Pertanyaan Aidou tentangnya dan Yuuki membuat Zero berhenti sejenak dari memotong-motong lobak dan kentang, dan berpikir.

Aidou―dan orang-orang lain yang sungguh bertanya sepertinya (siapa lagi? sepertinya tidak ada, ia masih saja vampir yang amat antisosial)―melihatnya dengan tatapan yang kosong, apabila tidak cocok dilabeli 'prihatin'.

Tapi bukannya Zero tidak keberatan.

Ia keberatan dan ia mengekspresikannya dengan memasak―makanan penutup Yuuki dengan kuantitas terbatas. Ia keberatan dan ia tidak mengekspresikannya terhadap anak itu sedikitpun, karena senyumnya yang seperti cercahan matahari di dunia yang kelabu itu. Matahari mini dibandingkan ibunya, yang seperti angin segar sayup-sayup. Ia keberatan tapi ia membiarkan di saat-saat genting, Yuuki mendatanginya dan menghempasnya dengan satu pelukan, lagi mengelus pelan Zero seolah-olah gerakan itu akan dapat menenangkan dirinya dari veto anggota senat, atau kekacauan pil darah palsu lagi di luar, atau perdebatan politik yang kelut.

Sepertinya ia lebih banyak membiarkan dan memberi daripada benar-benar keberatan.

Tapi hal itu bukan masalah besar baginya, batin Zero dalam dirinya sendiri. Tubuhnya yang tinggi jenjang, senantiasa bekerja menjadi ketua asosiasi pemburu vampir di siang malam dan kotor oleh peluh dan darah yang bukan miliknya; dirinya yang merupakan pembunuh saudara kandungnya sendiri itu―apabila Yuuki memang memilihnya untuk menjadi sandaran, ia tidak keberatan. Berat tubuh itu yang kelihatan saja ringkih, namun hangat-hangat tak terperi, merupakan salah satu sumber kehidupan Zero. Ia akan menjadi tiang pancangnya. Melindunginya ketika angin dunia luar terlalu kuat menerpa, memeluk ia dan―memeluk anak itu juga seperti seorang ayah yang tidak (belum) pernah ia punya.

Dan bila suatu hari nanti jawaban Yuuki dari sebuah senyum berevolusi menjadi sebuah penyerahan, dalam titi kata devosi devosi (karena vampir adalah makhluk-makhluk yang rakus, lagipula) yang menyerahkannya pada Zero akan datang, Zero-

Zero tidak mampu membayangkannya.

Maka untuk sekarang mungkin yang bisa ia lakukan adalah memotong kentang, hidup di masa kini, dan menikmati setiap saatnya.

(Anak itu kemudian datang kepadanya dan bertanya mengapa terkadang ia memasak sambil tersenyum.)