunyian malam yang menyelimuti membuat derap langkahnya terdengar semakin nyaring. Seorang bocah berambut pirang tampak sedang berjalan dengan tergesa-gesa. Manik lautnya tampak begitu siaga akan benda-benda di sekelilingnya. Tangannya menggenggam lembaran-lembaran kertas yang ada di depan dadanya dengan erat. Matanya mencoba mencari-cari ruangan yang sedari tadi dicarinya.

Dia tersenyum tipis saat matanya melihat sebuah pintu yang sangat di nantikannya.

306.

Kamar tempatnya tinggal dan tidur dengan nyenyak. Dia mengambil kunci yang ada di dalam kantong celananya dengan cepat dan memasukkan ke dalam pintu apartemen tersebut dengan perlahan. Dia membuka pintu tersebut dengan perlahan dan menengok ke dalam. Bocah berambut pirang itu tersenyum lebar saat matanya menangkap ruangan tersebut sedang sepi. "Ternyata dia sudah ti—"

"Kau pulang telat lagi."

"—ternyata tidak." Lanjutnya saat dia melihat sosok pria yang sangat dikenalnya sedang berdiri di belakang pintu. Mata biru cerahnya menatap sosok di hadapannya dengan ragu dan sedikit … takut. "Te-teme, selamat malam." Ucapnya tidak tahu diri sembari melengos masuk ke dalam. Namun, gerakannya terhenti saat sebuah tangan pucat memegang tangannya, "Ampun, Teme! Ampun! Aku tidak akan mengulanginya lagi." Ucapnya sembari bersujud di hadapan orang tersebut.

Tak ada jawaban.

Dia membuka sebelah matanya yang tertutup dan mendongak ke atas. Orang tersebut sedang memegang kertas yang tadi di bawanya dan sedang membacanya. MEMBACANYA! HELL! Matanya membulat sempurna saat melihat hal tersebut, "Ja-jangan dibaca!" teriaknya sembari bangkit dari sujudnya dan …

'DUK'

"Sakit, Teme!"

"Sakit, Dobe!"

Teriak mereka bersamaan saat kepala si bocah pirang menyundul dagu pria yang sedang membaca kertas-kertas tersebut. "K-kau! Dasar dobe!" teriak pria dengan rambut hitam kebiruan yang mencuat ke belakang. Mata kelamnya menatap bocah di hadapannya dengan kesal.

"Hehehe, maaf ya, Teme. Tapi aku harus … tidur!" ucapnya sembari lari memegang kertas tersebut dan menutup pntu kamarnya dengan cepat.

"Cih! Kenapa aku bisa menyukai orang bodoh seperti itu?" ucap Sasuke dengan pelan sembari memijat dahinya dengan tangan kanannya. Matanya menatap pintu kamar yang baru saja tertutup dengan alis yang terangkat. "Aneh." Ucapnya sembari tersenyum tipis. Dengan langkah pelan di memutar kenop pintu kamarnya dan masuk dengan perlahan. Matanya menerawang dengan lelah. Dia menatap ranjang dengan ukuran besarnya dengan malas, "Haiss! Kenapa aku malah berpikir untuk tidur sekamar dengannya. Dia belum cukup umur Sasuke! Belum!" ucapnya dengan frustasi sembari menghempaskan tubuhnya ke ranjang.

.

.

.

Suara riuh penghuni pagi mulai terdengar. Matahari yang tertidur kini telah membuka matanya. Menyiarkan pada sang bumi untuk segera bergerak maju. Seorang bocah berambut kuning tampak sedang sibuk dengan lemari esnya. "Tomat! Tomat! Dan tomat!" ucapnya kesal saat mencari makanan di kulkas dan hanya mendapatkan 'tomat' yang merupakan buah kesayangan monster yang ada di apartemennya. "Aku lapaaar~" ucapnya dengan lesu sembari bersandar di pintu lemari es tersebut. Matanya menatap sosok yang sedang berjalan ke arahnya dengan malas. "Untuk apa kau ke-hmpf."

"Selamat pagi, bocah nakal." Ucap sosok tersebut sembari mencium bibir Naruto dengan lembut.

Naruto membulatkan matanya dengan keterkejutan, "Ka-kau! Kenapa kau menciumku? Dasar mesum!" teriaknya sembari bangkit dari duduknya. Dia mengelap bibirnya dengan kasar menggunakan punggung tangan kanannya. "Aku berangkat sekolah saja." Ucapnya sembari berjalan keluar dengan kasar.

'BRAK'

Dia membanting pintu apartemennya dengan kasar. Sasuke yang melihat hal tersebut hanya mampu menghela napas lelah, "Aku salah lagi? Tapi aku tunangannya! Hell! Aku tak pernah menyentuhnya. Haiss! Dasar bocah." Ucapnya dengan kesal sembari berjalan pelan menuju kamarnya. Dia menyalakan komputernya dengan kasar. Kembali bekerja. Ya, agak beruntung karena dia hanya perlu bekerja di rumah. Hanya menyetujui laporan via online. Sebagai seorang direktur perusahaan besar, dia cukup direktur termalas yang pernah ada. Entahlah, dia merasa tidak perlu ke kantor jika hanya akan mengurusi peretujuan dan rapat-rapar yang merepotkan. Dia pemimpin! Dia bebas! Dan bebas itu nyata!

"Oh iya, kertas semalam itu apa? Kenapa dia marah ketika aku membacanya?" ucapnya sembari memperhatikan layar komputernya. Matanya menyipit saat membaca deretan berita yang tertara disana.

Seorang pembuat novel muda yang sangat terkenal akhir-akhir ini. Pembuat novel yaoi yang sangat terkenal dan misterius. Karena tak ada seorangpun yang tahu tentang identitas asli orang tersebut. Dia hanya menggunakan inisial nama S.N sebagai pencipta. Siapakah sebenarnya orang tersebut?

Sasuke mendengus geli saat membaca berita tersebut. "Apa-apaan memakai inisial segala? S.N? Huh, anak muda jaman sekarang sangat berlebihan." Ucapnya sembari membuka situs yang menampilkan berbagai novel buatan orang tersebut. "Loh, dia membuat doujinshi juga?" ucap Sasuke sembari menelusuri doujinshi tersebut. Matanya membulat sempurna saat membaca doujnshi tersebut. "Shit! Dia bisa membuatku bangun." Ucapnya sembari memegang selangkangannya dan berlari ke kamar mandi. Sepertinya dia harus menyelesaikannya sendiri.


Silver Gold


Naruto memandang keluar kelasnya dengan lesu. Matanya menatap rentetan tulisan yang tertera di kertasnya. Dia menghela napas lelah sembari memasukkan kertas tersebut ke dalam tasnya. Lembar demi lembar di masukkannya secara berurutan.

Eh?

Dia memasukkan selembar kertas lagi.

Eh?

Dia mengeluarkan semua kertas itu dengan kasar dan menghitungnya seara perlahan. "Loh? Kenapa cuma ada 24 lembar? Seharusnya ada 25, kan? Ke-kemana yang satu lembarnya?" ucapnya sembari memperhatikan lembaran yang ada di tangannya. Matanya membulat sempurna saat menyadari jika yang hilang tersebut adalah lembar ke delapan. "Lembaran itu! Naruto bakaaaa!" teriakanya dengan frustasi sembari mengacak surainya dengan kasar.

'SIIIING'

Semua temannya menatapnya dengan heran, "Na-naruto. Kau diperhatikan Kakashi sensei." Ucap seorang bocah brembut coklat dengan dua tato segitiga terbalik di kedua pipinya, Inuzuka Kiba.

"Mendoukusai." Ucap orang yang ada di sebelah Kiba sembari kembali tertidur.

"Uzumaki-san, saya tahu jika Anda orang yang bodoh. Tapi, bisakah Anda tidak terlalu bangga dengan hal tersebut?" ucap guru dengan rambut perak yang sedang menatapnya malas.

"Ha-ha'i sensei." Ucap Naruto dengan lesu sembari menundukkan kepalanya, 'Kertaskuuuuu~" batinnya miris.

.

.

.

Sasuke menatap spermanya dengan lesu, "Kapan aku bisa menaruh ini di Naruto?" ucapnya sembari membersihkan dirinya. Dia mendesah kecil saat membersihkan barangnya yang sudah lemas. Dengan malas dia membersihkannya dan segera keluar dari kamar mandi tersebut. Matanya menatap malas komputernya yang sedari tadi dibiarkannya menyala. "Damn that doujin!" ucapnya sembari melangkah menuju dapur dengan kasar.

Sasuke menatap apartemennya dengan malas, "Ha—ah, sepi sekali disi-eh apa ini?" ucapnya sembari memungut selembar kertas yang ada di depan pintu apartemennya. Dia menatap kertas putih polos itu dengan bingung, "Oh ada gambarnya di bali-what the hell!" teriaknya saat melihat gambar yang ada di kertas tersebut. "Another doujin." Ucapnya dengan malas sembari membawa kertas tersebut ke dapur. Dia membaca tulisan yang tertera disana. "I-ini tulisan Naruto, kan?" tanyanya sembari duduk di kursi yang ada di dapur tersebut. Dia terus memperhatikan gambar yang, entahalah itu gambar apa sebenarnya.

Sasuke memijat kepalanya dengan pelan, "Buat apa Naruto membuat benda seperti in-S.N!" teriaknya saat melihat tulisan S.N tertera di pojok kanan bawah kertas tersebut. Sasuke memicingkan matanya dan tersenyum lebar. "Hoo, jadi dia sering pulang malam hanya untuk mengepost barang-barang seperti ini. Ya, cukup pintar. Karena jika dia melakukannya disini, maka aku akan mengetahuinya dengan mudah." Sasuke tersenyum kecil sembari bersiul-siul senang. Dia mengambil ponselnya dengan riang dan mengetikkan bebarapa kata dan mengirimnya entah pada siapa.

"Ternyata kau sudah besar ya, Dobe." Ucapnya sembari tersenyum mesum ke arah gambar yang ada di tangannya.


Silver Gold


Naruto terbangun dari kesengsaraannya akibat getaran yang ada di kantong celananya. Dia membuka ponselnya dan membaca kata-kata yang tertera disana. "Buat apa Sasuke mengirimkan i—"

[Ternyata kau sudah besar, bocah. Hibur aku di rumah nanti. Seperti gambar yang ada di tanganku ini.]

"—bakaaa!"

"Naruto! Keluar sekarang juga! Dasar berisik!"

Bersambung….

Yo! bagaimana cerita abal si Oyabun-san ini? heheh :D ini two shoot. So chapter depan akan full lemon. Hehehe!

Concrit please?