-The Daughter of Poseidon-

Mark of Athena Scene by Rick Riordan

LEO

Setelah semua persiapan sudah rampung dan bersiap untuk melakukan persembahan berupa kapal perompak milik Chrysaor dan awak lumba-lumbanya pada sang Dewa Anggur Bacchus ataupun Dionysus, ide Percy, sang Putra Poseidon, Leo yang tengah memeriksa kapal perompak dengan tujuan memberi lubang tambahan didasar dengan berbagai perkakasnya menjerit histeris. Percy dan Hazel bergegas mendekatinya.

"Kenapa Bung?" tanya Percy, matanya melebar setelah mendapati Leo yang terduduk disamping seorang gadis yang tak sadarkan diri dilantai kapal.

"Demi dewa-dewi." Hazel menutup mulutnya agar tak menjerit. "Siapa dia?"

"Dia sudah begitu ketika aku melihatnya," jawab Leo, tentunya dia tak ingin disalahkan karena kejadian ini.

"Kita bawa dia ke Argo II," seru Percy yang langsung mengangkat tubuh gadis itu.

Saat mereka bertiga dalam kasus ini empat sampai di Argo II banyak pekikan kaget yang bernada bertanya, Siapa Dia adalah yang paling popular menurut Leo, kecuali Annabeth yang berseru Cepat letakan dia kesini, dia harus segera mendapat pertolongan! Mulia sekali, batin Leo.

"Siapapun tolong ambilkan kotak P3K didalam kabinku," suruh Annabeth, Percy langsung bergegas untuk mengambilnya.

"Wajahnya pucat sekali." Piper mendekat, mengecek tubuh perempuan yang menurut Leo berumur sekitar 14-15 tahun.

"Apa dia sudah meninggal?" Leo hanya bisa meringis ketika dipelototi oleh ketiga perempuan. "Hei aku hanya bertanya Nona-Nona." tak ada yang menghiraukannya.

"Denyut nadinya sudah sangat lemah," Piper memberitahu.

"Kita beri dia ambrosia saja." Kini giliran Frank yang mendapat pelototan, Leo bersorak dalam hati.

"Kita malah akan membunuhnya, ambrosia untuk Demigod," sembur Hazel.

"Barangkali dia Demigod juga, kita menemukannya dikapal perompak yang membenci Demigod," Jason mengutarakan pendapatnya.

Percy tiba dengan kotak P3K ditangannya, Annabeth mengeluarkan isinya dengan tak sabar lalu meraih betadine dan mengoleskan pada luka-luka ditangan perempuan itu.

"Kita butuh air untuk mengompresnya," katanya serius.

"Masalah gampang." Saking semangat entah terburu-buru Percy malah mengundang air laut untuk membasahi kami semua. "Eh sorry, aku lupa ini laut," ia nyengir.

Leo mendengus, oh lucu sekali putra Poseidon, sang penguasa laut lupa jika dirinya ada dilaut . Ia mengusap-usap wajah dengan kaus blasterannya.

"Hei coba lihat lengannya!" seru Annabeth, lebam-lebam ditangannya hilang sudah, mustahil sekali jika obat itu langsung menyembuhkannya, belum ada satu menit sama sekali.

"Wajahnya juga."

Memang benar, wajahnya yang tadi sudah pucat pasi kini mulai memiliki rona, luka-luka lecet diwajahnya juga hilang.

'Wajah yang sempurna' dalam hati Leo.

"Luar biasa," Pak Pelatih Hedge yang masih menggebu-gebu karena berhasil mengalahkan sekawanan perompak laut, menurutnya, mendekat untuk mengecek. Tidak seperti sang satir, ketujuh Demigod itu saling berpandangan dengan bingung.

"Percy, dia sepertimu." Annabeth memandang Percy, seolah-olah dia baru saja menyadari sesuatu yang besar.

"Apa mungkin dia…" Frank tak melanjutkan ucapannya, terlalu kaget mungkin.

"Putri Poseidon," Jason melirik Percy yang sama tercengangnya.

Tiba-tiba mata perempuan itu terbuka, hijau sehijau rumput laut, persis seperti Percy. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri, begitu matanya menyadari sekumpulan orang tengah mengerumuninya, mata itu berubah menjadi ketakutan.

"Siapa kalian?" ia mencoba duduk, Annabeth membantunya, tetapi ia juga menatap Annabeth seolah berkata Jangan sentuh aku penjahat!. "Dimana aku?" ketakutannya semakin menjadi-jadi.

"Kau tak perlu takut, kami bukan orang jahat." Piper membubuhkan charmspeak dalam ucapannya, cukup ampuh juga karena gadis itu tak menjauh.

"Kami menolongmu, seharusnya kau berterimakasih pada kami," ucap Leo yang menambahkan humor dalam nadanya, tapi gadis itu menganggap serius karena langsung memberengut kearah Leo.

"Kalian bukan anak buah orang bertampang seram itu, kan!" pasti Chrysaor, pikir Leo. "atau anak buah Ayah tiriku," tambahnya pelan.

Leo ingin sekali membalas Hei kami ini penyelamat dunia loh, bukan anak buah orang jahat. Tapi melihat tampang gadis itu, Leo mengurungkan niatnya.

"Tentu saja bukan," jawab Hazel. "Kau tenang saja kami akan menjagamu." Kau memang baik Hazel, gadis itu sepertinya sudah cukup tenang dan terkendali. Seolah-seolah dia itu anjing neraka yang tengah dilatih agar menjadi baik, Leo ingin sekali ketawa.

"Tetapi kenapa dengan Ayah tiri mu itu?" matanya sedikit mengabur, mungkin Piper terlalu berlebihan menggunakan charmspeak nya, detik berikutnya dia agak menguranginya.

Gadis itu menunduk, memandangi flatshoes cokelat kotor yang terpasang dikakinya, wajahnya berubah menjadi sedih. "Dia membunuh Ibuku." Setetes air mata mengalir dipipinya, Hazelmerangkulnya.

Beginilah kehidupan seorang Demigod, kehilangan Ibu atau anggota keluarga yang lain, hal yang biasa. Malahan Leo dibenci keluarganya sendiri karena dituduh membunuh Ibunya sendiri, ayolah gunakan logika kalian mana mungkin aku membunuh Ibuku sendiri.

"Dia juga berniat membunuhku, tetapi Ibuku sudah terlebih dahulu memberitahuku untuk lari." Kini mulai terdengar isakannya. "Aku ingin menolongnya, tetapi Mom menyuruhku untuk cepat kabur. Laut larilah kelaut kau pasti akan aman, menjengkelkan sekali, kan!" isakannya sudah berubah menjadi tangisan.

Jason menatap Leo seolah berkata Dia sepertinya memang putri Poseidon, Leo mengangkat bahu.

"Dan bagaimana sampai kau berada dikapal Chrysaor?"

"Saat aku lari kelaut terdekat, aku masih dikejar oleh anak buah Ayah tiriku, ada sebuah kapal dipinggiran dan tanpa berpikir lebih lanjut aku langsung menaikinya," ia bercerita sambil terisak. "Dua hari aku terdampar di laut, sampai akhirnya bertemu kapal itu." ia bergidik sambil menunjuk kapal bajak laut milik Chrysaor, pasti kenangan yang terlewat buruk.

"Oke cukup sekian introgasinya." Annabeth mengerak-gerakan tangannya agar orang-orang mulai menjauh sedikit. "Dan siapa namamu?"

Gadis itu berhenti menangis, berkat charmspeak Piper tentu saja. "Natasha White."

"Oke Tasha-"

"Jangan panggil aku itu," sentak gadis itu keras, membuat beberapa orang berjengit kaget. "Aku tak suka nama itu." Ia memberengut yang menurut Leo sangat imut. "Panggil aku Nasha, cukup Nasha."

Hening sejenak.

"Baiklah Nasha, ayo kita kedalam," ucap Annabeth yang tersenyum. "Kau perlu membersihkan diri bukan!" Nasha mengangguk, Hazel dan Piper juga menemani keduanya masuk. Hanya tersisa para cowok dan seorang lebih tepatnya seekor satir yang kelewat bersemangat.

"Cewek aneh," kata Jason, Frank mengangguk setuju, Percy sendiri belum pulih dari masa transnya.

"Semenit yang lalu dia menangis terisak-isak, menit berikutnya marah-marah hanya karena tak suka dipanggil Tasha." Sudut bibir Leo tertarik ke atas. "Hei Bung, kau baik-baik saja?" Leo menepuk pundak Percy.

"Yeah," jawabnya, Leo berpikir mungkin cowok itu tengah terkena sindrom aku punya adik baru yang cukup mengguncangkannya.

"Ngomong-ngomong kapan nih acara persembahannya?" Pak Pelatih Hedge sepertinya sudah tak sabar setengah mati ingin segera melenyapkan kapal itu. Percy memimpin acara persembahannya, mengucapkan beberapa kata kepada sang Dewa Anggur.

Sambil melihat kapal yang tenggelam, Leo memikirkan wajah gadis itu.

Fic PJO aku yang pertama

Maaf kalo aneh dan terkesan mengubah cerita *itu hobby ku :D

RnR yaaa