Mata besarnya menatap lekat layar telpon genggamnya yang berwarna putih itu, menatap sebuah gambar yang terkirim dari nomer yang sangat dikenalnya. Sebuah pesan terkirim bersamaan dengan gambar tersebut.

Sebuah pesan di grup LINE kelompok belajarnya di kampus yang berisi beberapa 'teman' terdekatnnya di jurusan yang sama dengannya.

IreneBae : Eottohkae...? Semalam aku melakukannya lagi dengan Taehyung sunbae. Yah walaupun kami sudah menjalin hubungan ini sejak sebulan lalu tapi tetap saja aku sangat malu! .

Jeon Jungkook membaca pesan itu untuk kedua kalinya, memastikan matanya tidak salah melihat dan otaknya tidak salah mencernanya. Ekspresi datar terpampang pada wajahnya yang manis sebelum seringai kecil menghiasi bibirnya yang ranum.

"Heh." Ia terkekeh perlahan, namun suaranya terdengar bergetar.

Segera ia menutup chat LINE grup itu dan membuka chatnya dengan kekasihnya. Kim Taehyung.

JungKookie : Hyung, kita putus yah. :D

Setelah mengirimkan pesan tersebut beserta screen capture dari pesan dari Irene, Jungkook segera mematikan handphonenya dan bergegas memasukkan sisa pakaiannya kedalam koper besar di depannya. Taksi yang dipanggilnya sudah berada di depan apartemen yang ditempatinya selama 3 tahun terakhir. Keputusannya sudah bulat, ia ingin pergi dan membuang semua yang terjadi di Seoul.

Sudah cukup.

Ia memilih untuk tidak melanjutkan hidupnya yang menyedihkan ini.


"Fuck!"

Suara teriakan terdengar dari rumah keluarga besar Kim, membuat Kim Baekhyun berlari kecil ke arah kamar anak tunggalnya.

"Taehyung, ada apa nak?"

Baekhyun terlihat khawatir mendengar teriakan anak semata wayangnya tadi. Ia melihat anaknya, Taehyung, menatap nanar pada telpon genggam yang sudah hancur di satu sisi kamar tidurnya. Sementara sang anak terlihat marah, dan panik?

"Sayang... ada apa ini sebenernya?" ia mendekati Taehyung dan membelai pundak anaknya itu. Tapi yang ditanya hanya bungkam.

"Tae mau keluar sebentar, mom. Ingin menemui Kookie." Taehyung berkata dengan suara tertahan.

Setelah Ibunya itu mengijinkannya, ia mengambil jaket dan kunci mobilnya. Taehyung memacu mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, persetan dengan aturan lalu lintas, ia hanya ingin segera sampai ke apartemen kekasihnya secepat mungkin. Atau lebih tepat, mantan kekasih?

Ia begitu panik membaca pesan dari Jungkook tadi pagi. Pesan yang terkirim lewat tengah malam tapi baru dia buka pagi harinya karena telpon genggamnya kehabisan daya semalam. Dia tidak sempat mengisi dayanya ketika berada di rumah Irene tadi malam.

Sial.

Akhirnya si jalang itu melakukannya. Padahal sudah dia bilang jangan sekalipun mengatakan tentang hubungan mereka pada siapapun. Tapi apa, si jalang itu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyebarkan bahwa dia tidur dengan Taehyung, idola seluruh kampus, pria paling populer di kampus mereka. Terlebih lagi dia memilih untuk menyebarkannya di grup belajar yang ada Jungkook di dalamnya.

Tok tok

"Jungkook-ah, sayang, buka pintunya. Please.!"

Taehyung mengetuk pintu apartemen bernomor 201 itu untuk kesekian kalinya dan sunyi tetap menjawabnya. Seorang wanita paruh baya mendekatinya dan menepuk pundaknya perlahan.

"Jungkook sudah tidak tinggal disini, ia sudah pergi dari semalam."

"Apa?"

Taehyung kembali tidak mempercayai apa yang didengarnya, Jungkook pindah? Jungkook pergi meninggalkannya? Tidak mungkin.

"Ajumma, apa kau tau kemana perginya Jungkook?"

Wanita itu menggeleng perlahan. "Tidak, dia hanya bilang kalau dia sudah tidak punya urusan lagi di Seoul dan akan pergi jauh. Itu saja."

Seketika itu dunia Taehyung serasa runtuh. Tidak. Jungkook tidak mungkin meninggalkannya. Tidak mungkin. Ya, mungkin dia marah karena Taehyung main mata dengan Irene, biasanya juga seperti ini, dia akan marah dan memaki Taehyung, lalu akan memaafkannya kembali. Tapi selama ini dia tidak pernah sampai pindah apartemen seperti ini.

Taehyung tidak pernah berniat untuk mengkhianati Jungkook, hanya saja, dia tidak gay. Jadi dia tetaplah lebih tertarik pada buah dada dan vagina daripada penis. Tapi dia mencintai Jungkook, sangat mencintainya, dia tak bisa hidup tanpa Jungkook.

Ya Tuhan, apa yang telah dia perbuat?