Disclaimer: Still Masashi Kishimoto

Pair: SasoTen

Slight: NejiSaku

Warning: Gak jelas alurnya.

Don`t like Don`t read !

RnR

Hallo minna. Ini fanfic aku yang baru. Pairnya Sasori and Tenten. I know crack pair. Alasan aku bikin fanfic ini karena kalo` aku liat nih ya, fanfic Tenten sama crack pair itu jarang banget. Kebanyakan main castnya kalo gk Hinata, Sakura, Ino. Jadi aku mikir Tenten itu agak terlupakan. Nah makanya aku bikin crack pair. :D

Oke. Happy reading !

"Aku tidak mau tau. Aku mau adik, titik !". Teriak seorang gadis kecil pada orangtuanya. "Tapi Tenten...". "Kaasan, kau pernah janji padaku kalau kau akan mengabulkan semua permintaanku kan ?. Aku ingin adik. Hanya itu yang kumau Tousan, Kaasan". Kata gadis kecil itu memotong perkataan ibunya."Apa mainan yang Tousan dan Kaasan berikan untukmu masih kurang ?". Tanya Ibunya. "Mainan itu terlalu banyak untukku. Aku selalu memainkannya sendiri, tidak ada teman untuk kuajak bermain. Aku bosan selalu bermain seorang diri". Jawab gadis manis itu. "Kenapa kau ingin adik ?". Tanya Ayahnya. "Semua teman-temanku disekolah selalu menceritakan betapa lucu dan menggemaskanya adik-adik mereka. Aku iri pada mereka". Jawab Tenten polos. Memang orangtua Tenten sepakat untuk menuruti semua yang Tenten inginkan. Tapi tidak untuk satu hal. Dan satu hal itu adalah seorang adik. Bukan apa-apa. Saat Ibu Tenten mengandung gadis bermata hazel itu, ada satu masalah yang tidak bisa membuatnya hamil lagi. Atau lebih tepatnya tidak diperbolehkan untuk hamil lagi untuk yang kedua kalinya. Namun, Tenten masih belum mengetahui hal itu, karena orangtuanya merasa belum saatnya Tenten mengetahui hal semacam itu. "Lagipula, aku bosan dirumah sendiri jika Tousan dan Kaasan keluar kota. Aku selalu sendirian". Kata gadis kecil itu lagi. "Bukankah ada Hiruko Baasan ?". Jawab lelaki berusia 38 tahun yang tidak lain adalah Ayah Tenten. "Hiruko Baasan sangat kolot. Aku selalu bermain permainan jadul jika bermain denganya". Jawab Tenten apa adanya. Maklum saja jika Tenten menyebut Hiruko adalah orang yang kolot. Bagaimana tidak ?, Hiruko adalah seorang perempuan setengah baya berusia 68 tahun. Beliau sudah hampir 32 tahun bekerja di keluarga Tenten. Mulai dari Nenek dan Kakek Tenten, Lalu turun ke Ayah dan Ibu Tenten. Dan dia juga lah, yang merawat Tenten selama ini. Saat Ayah dan Ibu Tenten bekerja di luar kota atau bahkan diluar negeri, beliau lah yang merawat Tenten dengan penuh kasih sayang layaknya putri sendiri. "Baiklah, kau akan dapat adik". Kata Ibu Tenten Setelah beberapa saat berpikir. "A..apa ?". Kata sang suami kaget mendengar perkataan istrinya. "Benarkah ?. Terimakasih Kaasan. Aku sayang pada Kaasan". Teriak Tenten kegirangan sambil memeluk Ibunya lalu berlari kekamar sambil berteriak. "Yes..yes, aku akan punya adik".

"Sa..sayang, apa kau bersungguh-sungguh ?. Jangan lakukan itu. Kau bisa membahayakan nyawamu". Kata suaminya. "Sayang, aku tidak berkata kalau aku akan mengandung lagi bukan ?". Kata sang istri. "Lalu, maksud perkataanmu tadi itu apa ?". Tanya suaminya balik. "Kita akan mengadopsi anak". Jawab Istrinya mantap. "Mengadopsi anak ?". "Yah, kita akan mengadopsi anak. Kau pikir hanya Tenten yang mau adik ?, Aku juga mau punya anak lagi. Dan sejujurnya, aku merasa bersalah pada Tenten. Dia punya hak untuk meminta hal seperti itu padaku. Tapi aku tidak bisa mewujudkannya. Apa kau tega melihat Tenten bermain seorang diri ketika kita sedang kerja ?. Aku merasa kasihan padanya. Jadi, apa kau setuju dengan keputusanku ini ?". "Asal kau bahagia, lakukanlah". Kata sang suami menatap istrinya hangat dan tak lupa senyum menghiasi bibirnya.

"Sakura, ini sudah waktunya makan malam. Kenapa kau tidak turun ?". Tanya seorang wanita berusia 30 tahun pada gadis berambut pink dan bermata emerald. Tidak ada jawaban dari gadis itu. Ia masih tetap pada posisinya. Melipat kedua tangan di kusen jendela, dan meletakkan kepalanya diatasnya. Sambil melihat tetesan salju dari jendela kamarnya. "Sakura, apa kau mendengarku ?". Tanya Ibu panti. "Baasan, apa yang salah denganku ?". Tanya Sakura. "Apa maksudmu Sakura. Tidak ada yang salah denganmu. Kau cantik, pintar, kau juga baik. Kau sempurna sayang". Balas Ibu panti itu. "Lalu, kenapa orangtuaku tega membuangku ?". Tanya Sakura lagi. "Sakura dengar, mereka tidak membuangmu. Mereka hanya menitipkanmu pada kami". Jawab Ibu panti yang di ketahui bernama Shizune. "Kau bohong !. Kalau mereka hanya menitipkanku, kenapa sampai sekarang mereka tidak pernah menjemputku untuk pulang bersama mereka ?". Tanya Sakura memandang Shizune dengan mata berkaca-kaca. "Mungkin mereka sedang sibuk". Kata Shizune lagi. "Sesibuk apa mereka sampai menitipkan anaknya selama 9 tahun ?. Sesibuk apa mereka sampai mereka tidak ingat mereka memiliki aku ?.Mereka tidak sayang padaku. Kalau dari awal mereka tidak menginginkanku, mengapa Ibuku melahirkanku kedunia ini ?". Kata Sakura yang sontak membuat Shizune sendiri tak dapat membalas perkataan gadis itu. Shizune tak menyangka, gadis ber-umur 9 tahun bisa mengucapkan hal semacam itu. "Sakura, kenapa kau berkata seperti itu ?". Tanya Shizune. "Tadi saat di taman, aku bertemu dua orang gadis. Mereka bertanya padaku, siapa namaku ? dan dimana rumahku ?. Aku menjawab kalau Namaku Haruno Sakura dan aku tinggal di rumah Tsunade Baasan. Setelah aku menjawab pertanyaan mereka, kupikir mereka mau berteman denganku, tapi aku salah. Mereka malah mengejekku. Mereka bilang aku anak haram dan mereka bilang kalau aku ini sengaja dibuang agar tidak menimbulkan aib untuk Ayah dan Ibuku. Jadi Baasan, apa benar aku adalah aib bagi Ayah dan Ibuku ?". Tanya Sakura sambil mengusap air mata yang dari tadi membasahi pipinya. "Sakura, mempunyai seorang anak bukanlah aib. Apa pun dan bagaimana pun keadaanya, saat seorang anak lahir, semua orangtua pasti sangat bahagia". Jelas Shizune. "Tapi tidak untukku". Kata Sakura. "Sakura, ingatlah. Kami di sangat menyayangimu. Kami sudah menganggap kau adalah anak kami sendiri. Jadi, jika sesuatu hal buruk menimpamu suatu saat nanti, pintu asrama ini selalu terbuka untukmu". Kata Shizune. "Terimakasih Baasan". Kata Sakura memeluk Shizune. "Sekarang sudah waktunya makan malam. Turunlah untuk makan. Setelah itu, temui aku di ruangan Tsunade Baa-chan. Ada hal penting yang harus kami katakan padamu". Kata Shizune. "Apa itu ?". Tanya Sakura. "Kau akan segera mengetahuinya". Balas Shizune.

"Nah, Sakura. Perkenalkan, ini adalah Iruka Jisan dan Akane Baasan. Mereka akan menjadi orangtua angkatmu seperti yang Baa-chan katakan kemarin". Kata Tsunade. "Ohayou gozaimasu. Haruno Sakura. Salam kenal". Sapa Sakura ramah. "Ohayou Sakura. Salam kenal. Panggil saja kami Tousan dan Kaasan. Kami orangtuamu mulai sekarang". Balas Akane tidak kalah ramah. "Nah Sakura, apa kau sudah siap ?". Tanya Iruka. "Iya Jisan. Err.., maksudku Tousan". Kata Sakura. "Baiklah kalau begitu. Ayo kita berangkat". Ajak Iruka sambil membawa tas koper milik Sakura. "Sakura, jaga kesehatanmu. Jangan nakal, kau anak yang baik. Aku yakin, kau bisa cepat beradaptasi dengan keluarga barumu". Kata Shizune memeluk Sakura. "Iya Baa-chan. Aku akan mampir kesini bila ada waktu". Kata Sakura. "Kami pergi dulu ya. Ayo Sakura". Kata Akane menggandeng tangan Sakura dengan penuh kasih sayang.

"Jangan lupakan kami ya Sakuraaa...". Teriak teman-teman Sakura yang lainnya. "Tidak akaaaan...". Teriak Sakura balik dengan kepalanya yang ia keluar dari jendela mobil.

"Tenteeen...". Teriak Akane pada anak satu-satunya itu saat berada di ruang keluarga. "Apaa..?". Balas pemilik nama yang merasa namanya dipanggil. "Turunlah anak nakal. Kaasan punya kejutan untukmu". Balas Ibunya. "Baiklah, 5 menit lagi aku turun". Teriaknya.

"Kau ini, apa yang kau lakukan ?, kenapa lama sekali ?". Tanya sang Ibu saat melihat anaknya baru turun dari kamarnya. "Gomen Kaasan. Aku tadi baru selesai mandi". Balas Tenten. "Sudahlah, Kaasan ingin mengenalkanmu pada seseorang". Kata Ibunya dengan wajah berseri. "Siapa ?". Tanya gadis kecil yang rambutnya masih basah. "Masuklah". Teriak Akane. Tidak sampai satu menit, Tenten melihat seorang gadis kecil yang sebaya dengannya. Berambut pink, dan mata emerald yang sangat indah bagi Tenten. "Siapa dia Kaasan ?". Tanya Tenten menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Dia adalah Haruno Sakura. Mulai sekarang dia adalah anak Tousan dan Kaasan. Itu artinya dia adalah saudaramu". Jelas Akane pada anaknya yang masih melongo mendengar penjelasannya. "Saudara ?". Gumam Tenten. "Ya, di adalah saudaramu mulai sekarang. Bukankah kau ingin punya saudara ?". Kata Akane yang mendengar Gumaman Tenten. "Aku pikir saudaraku adalah seorang bayi yang dilahirkan oleh Kaasan". Kata Tenten polos. "Jadi, apa kau tidak suka pada Sakura ?". Tanya Akane saat mendengar perkataan Tenten tadi. "Kapan aku berkata aku tidak suka padanya ?. Aku menyukainya". Kata Tenten menghampiri Sakura. "Hei, aku Tenten, salam kenal. Apa Kaasan tadi bilang kalau namamu adalah Haruno Sakura ?. Wow, nama yang bagus. Aku suka itu. Kau tau, aku tidak menyangka akan mempunyai saudara secantik dirimu. Apa kau suka bermain ?, permainan apa yang kau suka ?. Ayo ke kamarku". Cerocos Tenten tanpa henti. "I..iya". Jawab Sakura gagap lalu membiarkan dirinya di tarik ke lantai atas oleh gadis kecil berambut coklat tersebut. "Syukurlah Tenten suka". Kata Iruka sambil merangkul pundak Akane.

"Yah, tidak sia-sia kita jauh-jauh dari Tokyo ke Konoha". Balas Akane sambil meletakkan kepalanya di pundak sang suami.

xxxxxxxxxxxxxx

Hidup di antara keluarga Tenten adalah sebuah kebahagiaan baru bagi Sakura. Sakura yang dulu di pandang sebelah mata oleh anak-anak orang kaya di desa, kini ia berubah menjadi anak angkat dari Milyader di kota. Sakura juga merasakan kasih sayang yang tulus dari Tousan dan Kaasan. Mereka menyayangi Sakura layaknya anak sendiri. Dan untuk Tenten, Sakura senang karena bisa bersaudara dengan Tenten. Menurut Sakura, Tenten adalah gadis yang baik, periang, dan manis. Itulah yang di rasakan Sakura setelah 8 tahun hidup bersama keluarga ini. Ya, 8 tahun sudah di jalani Sakura di keluarga barunya. Sakura kini tumbuh menjadi anak gadis yang sangat cantik juga cerdas. Jika ada lelaki yang mengatakan Sakura jelek, itu artinya lelaki itu mempunyai penyakit mata yang serius. Begitu juga dengan Tenten, saudara Sakura. Dia tumbuh menjadi gadis yang manis dan jago karate. Bahkan, ia pernah menjuarai kejuaraan karate tingkat Internasional di London. Kepribadian Tenten dan Sakura cukup bertolak belakang. Jika Sakura tumbuh menjadi gadis cantik nan feminim, tidak dengan Tenten. Tenten tumbuh menjadi gadis yang manis dan agak tomboy. Namun mereka masih tetap menyayangi satu sama lain. Masing-masing dari mereka mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Sakura adalah gadis yang cerdas dan rajin. Sedangkan Tenten adalah gadis yang bisa di katakan tidak begitu pandai, tapi dia memiliki hati yang sangat baik. Pernah sesuatu terjadi saat mereka duduk di bangku SMP. Semua teman Tenten tau kalau Sakura bukanlah saudara kandung Tenten, melainkan hanya anak yatim piatu yang di angkat dari panti asuhan. Semua anak di sekolahnya mengejek Sakura. Mereka berkata kalau Sakura hanya anak beberapa diantara mereka juga bilang kalau Sakura adalah anak haram. Sakura pikir saat itu Tenten akan ikut mengejeknya karena malu mempunyai saudara dari panti asuhan. Tapi Sakura hanya bisa menutup mata, saat ia melihat Tenten menghajar satu per satu anak-anak yang mengejeknya tadi. "Kau adalah saudaraku. Apapun yang terjadi, darimana pun asalmu, kita adalah saudara. Dan seorang saudara harus melindungi saudaranya jika ia sedang dalam kesulitan. Kau mengerti Sakura". Kata-kata itulah yang Sakura ingat dari Tenten. Kata-kata sederhana yang membuat Sakura bahagia jika mendengarnya. Diantara sekian banyak perbedaan diantara mereka, Sakura merasa perbedaan itulah yang membuat ia menyayangi Tenten. Karena dengan adanya perbedaan diantara mereka, Sakura merasa ia dan Tenten bisa melengkapi satu sama lain.

"Mana Tenten ?". Tanya Iruka. "Aku juga tidak tau". Jawab Sakura. "Sakura, tolong cepat panggil Tenten. Ini sudah siang. Kita bisa terlambat nanti". Kata Akane. "Ya Kaasan". Kata Sakura berlari kekamar Tenten.

"Tenten kenapa kau lama sekali ?". Kata Sakura masuk ke kamar Tenten. "Oh kau Sakura. Bilang pada Tousan dan Kaasan, 2 menit lagi aku turun". Kata Tenten. "Apa yang kau cari ?". Tanya Sakura. "Bukan apa-apa. Kau duluan saja. Aku menyusul". Kata Tenten masih kebingungan. "Baiklah". Jawab Sakura lalu pergi. "Ini dia". Kata Tenten senang saat menemukan barang yang ia cari.

"Selamat pagi semua". Sapa guru berambut silver dengan masker di wajahnya. "Kalian ingat kalau hari ini kita akan ada ulangan ?". Tanyanya. "Ingat". Balas semua murid serempak. Bencana bagi Tenten. Ia tidak ingat kalau ada ulangan hari ini. Lagi, ia tidak belajar sama sekali. Apa yang harus ia lakukan ?. Meminta jawaban pada Sakura ?. Tidak mungkin. Sakura pernah berkali-kali di hukum karena ia ketahuan memberi jawaban pada Tenten. Lalu bagaimana ?. Menyembunyikan buku dibawah meja ?. Tidak mungkin. Mejanya tidak dilengkapi dengan loker untuk menyembunyikan sesuatu. Ah, Tenten tau. Gubrakk... ! "Tenten". Panggil Hinata saat melihat Tenten terjatuh dari kursi. "Tenten". Panggil Sakura yang menghampiri meja saudaranya itu. "Ada apa ?". Tanya Kakashi sensei. "Entahlah Sensei. Tiba-tiba Tenten jatuh dari kursi lalu pingsan". Kata Hinata. "Baiklah. Sai, kau bagikan kertas ulangan yang ada di meja. Kerjakan dengan benar. Waktu kalian 60 menit. Aku akan membawa Tenten ke ruang kesehatan". Kata Kakashi Sensei membopong murid bercepol dua itu.

"Aaww..". Rintih Tenten saat satu benda keras menghantam kepalanya. "Hei bangun. Aku tau kau hanya berpura-pura". Kata Temari setelah memukul kepala Tenten dengan buku tebal. "Kau ini. Apa seperti ini kau memperlakukan orang sakit ?". Tanya Tenten mengelus pelipis kirinya. "Kau tidak sakit bodoh. Kau sangat sehat. Untuk apa kau kemari ?. Kau membuatku repot saja. Sudah cukup 1 orang saja yang kurawat. Kau tau ?. Kedatanganmu kemari hanya menambah bebanku". Kata Temari. "Hehe, maaf. Aku hanya menghindari ulangan. Hanya itu". Jawab Tenten tanpa dosa. "Apa kau akan selalu seperti ini jika ulangan tiba ?". Tanya Temari lagi. "Tentu saja tidak. Aku hanya belum siap". Jawab Tenten. "Dasar !". Kata Temari menjitak kepala Tenten. "Sakit bodoh". Geram Tenten. "Hei, kau bilang kau merawat dua orang. Siapa satunya ?". Tanya Tenten. "Aku tidak akan memberitahu siapa dia. Aku khawatir kau akan mengganggunya". Kata Temari. "Tidak akan. Ayolah". Rengek Tenten. "Tidak !". "Dasar pelit". Gerutu Tenten. "Ukh...". Terdengar suara dari balik gorden. "Neji". Teriak Temari khawatir meninggalkan Tenten. "Ne..neji ?". Gumam Tenten tidak percaya.

Jujur ya, ini tuh fanfic baru banget. Fresh dari oven. :D

So, aku selalu mengharap review dari para reader.

Terimakasih banyak bagi yang udah baca fanfic aku yang berantakan ini (bungkuk 90 derajat). :)

Akhir kata. Arrigatou :)