"—jadi, ini adalah pertarungan akhir kita?"

Sebuah ujian menjadi ajang pertempuran antar kelas yang melibatkan seluruh elemen yang mereka pelajari selama ini. Dan menjadi sebuah tradisi untuk setiap ujian bahwa pertarungan antara Akabane Karma dan juga Asano Gakushuu yang dinantikan oleh semua orang.

Sementara sang ace 3-A hanya menatap pemuda berambut merah didepannya dengan tatapan yang tidak bisa dibaca oleh siapapun selain mereka berdua.

"Kau tidak bermaksud untuk meremehkanku dan mengalah bukan?" Dan tawa dari mulutnya tampak terdengar biasa bagi semua orang yang mengenal Karma. Namun tidak untuk Asano yang masih menatapnya masih dengan tatapan kosong tanpa senyuman.

...

"Hei."

"—kau tidak akan mati bukan? Brengsek."

Dan senyuman itu terasa menyakitkan untuk dilakukan oleh pemuda beriris violet itu.

.

I Dare You to Love Me

Rated : T

Genre : Angst / Romance

Pairing : Asano Gakushuu x Akabane Karma

Ansatsu Kyoushitsu—story & character made by Yusei Matsui, fanfiction ini hanya diperuntukkan untuk kesenangan belaka. Tidak ada keuntungan yang didapatkan dari pembuatan cerita ini.

.

.

"Akabane Karma, lagi-lagi kau membuat ulah dengan memukuli anak-anak SMA kota sebelah, dan dengan entengnya mengatakan darimana asal sekolahmu. Kau benar-benar ingin dikeluarkan dari sekolah huh?"

Entah sudah berapa kali pemuda berambut jingga itu menghadapi sebuah kasus dimana pemuda bersurai merah didepannya itu terlibat. Perkelahian, vandalism, dan segala peraturan yang dengan seenaknya dilanggar meskipun pada kenyataannya ia tahu kalau itu adalah sebuah pelanggaran peraturan.

"Lalu? Kenapa kau tidak mengatakannya pada 'ayah tercinta'mu yang bisa dengan mudah mendepakku dari sekolah ini hanya dengan sebuah tanda tangan?" Akabane Karma mengorek lubang telinganya dan menggesturkan tubuhnya agar sang ketua OSIS tahu dengan pasti kalau ia bosan dengan semua celotehan itu.

Sementara Asano, hanya bisa mengeratkan genggaman tangannya, menatap dengan garang etensitas yang ada didepannya. Ia bisa melakukan itu, namun ia tahu jika sekolah tanpa keberadaan Akabane Karma sama saja dengan dunia yang membosankan.

Lagipula, entah bagiamana ayahnya selalu memiliki alasan untuk tidak mengeluarkan satupun murid kelas 3-End dari sekolah elit itu.

"Taruhan seperti biasanya? Di pertandingan marathon minggu depan, kami akan menjadi pelayan kelas 3-A jika kami kalah dalam pertandingan itu," jawabnya sambil menyeringai dan memutar sol sepatunya, bergegas keluar dari tempat itu.

"Akabane Karma, aku belum selesai!"

BLAM!

Dan suara pintu yang tertutup mengakhiri pembicaraan mereka. Secara sebelah pihak. Yang ditinggalkan hanya menatap pintu mahoni didepannya yang tidak bergerak, sementara ia menghela napas dan menompang wajahnya dengan sebelah tangan.

"...siluman itu."

.

.

Hari ini adalah cuaca cerah dan sangat cocok untuk melakukan festival olah raga SMP Kunigaoka. Tentu saja pertandingan berlangsung sengit, setidaknya untuk dua kelas yang memiliki predikat 'kelas terpandai' dan 'kelas terbobrok' yakni kelas 3-A dan 3-E. Mulai dari lomba dodge ball yang dimenangkan oleh kelas 3-E (tentu, siapa yang tidak bisa menahan lemparan anak SMP biasa jika mereka selalu dilatih untuk menahan dan menghindar dari serangan Karasuma).

Lalu ada lomba kaki tiga, yang sialnya dimenangkan oleh kelas 3-A karena—usut punya usut ternyata yang memainkannya dari kelas 3-E adalah Karma dan [ ].

Dan pertandinganpun selesai satu demi satu, seperti sebuah medan perang kedua sebelum medan perang utama mereka di ujian. Dan hasil akhir, sepertinya imbang antara kelas 3-A dan kelas 3-E. Namun, tentu dari dua belah pihak, mereka tidak menerima hasil seri.

Toh, puncak dari semua ini adalah lomba terakhir—lomba marathon.

Dimana lima pelari tampak berdiri di setiap sisi track lari dan menunggu giliran untuk berlari. Tentu saja yang menjadi pelari untuk kelas 3-A adalah mantan 5 ace SMP Kunigaoka itu. Dan untuk 3-E, Isogai menempati pelari pertama, sementara Karma berada di barisan pelari terakhir.

Tentu bersama dengan pelari terakhir 3-A—Asano Gakushuu.

"Karma-kun, kau yakin dengan ini?"

Telinga Asano menangkap suara dari pria bersurai biru yang tampak sedang berbicara sesuatu dengan sang setan merah didepannya. Ia tersenyum seperti biasanya, tidak—itu bukan sebuah senyuman atau lebih tepatnya seringai milik Akabane Karma.

Ada yang aneh dengannya hari itu, namun Asano Gakushuu memutuskan untuk tidak menghiraukannya.

"Tentu saja, lagipula aku tidak terlalu banyak ikut lomba hari ini bukan?" Benar juga, sepertinya Gakushuu terlalu berkonsentrasi untuk mengalahkan kelas 3-End hingga tidak menyadari jika dari belasan pertandingan olah raga saat itu, Karma hanya mengikuti tidak lebih dari setengahnya.

Tetapi mungkin ia malas?

"Lagipula," ia melirik kearahnya, membuatnya sedikit tersentak dan segera memalingkan wajahnya. Seringai itu tampak menghiasi wajah pemuda itu, dan Karma tahu itu meskipun ia tidak melihatnya, "—kalian masih bisa menang dari kelas 3-A tanpa aku bukan? Dan aku harus menyimpan tenagaku untuk melawan ketua OSIS itu."

Oke, coret kata-katanya tadi. Akabane Karma masih seperti biasanya. Tetap brengsek seperti biasanya.

.

.

Tongkat estafet di operkan, perbedaannya cukup tipis antara pelari keempat kelas 3-A dan juga 3-E. Asano tidak perlu menunggu waktu lama untuk segera berlari, begitu juga dengan etensitas yang ada disampingnya.

"Hanya seperti ini kemampuanmu Asano Gakushuu? Aku bahkan belum menunjukkan sebagian kekuatanku padamu," bahkan nada suaranya sama sekali tidak berubah meskipun kecepatan pemuda itu sama dengannya. Rasanya ia diremehkan, namun Asano Gakushuu tidak akan menyerah pada saat awal pertandingan seperti saat ini.

"Jangan bercanda, aku tidak akan kalah dari setan merah sepertimu," ritme langkah larinya tampak ia percepat, hingga akhirnya jaraknya sedikit lebih cepat daripada pemuda bersurai merah itu bahkan hanya beberapa centi saja.

"Benarkah? Karena kulihat keringat itu sudah sedikit membasahi wajahmu," tawa ejekan membuatnya semakin kesal. Asano Gakushuu tidak pernah mengenal kata kalah. Tidak dengan Akabane Karma. Tidak lagi, "—aku masih bisa menambah kecepatan. Kalian kelas 3-A terlalu lemah."

"Oh ya? Coba saja," garis finish berada didepan hanya berjarak beberapa meter lagi. Gakushuu mempercepat langkahnya meskipun ia tahu batas tubuhnya hampir mencapai maksimal. Beberapa langkah lagi, dan ia bahkan tidak mendengar langkah kaki Akabane Karma yang mungkin mencoba untuk menyusul.

Apakah ia akan menang begitu saja? Tetapi ada yang aneh. Beberapa langkah, dan kakinya akan menginjak pada garis finish.

Sedikit lagi...

"KARMA!"

Suara teriakan menghentikan langkahnya, saat sebelah kaki menginjak garis putih bertuliskan finish. Bahkan tubuhnya belum memotong pita merah tanda kemenangan pertama dari lomba itu. Semua etensitas disekitarnya berlari menuju ke belakangnya. Dan ia tidak perlu berpikir dua kali untuk berbalik.

Meninggalkan semua kemenangan yang ada di depan mata.

"Hei, Karma!"

Suara itu—ia bisa mengenalnya sebagai suara dari Yuuma Isogai yang berada di tengah kerumunan orang-orang itu.

"...minggir."

Dan dengan segerombol orang yang tampak berkerumun segera memberikan jalan untuk sang ketua OSIS. Hingga iris mata violetnya membulat, melihat Isogai yang masih memangku kepala Akabane Karma dengan sebelah tangannya.

Wajah itu begitu pucat. Bahkan lebih pucat daripada sebelumnya. Dan mata itu tertutup, seolah Karma tertidur begitu saja ditengah pertandingan. Namun ia tahu, itu tidak akan mungkin terjadi.

"...huh?"

.

.

Kedua orang itu tampak diam di ruangan serba putih disana. Bedanya, surai jingga sadar, hanya duduk, dan memandangi sang surai merah. Dan sang surai merah masih terlelap tanpa sadar keadaan disekitarnya.

Asano Gakushuu tidak mengerti apa yang dipikirkan olehnya sebelum ini. Namun, saat ia sadar, sang ketua OSIS sudah membawa Akabane Karma di dekapannya. Membawanya langsung ke UKS, tidak menghiraukan teriakan dari semua murid 3-End dan semua teman-temannya.

Yang ia pikirkan hanyalah membawa secepatnya Akabane Karma dan mencari tahu apa yang terjadi didepannya.

Sebuah gerakan pelan membuyarkan lamunannya akan sesuatu yang bahkan tidak ia mengerti.

"...dimana—"

"Ruang kesehatan," iris merah itu menatap kearah iris violet yang ada didepannya. Membulat, tidak mengerti bukan hanya kenapa ia ada disini, namun kenapa orang itu ada disini. Dihadapannya, menatapnya dengan tatapan yang aneh.

Dan sejak kapan langit memberikan cahaya senja? Pikirnya festival olah raga itu baru menunjukkan pukul 11 terakhir kali ia ingat.

"Dan kenapa ketua OSIS SMP Kunigaoka yang terhormat ini berada di tempat seperti ini? Bukankah seharusnya ia memimpin pertandingan olah raga sekolah?" Dengan senyuman sinis biasa, Karma menatap kearah Asano. Tidak ada raut wajah kesal yang biasa diberikan setiap kali nada sarkasis diberikan pada pemuda bertitle ketua OSIS itu.

"Tidak perlu, lagipula murid 3-End yang akan membereskan semuanya. Dan ketua kelasmu, cukup membantu," jawabnya sambil menyilangkan tangannya, dan tidak perduli dahi berkerut Akabane Karma, "—pertandingan dihentikan karena ulahmu. Dan pada akhirnya pemenang ditentukan pada siapa yang paling depan saat terakhir. Tetapi itu tidak perlu, aku sudah menginjak garis finish meskipun pita merah tidak lepas."

Dan itu artinya...

"Tugas pertama mereka sebagai 'budak' kami tentu saja membereskan semua keperluan festival dari yang terkecil."

Dan Karma berdecih, tidak suka dengan kekalahan keduanya dari Asano Gakushuu.

"...kudengar akhir-akhir ini kau tidak masuk sekolah tanpa izin yang jelas. Dan kau tahu tidak masuk tanpa izin adalah pelanggaran," Asano baru mengetahuinya, saat ayahnya memberitahu tentang absen tanpa izin yang membludak pada nama Akabane Karma.

"Apakah itu urusanmu?"

"Karena aku ketua OSIS. Semua masalah dari siswa siswi SMP Kunigaoka menjadi urusanku," jawabnya mendesis. Sebenarnya, Asano tahu jika yang ia inginkan bukanlah sebuah laporan kenapa status alfa di absen Akabane Karma meningkat dalam beberapa bulan ini.

Ia hanya ingin tahu ada apa dengan pemuda ini.

"Hanya tidak ingin pergi saja. Itu bukan urusanmu bagaimanapun juga."

"Jawab saja pertanyaanku Akabane Karma. Kau sudah menjadi budakku mulai hari ini," Karma kembali berdecak sambil mengumpat pelan, sebelum memalingkan wajahnya kearah jendela. Asano sendiri tampak diam dan menunggu.

Ia hanya ingin sebuah jawaban, untuk menghentikan gemuruh aneh yang ia rasakan secara tiba-tiba.

"Rumah Sakit," satu jawaban yang membuat gemuruh itu semakin kuat. Sang surai jingga masih menatap dan mengamati, mencoba untuk mendengar nada candaan yang harusnya bisa ia temukan—sebagai salah satu jenius dari SMP Kunigaoka.

Namun nihil.

"Membosankan sih, melakukan pemeriksaan hanya karena dipaksa oleh gurita itu dan juga Nagisa. Tes darah, pemeriksaan CT Scan dan semua hal yang menguras waktuku untuk menjahilimu beberapa hari," Karma menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya dan merebahkan dirinya.

"—aku hanya menghabiskan waktuku saja untuk tahu kalau aku bahkan tidak akan bisa menghabiskan waktu sampai kelulusan," Karma menatap langit-langit, mengatakan seolah itu adalah hal yang biasa. Dan entah kenapa, mulutnya tidak bisa berhenti untuk berbicara dihadapan pemuda beriris Violet itu. Ini bukan dirinya, namun Asano Gakushuu yang ada didepannya, juga bukan orang yang ia kenal.

"Tetapi kurasa kau tidak akan perduli. Toh aku sendiri juga tidak perduli dengan waktuku apakah masih lama atau tidak. Semua sudah kulakukan, mengerjaimu, mengalahkanmu dalam ujian, membuat onar, bermain-main, aku tidak punya sesuatu yang baru dan menarik yang bisa kulakukan," Karma menghitung dengan jarinya apa-apa saja yang sudah ia lakukan, "kurasa sudah semua. Kalaupun aku mati sekarang tidak akan mungkin meninggalkan penyesalan sama sekali."

Karma tertawa keras, dan menatap Asano yang masih diam seribu bahasa. Menatap sang ketua OSIS, pemuda itu benar-benar tidak suka dengan sosok disampingnya saat itu.

"Dan kau tahu, aku tidak butuh belas kasihan yang kau tunjukkan saat ini Asano Gakushuu! Ada apa dengan tatapanmu itu," Karma mengutuk dirinya yang entah kenapa malah menuruti apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Lihatlah, sekarang Asano Gakushuu terlihat menyedihkan.

"Kau yakin semuanya sudah kau lakukan? Hidup seperti orang normal?"

"Tentu saja, ah—mungkin satu hal yang tidak pernah kurasakan. Jatuh cinta? Hah, mengeja huruf-huruf L-O-V-E saja membuatku ingin berkumur-kumur dengan pemutih. Aku tidak pernah mengerti kenapa Bitch-sensei selalu saja membicarakan tentang hal itu," ia berpikir sejenak dan memberikan jeda pada dua kalimat setelah ini, "tetapi untuk mengisi waktu sebelum kelulusan mungkin aku bisa mencobanya. Mungkin dengan Nakamura... atau dengan Kaede."

"Hei," ocehannya saat itu terhenti saat suara monoton dari pemuda disampingnya memutuskan perkataannya. Kedua iris itu berpadu, saling bertatapan dalam sunyi yang tampak tercipta selama beberapa menit itu.

.

.

"Mau coba jatuh cinta padaku?"

To Be Continue—

Abaikan kegalauan saya akan pairing yang baru saja tjintai selama 3x24 jam kurang 50 menit ini. Gara-gara asupan AsaKaru yang entah gimana lebih menggoda, KaruNagi disebelah jadi terabaikan. OKE GA SAYA ABAIKAN KOK, ntar saya lanjutin juga barengan sama KoroNagi yang ntuh...

SAYA BARU SADAR 3x24 JAM KURANG 50 MENIT INI KALAU MEREKA BERDUA TERLALU PRESIES BUAT DI MASOIN! /digampar

Saya tahu mungkin AsaKaru di chap 1 aja udah OOC begini. Jadi, maafkan saya... *bungkuk* dan maafkan saya nyampah di fandom ini sebagai author baru *ojigi*