Kau tahu? Apa yang paling menyedihkan di dunia ini?
.
.
Bukan bukan itu jawabannya!
Ayo pikir lagi?
.
.
Kau tahu sekarang?
.
.
Tidak?
Benarkah? Ayolah, coba pikir lebih keras, boleh sampai keningmu mengerut kalau kau mau.
.
.
.
Bagaimana?
.
.
.
Hmmmm masih tidak?
.
.
.
Ah, kau menyerah?
Baiklah akan kuberi tahu.
Orang yang paling menyedihkan itu ialah, seseorang yang tak punya cinta di hatinya.
Iya. Kau tak salah dengar.
Kau tahu? Orang semacam itu benar-benar menyedihkan. Selalu mendendam dan membenci. Orang seperti itu selalu berpura-pura mengatakan baik baik saja, dan tidak butuh cinta, tapi tanpa sadar ia akan menangis diam diam dalam hatinya.
.
.
.
Ah kau tak percaya?
Baiklah kuberi kau sebuah cerita, kau akan percaya, karena akhirnya orang yang tak punya cinta dalam cerita ini menyadari bahwa punya cinta jauh lebih baik.
.
.
Siap?
.
.
Akan kuceritakan ya, hmm ah iya aku lupa, namaku Kyuhyun, Cho Kyuhyun. Ceritaku dimulai dari tiga orang yang sangat kusukai, mereka lah yang membuat cerita ini bisa berakhir manis.
.
.
.
.
.
Loveliness Mohabbatein Percintaan
By Ciezie
Terinspirasi sekali dari film Bollywood "Mohabbatein"
KyuHyuk | SeKai | ChanBaek | SuDo
BL for KyuHyuk, GS buat sisanya
Just Fiction
Happy Reading ^^
.
.
.
.
Malam belumlah larut ketika Kereta api klasik itu sampai di sebuah stasius sepi. Tiga orang pemuda turun hampir bersamaan dan saling melirik. Begitu melihat seragam masing masing yang sama, mereka pun saling tersenyum, lumayan kan sudah bertemu teman pada permulaan.
"Hai, aku Chanyeol." Seseorang bersuara berat menyapa duluan, tubuhnya paling tinggi di antara yang lain.
"Suho." Yang ini seorang pemuda berwajah baik dan senyum menawan.
"Aku Sehun." Yang terakhir terlihat sedikit pemalu.
"Wah semoga kita satu kamar nanti ya." Ucap Chanyeol sambil berjalan.
"Iya. Ah apa kalian sudah tahu rumor tentang sekolah ini?" tanya Suho sambil ikut berjalan dan memegang tas punggungnya.
"Rumor apa?" tanya Sehun.
"Kau belum tahu?" tanya Chanyeol.
Sehun menggeleng, dia memandang Chanyeol dan Suho bergantian.
"Begini Sehun, sekolah ini tidak sembarangan menerima murid kan? Sekalinya diterima kau harus menaati seluruh peraturan yang ada, kalau kau berani melanggar satu saja, tanpa ampun kau akan dikeluarkan dari sekolah. Suhhh seperti ini." Chanyeol melambaikan tangannya.
Sehun terlihat sedikit pucat, memang belum belum dia sudah berniat akan melanggar peraturan sekolah. Dia harus bekerja paruh waktu.
"Kabarnya Kepala Sekolahnya sangat killer. Kau tahu hanya dengan memandangnya dari kejauhan semua murid merasakan aura ketakutan. Ah sudahlah ayo cepat cepat jangan sampai di hari pertama kita terlambat dan langsung ditendang keluar." Chanyeol segera menarik tangan Suho yang dengan otomatis menarik tangan Sehun.
Bersama sama mereka berlarian menuju bangunan sekolah baru mereka yang menjulang tinggi. Gerbang depannya tak kalah tinggi. Bangunan itu tampak kokoh sekaligus kesepian, hanya ada dia di sana. Ah tentunya dengan angin yang sesekali berhembus.
.
.
.
.
.
.
Pintu terbuka keras, dan tiga sosok dari baliknya berhamburan. Mereka bergegas saling mendahului untuk memilih tempat tidur. Di sana memang ada tiga tempat tidur, tapi yang satu adalah tempat tidur tingkat. Suho yang ternyata terlambat dan terpaksa harus tidur di bagian atas, menghela napas pasrah, lagipula dia mau saja mengalah pada Sehun yang ternyata umurnya jauh lebih muda. Dia murid cerdas yang bisa akselerasi.
"Ternyata kita benar-benar satu kamar ya, jangan jangan ketika dapat pacar pun kita akan sama-sama..." ucap Chanyeol sambil berbaring di tempat tidur singlenya, sementara Sehun asyik membaca dan Suho sedang memberskan barangnya.
"Ya berharap saja, tapi sepertinya untuk itu hanya harapan kosong, setidaknya sampai kita lulus dari sini."
Sehun langsung menutup bukunya dan menatap Suho. "Maksudnya?"
"Satu aturan tingkat tinggi di sini adalah, dilarang berpacaran. Itulah sebabnya sekolah ini jauh dari mana-mana, dan tak pernah mengadakan pertemuan dengan sekolah manapun termasuk sekolah khusus wanita yang letaknya paling dekat."
Sehun termenung, diam-diam dia mengusap bukunya. Chanyeol bangkit dan duduk di pinggiran tempat tidur, "Tapi maksudnya katanya baik, agar kita konsentrasi belajar kan? Katanya lulusan dari sini sudah terjamin mutunya kan? Kita akan diterima di universitas manapun. Ah tak apalah lagipula aku tak punya pacar."
Suho hanya mendengus pada Chanyeol yang sekarang mulai berbaring lagi sambil bersenandung pelan, tapi begitu matanya melihat Sehun dia berani bersumpah terlihat kesedihan di sana. Tapi karena tak mau menjadi orang sok kenal di hari pertama mereka, Suho kembali melanjutkan acara beres-beresnya. Kapan-kapan ketika mereka sudah lebih akrab, bisa dia tanyakan.
Sehun diam diam membuka bukunya lagi, ah rupanya dia tidak sedang membaca buku tapi melihat satu foto di sana, seseorang berwajah amat manis. Sehun tersenyum dan mengusap wajah di foto itu.
"Kai.." desisnya pelan.
.
.
.
.
.
.
"Kau mau ikut?"
Chanyeol menoleh dan menggeleng pada Suho yang sudah memakai jaket. "Kemana? Aku sedang mengerjakan PR."
"Katanya ada profesor yang akan datang aku disuruh menjemputnya. Ya sudahlah kerjakan saja PRmu, biar aku sendiri saja, aku juga tak bisa mengajak Sehun, dia sudah pulas."
Chanyeol mengangguk dan berusaha konsentrasi lagi pada PRnya, aishhh dia lebih suka menari daripada mengerjakan PR macam begini. Dia menggigiti pensilnya sebal.
Sementara itu, Suho sambil berusaha menahan dingin segera keluar gerbang dan berjalan kaki menuju Stasiun. Jaraknya lumayan, tapi tidak terlalu jauh sampai harus menggunakan kendaraan. Setibanya di sana, belum ada kereta api yang sampai. Maka dia pun duduk menunggu di tempat duduk di sana.
Angin berhembus sesekali membuat jaketnya serasa tak berguna, diam-diam dia berdoa semoga sang Profesor segera sampai atau ia akan membeku di sana. Ia memandang berkeliling, sepi tapi kemudian matanya sampai pada sebrang stasiun, sedikit tersentak ketika mendapati seseorang berdiri di sana.
Suho berusaha menajamkan matanya. Itu adalah seorang gadis. Sedang apa seorang gadis malam-malam di tempat ini? Apa dia juga menunggu seseorang sepertinya? Mungkin dia juga menjemput seseorang kan? Ah iya lihat dia juga sedang melihat ke arah kedatangan kereta api. Suho tersenyum ketika rambut panjang gadis itu tersibak angin, dan deg...
Wajahnya... wajahnya amat cantik. Mata bulat dengan kulit putih pucat. Suho buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pikiran aneh seperti rasanya ada kupu kupu yang tiba masuk ke perutnya, merasuki kepalanya. Apalagi tak lama terdengar suara berdentang tanda kereta api sudah datang.
Suho buru-buru berdiri dan merapikan penampilannya. Tak lama kereta sampai, beberapa orang keluar. Memang tak banyak karena sekolah ini memilih tempat yang sedikit terpencil dan dekat dengan pedesaan jadi tak banyak orang yang datang dan pergi. Seorang pria berumur melambai padanya, pasti mengenalinya dari jaket sekolah yang dia gunakan.
Tersenyum, Suho segera mengambil tas pria itu dan membimbingnya untuk berjalan menuju sekolah, tapi sebelum benar-benar berlalu, Suho menolehkan kepalanya, dan hatinya sedikit berdebar lagi. Gadis itu terlihat sedih lalu membalikkan badannya dan berjalan menjauh. Apa yang ditunggunya tak datang?
.
.
.
.
.
Esoknya ketika bangun pagi, Suho merasa hatinya diliputi kebahagiaan yang aneh. Dia tersenyum tanpa tahu tersenyum untuk apa, lalu dilihatnya dua sahabatnya sedang asyik berkejaran. Memang dua orang itu senang sekali bercanda, Chanyeol yang usil dan Sehun yang agak kekanakan memang.
"Aku kembalikan kalau kau menceritakan siapa dia ini?" teriak Chanyeol sambil menghindari Sehun.
"Yaaa kembalikan..."
Karena sebal mendengar keributan mereka Suho diam-diam menghampiri mereka dan mencabut foto yang menjadi sumber keributan itu, ketika Chanyeol lengah.
"Yaa... kembalikan Suho hyung, kau kan baik padaku."
Suho tersenyum dan menatap foto itu seorang gadis yang amat manis rupanya. "Ini pacarmu?" tanya Suho sambil mengembalikan foto itu pada Sehun yang terlihat bernapas lega.
"Bukan."
"Cihh bukan tapi kau begitu protektif pada fotonya saja."
Sehun melempar deathglare pada Chanyeol yang malah asyik bersiul-siul.
"Lalu siapa dia?" tanya Suho, dan raut wajah Sehun seketika berubah dia tersenyum.
"Dia sahabatku, sahabat baikku sejak kecil. Dia sangat baik dan cantik."
"Dan kau mencintainya kan? Ckkkckc cerita basi sahabat yang jatuh cinta pada sahabatnya."
Kembali Sehun melempar deathglare. Suho menghela napas lalu menarik Sehun agar duduk. "Abaikan dia, ayo ceritakan padaku."
Meski terlihat pura-pura tak peduli, Chanyeol ikut mendengarkan juga cerita Sehun, ikut tersenyum ketika cerita lucu tentang Sehun dan sahabatnya itu. Dan diam diam dia berharap bisa bertemu dengan orang yang bisa mendebarkan hatinya seperti Sehun. Mana mungkin orang sekeren dia tak pernah berdebar pada seorang gadis kan? Memalukan!
.
.
.
.
.
Chanyeol berdecak kesal, aishh dia tak mau lagi kesiangan kalau begini caranya. Bayangkan dia harus membereskan sampah di halaman belakang, di sana banyak pohon rindang yang tentunya sampah daunnya takkan sedikit. Aishhh tapi terpaksa dilakukannya juga.
Ketika dia akan menyimpan sampah daun kering itu dia melihat seseorang sedang menunduk-nunduk di sana.
"Hei siapa kau?"
Sosok itu berdiri dan memandang Chanyeol galak, "Bukan urusanmu!"
"Yaaa... kau pencuri ya?"
Sosok itu terlihat marah, "Jaga bicaramu!"
Chanyeol menyeringai dan mendekat, "Lalu untuk apa kau merunduk-runduk begitu? Dasar!" Sekali sentak Chanyeol menarik hoodie sosok itu, dan Chanyeol tersentak, ketika yang didapatinya adalah rambut panjang yang tergerai.
Dia ... dia ... seorang ga.. dis?
Angin menyibakan lagi rambutnya, membuat gadis itu harus menggeleng-gelengkan kepalanya, agar rambutnya tak menutupi wajah. Dan sumpah demi apapun, Chanyeol serasa ada di sebuah adegan film dimana seorang gadis mengibaskan rambutnya dengan slow motion, gadis itu terlihat bersinar.
Oh my, ini tak baik.
Gadis itu kembali menatap galak Chanyeol, lalu terdengar suara bel dari kejauhan, gadis itu secepat kilat berlari dari sana.
Chanyeol masih terpaku di tempatnya dengan linglung. Ada apa dengan hatinya, kenapa jantungnya berdebaran kencang? Apa ini? Apa ini yang seperti diceritakan Sehun?
.
.
.
.
.
Baiklah kita tinggal cerita tiga pemuda itu dulu, karena sang tokoh utama harus masuk kan?
Jadi siapakan dia di sana?
Akan kau ketahui dengan segera.
Ayo lanjutkan baca!
.
.
.
.
.
Saat itu angin bertiup kencang. Daun-daun kering berterbangan dibuatnya. Penjaga sekolah tersentak ketika membuka mata dan melihat setangkai bunga mawar teracung di depannya.
"Selamat pagi." Terdengar suara bersemangat.
Penjaga itu hanya terbengong-bengong dan membiarkan sang suara itu berjalan masuk. Sosok itu membagikan mawar pada siapapun yang ditemuinya sepanjang jalan menuju kantor kepala sekolah. Ah kalian bertanya-tanya siapa dia kan? Sssttt dialah si tokoh utama cerita kita, orang sok keren itu.
"Selamat pagi pak, saya Kyuhyun. Saya sudah mengirimkan surat lamaran sebelumnya pada anda kan?"
Kepala sekolah kita seperti yang disinggung sebelumnya adalah sosok penuh wibawa. Janggut dan cambangnya semakin meneguhkan kesan itu. Raut wajahnya pun dingin tanpa sediktpun gurat senyum, berbanding terbalik dengan sosok berkaca mata di depannya yang full smile.
"Tapi tahukah anda kalau musik tak diajarkan di sini?"
"Ah tentu saja saya tahu, karena itu lah saya mencoba peruntungan di sini pak. Anda tahu? Saya mendengarkan beberapa kabar miring kalau murid anda banyak yang mengalami depresi. Tahukah anda kalau musik bisa meminimalisir itu. Murid-murid anda saya jamin akan semakin hebat." Jawabnya ceria.
Sang Kepala sekolah terdiam. "Tapi tetap saja, saya paling tak suka dengan adanya perubahan."
"Perubahan ini untuk kebaikan pak, banyak sekolah yang meminta saya tapi saya lebih memilih mengajarkan musik di sini pak, saya tak perlu kelas, kalau kelas sekolah ini sudah terisi semuanya. Tak apa saya di ruang terbuka juga."
Kepala sekolah terlihat menimbang-nimbang, meski raut wajahnya tetap sedingin biasanya, ini peluang besar, tapi tentunya seperti yang dia katakan ia tak suka perubahan sekecil apapun di sekolahnya, tapi rasanya buruk menerima orang yang ditawari di berbagai sekolah lain. Ia juga tak mau menyesal kan?
"Baiklah. Begini saja, kalau memang ada yang ingin belajar pelajaran anda, saya akan menerima anda."
Sosok itu semakin tersenyum cerah. Itu gampang saja kan baginya? Jangan panggil dia Kyuhyun kalau hal semudah itu tak bisa ia lakukan.
.
.
.
.
.
Murid-murid baru saja keluar dari kelas yang kadang membosankan dan membuat mata mengantuk, tapi telinga mereka langsung mendengar bunyi asing. Semua serentak menoleh ke asal suara. Di tengah-tengah lapangan terlihat seorang pria sedang asyik memainkan biola. Beberapa yang tahu musik tersenyum dan mendekat karena penasaran, beberapa lagi asyik berjalan menuju kelas lain atau perpustakaan.
Pria itu terus memaikan biolanya dengan penghayatan tinggi. Sampai ketika di akhir lagunya dan dia membuka mata, seluruh kursi yang dia sediakan telah terisi penuh oleh siswa-siswa yang penasaran. Diam-diam dia tersenyum. Babak pertama ia menang.
.
.
.
.
.
"Baiklah anda diterima, silakan tanda tangan surat perjanjian ini."
Kyuhyun, ah seharunya kita panggil Seongsangnim sekarang tersenyum dan segera menandatangani kertas itu setelah membaca isinya sekilas. "Terimakasih pak."
Setelah menunduk sebagai penghormatan ia segera keluar. Hatinya berdetak bahagia. "Hyukkie..." desisnya. Angin berhembus dan sedikit menyibakkan kemejanya. Senyum Kyuhyun malah makin lebar. Ia menutup matanya dan merentangkan tangan seakan menyambut seseorang yang akan memeluknya.
"Ini baru permulaan." Bisiknya entah pada siapa.
.
.
.
.
.
Kyuhyun menatap mata-mata penuh tanya di hadapannya. Ini hari pertamanya mengajar. Seluruh kursi telah dilengkapi dengan gitar.
"Kalian tahu apa persamaan Cinta dan Musik?"
Semuanya menggeleng.
"Keduanya sama-sama bahasa jiwa. Kalian mungkin bisa saja menjadi seorang pemusik dengan pengetahuan luar biasa akan teknik bermusik, tapi jiwa kalian kosong, musik kalian pun akan kosong. Mereka yang sukses dengan musik adalah mereka yang memasukkan jiwanya ketika bermusik."
Beberapa mulai tertarik, dan beberapa mengerutkan kening tak mengerti.
"Begitupun cinta. Hati yang tanpa cinta, takkan merasakan keindahan dunia. Seseorang tanpa cinta, takkan menemukan tujuan hidup. Tapi seseorang yang punya cinta, akan hidup untuk cintanya. Ah kalian pasti tak mengerti kan?"
Semua saling melirik dengan kening berkerut, Kyuhyun tersenyum lagi. "Begini saja, coba tutup mata kalian semua."
Semua menutup matanya.
"Sekarang bayangkan seseorang. Seseorang yang membuat hatimu berdetak detak kencang, yang hanya dengan mengingatnya kau bisa merasa bahagia. Seseorang yang wajahnya terbayang pertama kali saat kalian bangun tidur. Seseorang yang kalian harap bisa menjadi bagian paling penting dari kalian."
Kyuhyun menghela napas putus asa, ketika tak banyak perubahan dari ekspresi dari murid-muridnya, tapi kemudian matanya menangkap tiga orang di barisan kedua, yang sedang tersenyum sambil memejamkan matanya. Perlahan dia mendekat. Ah, ada harapan itu.
"Sekarang bayangkan mereka sedang ada di luar gerbang. Mereka menunggu kalian, melambai agar kalian datang ke sana."
Senyum tiga orang itu makin melebar.
"Ah mereka tak punya banyak waktu, kalau kalian tak segera mendekat mereka akan pergi."
Senyumannya memudar.
"Karena itu ayo berdiri! Ayo! Mereka menunggu kalian, ayo berdiri dan BERLARILAH KE ARAH MEREKA."
Suara kursi bergeser dan langkah terburu-buru terdengar, ketiga orang itu membuka mata dan kemudian berlari menuju gerbang disaksikan semua murid lain. Kyuhyun tersenyum lebar, selalu ada penolong bagi mereka para pecinta.
.
.
.
.
.
Kyuhyun memainkan biolanya, hanya untuk menghibur dan menyemangati dirinya, tak ada siapapun yang jadi penonton. Ini tengah malam, semua murid pasti sudah pulas. Lalu tiba-tiba sebuah pelukan terasa di perutnya. Kyuhyun tak menghentikan permainannya, ia tersenyum dan pelan membalikkan badannya.
Sosok itu tersenyum manis, senyum paling manis yang pernah Kyuhyun tahu ada di dunia ini. Wajah itu juga wajah paling memukau yang pernah Kyuhyun tahu ada di dunia. Semuanya sempurna, semua yang ada padanya sempurna bagi Kyuhyun. Ia pun semakin semangat memainkan biolanya. Setelah lagu selesai ia pun membungkukkan badannya, disambut tepukan sosok itu.
"Tak ada hadiah untukku? Itu permainan terbaikku selalu kupersembahkan untukmu, kau tahu?"
Sosok itu tersenyum lagi, mendekat, semakin dekat, dengan kecepatan super dia mengecup pipi Kyuhyun. Sebelum sosok itu bisa berbalik untuk pergi, Kyuhyun mencekal lengannya dan menariknya ke dalam pelukannya.
"Hyukkie, kita baru mulai dan selalu ada pertolongan."
Terasa Hyukkie –sang sosok itu- menganggukkan kepalanya di bahu Kyuhyun.
"Terus bersamaku dan kuatkan aku."
Hyukkie melepaskan pelukan dan memberi senyum lagi, senyum menguatkan kali ini, lalu tangannya terangkat dan mengusap-usap wajah Kyuhyun. Kehangatan serasa mengaliri Kyuhyun, dia ikut mengangkat tangannya dan memegang tangan Hyukkie di pipinya.
.
.
.
.
.
To be continued
Am back for KyuHyuk ^^ do you miss me? #plakk abaikan
Just ripiu for support me :D
