Halo semuanya, disini Elma yang sedang setengah mati mengetik translasi di warnet. Atas dasar cinta dan obsesi, Elma memutuskan untuk membuat translasi dari fanfic 'A Second Run' yang dikarang oleh Dragonighta-93. Elma sendiri sudah mendapatkan izin translasi dari sang pengarang, dan jika kalian menemukan beberapa kata yang di-edit, Elma melakukannya agar narasi maupun dialog nya jadi lebih enak dibaca (Elma juga sudah mendapatkan izin dalam perihal ini). Oke, sebelum kalian semua mual dan muntah-muntah karena gaya bicara Elma yang menjijikkan ini, mari kita mulai saja…
Oh, dan yang terakhir. Tanpa mengurangi rasa hormat Elma terhadap mereka yang bisa berbahasa Inggris, Elma ingin memberitahu bahwa…
He (panggilan orang ketiga buat cowok)= Ia
She (panggilan orang ketiga buat cewek) = Dia
Karena keterbatasan kemampuan translasi Elma, Elma terpaksa membuat peraturan ini supaya tidak ada pembaca yang kebingungan nantinya. Mohon maaf sebesar-besarnya…
Disclaimer: Eyeshield 21 selamanya milik Yusuke Murata dan Riichiro Inagaki. Fanfic ini sendiri merupakan hasil karya dan ide Dragonighta-93. Elma hanyalah penerjemah merangkap editor.
'Pikiran'
"Ucapan"
Chapter 1: A Strange Dream
"Tunggu! Orang ini adalah..."
"Kukuku, tak satupun dari kalian para sampah yang dapat menyamai kecepatannya..."
"Kekeke, nama orang ini adalah..."
"Gelar pelari terbaik pada zamannya..."
Cengiran Devil Bat. YA-HA!
"Eyeshield 21!"
BIP!
"Gah!"
Dengan deringan mendadak dari sebuah jam weker, Sena Kobayakawa dengan kagetnya berguling keluar dari ranjangnya ke atas lantai dalam sebuah balutan selimut. Mata cokelat yang besar muncul dari balik seprei berwarna biru dan menatap secara tak fokus. Apa yang-? Ia seharusnya berada di Universitas Enma, sedang bermain di pertandingan pertamanya waktu itu. Hiruma, Musashi, Shin, semuanya datang untuk menontonnya. Ia akhirnya bisa bermain dengan Monta dan Kurita lagi setelah kuliah di Notre Dame. Riku, Kotaro, Mizumachi, dan Unsui juga ada disitu dan ia baru saja akan...
Mata cokelat itu akhirnya melihat ke sebuah cermin, ke sebuah sosok yang terkapar di lantai kamar tidur... sosok yang jelas-jelas feminim. Rambut bergelombang cokelat yang panjang, berantakan gara-gara tidur yang terurai hingga punggung dan menutupi wajahnya, bibir yang tampak penuh dan lembut mengatup dengan ekspresi ngeri seraya matanya mendapati dua tonjolan yang cukup terlihat di badan lelaki... perempuannya. Ini bukanlah tubuh seorang running back laki-laki yang berusia 18 tahun. Ini tubuh seorang gadis remaja.
"Apa yang-!"
"Sena-chan, apa yang terjadi? Kami mendengar bunyi benturan, apa kamu terluka?"
Suara khawatir milik Mihae Kobayakawa menembus perasaan bingungnya, dan Sena mengejapkan mata sebelum dengan terbata-batanya menjawab:
"Ti-Ti-Tidak, K-Kaa-san, a-aku cuma terjatuh dari tempat tidur. Ja-jam wekernya membuatku kaget, itu saja."
Hening sejenak dan kemudian.
"Baiklah, sarapanmu siap 10 menit lagi."
"A-Aku akan segera tu-turun." Dua tangan yang gemetaran menggapai ke ranjangnya yang kini kosong dan menyanggah dirinya untuk berdiri dari lantai dengan punggung yang menghadap cermin. Dia merenggangkan jari-jarinya, kedua tangannya lembut dan ramping, bukannya sepasang tangan yang lebih kuat dan agak kasar yang telah berkali-kali membawa bola American Football melewati garis gol. Apa yang sedang dipikirkannya?
Namanya adalah Sena Kobayakawa dan dia merupakan seorang siswi SMP berusia 14 tahun yang tak pernah bergabung sekalipun dengan klub manapun seumur hidupnya. Memang dia bisa berlari cepat, tapi itu cuma karena bantuan Riku-niisan. Itu cumalah mimpi yang aneh, itu saja.
Dia melihat kembali ke cermin. Dia pendek dan ramping, rambutnya terurai hingga menyentuh bagian atas pinggangnya, matanya sedikit terlalu besar untuk wajahnya dan sering kali terbelalak karena syok, kaget, atau takut. Badannya masih tergolong cukup lurus dan rata walau belakangan ini dia merasa nyeri di berbagai tempat, ibunya bilang bahwa dia itu remaja yang telat puber juga, jadi... Dia benar-benar mendapati wajahnya jadi merah merona karena memikirkan badannya sendiri.
"Berhentilah berpikiran bodoh. Itu cuma mimpi. Kamu itu perempuan semenjak lahir."
Itu merupakan sebuah mimpi yang penuh dengan orang-orang dunia mimpi menakutkan yang ingin menindihnya ke tanah. Dia pasti akan melupakannya dalam hitungan menit seperti mimpinya yang biasa.
Tapi... dia dapat melihat mereka semua dengan jelas; para anggota timnya, para saingannya, kawan-kawan dari Sena versi cowok ini. Dia dapat menggambarkan seluruh wajah mereka: Hiruma, Kurita, Monta, Jumonji, Kuroki, Togano, Yukimitsu, Komusubi, Taki, Musashi, Suzuna, dan Doburoku-sensei. Para anggota tim Devil Bats. Yang lainnya juga muncul di dalam kepalanya: Shin, Sakuraba, Akaba, Yamato, Taka, Agon, Unsui, Ikkyu, Panther, Kakei, Kotaro, Mizumachi, Marco, Gaou, Kid, Tetsuma, dan yang lainnya. Wajah-wajah yang tak pernah dia lihat sebelumnya, tetapi wajah-wajah yang dia kenal dan dapat dia sebutkan -wajah dari sekumpulan orang yang dirinya versi cowok temui.
Ini menggelikan, padahal mereka mungkin saja tak nyata... tetapi dia melihat Mamori-neechan dan Riku-niisan disitu. Dia berlari melawan Riku-niisan dan ia... dia menang.
Perasaan itu, kemenangan dan hal lainnya yang menyerupai itu, dia nyaris bisa merasakannya. Dia bisa mengingat seberapa kuat yang ia rasakan, dia dapat mengingat kebebasan itu, kegembiraan dalam bertanding melawan para pemain terbaik di Jepang. Sensasi yang kemudian akan dirasakan oleh kaki lelaki... dirinya, memaksa sampai ke batas daya tahan dan kecepatannya supaya dapat keluar dari segala jangkauan, demi melewati mereka semua. Rasa sakit dari death march, keagungan dari menangnya di pertandingan, Christmas Bowl, dan pertandingan melawan tim Amerika. Itu semua terjadi pada cowok itu, Sena Kobayakawa, Eyeshield 21.
Tetapi dia sendiri bukanlah Eyeshield 21. Dia hanyalah seorang pesuruh yang larinya cepat bagi para pengencet yang bisa saja melukainya. Mamori-neechan takkan pernah mengizinkannya memainkan olahraga yang berbahaya seperti itu. Menggeleng-gelengkan kepalanya, dia melihat ke arah jam, 5 menit lagi sebelum sarapan.
Dengan sebuah jeritan yang tertahan, dia berlari menuju lemari pakaiannya dan berganti baju dengan seragamnya. Untuk sesaat, dia nyaris mengira untuk menemukan jaket dan dasi hijau SMA Deimon, sebelum dia sadar dan turun untuk menyantap sarapannya. Sambil makan sarapan dengan tenang, selain menjawab pendek terhadap pertanyaan yang dilontarkan ayahnya, pikirannya bercampur aduk dengan berbagai adegan dan perasaan. Hal-hal yang belum pernah dia lihat. Itu hampir seolah-olah ingatan Sena yang itu, Sena yang merupakan Eyeshield 21, sudah ditransfer ke dalam kepalanya dan dia tidak bisa berhenti menonton.
Sebagian dari dirinya mau agar itu semua hanyalah mimpi. Hanyalah sebuah mimpi hidup yang imajinasinya karang dan tambahkan dengan orang-orang yang dia kenal, sebuah dunia mimpi dimana dia tidaklah sepayah atau selemah dia yang ada disini. Walau jujur saja, Sena versi cowok itu juga tidak bisa dibilang sebagai lelaki yang benar-benar tangguh… tapi itu karena dia seorang perempuan dan imajinasinya tidak sanggup mengubahnya terlalu berlebihan atau itu akan terasa salah.
Tapi bagian lainnya berkata tidak. Bagian lainnya mau itu nyata. Bagian lainnya berkata itu dapat terjadi. Bagian lainnya ingin itu menjadi nyata. Dia harus tahu.
"Oke, aku mau berangkat dulu." Dia mengambil tasnya dan bergerak menuju pintu.
"Ta-Tapi Sena, sekolah baru akan dimulai satu jam lagi." Ibunya bilang, menatap sekilas ke sarapan tak tuntas yang putrinya tinggalkan.
"Aku tahu, aku cuma mau… berlari santai di pagi hari supaya aku sedikit lebih terbangun." Sena berharap senyumannya cukup meyakinkan bagi orangtuanya karena itu terasa sangat palsu di wajahnya. Untungnya, ibunya terlihat percaya dan tersenyum berseri-seri padanya.
"Baiklah, nikmatilah larimu, tapi berhati-hatilah agar tidak pergi ke daerah yang berbahaya. Ibu tahu ini masih pagi, tapi tak ada salahnya berjaga-jaga."
"Aku akan berhati-hati, Kaa-san. Dah, Tou-san." Dia melambaikan tangan ke ayahnya sebelum hampir berlari ke arah pintu.
Mihae berbalik ke Shiyuma dan menggelengkan kepalanya.
"Sena terlihat sangat terganggu pagi ini, apa ada sesuatu yang terjadi padanya?" Shiyuma mengangkat pundaknya.
"Kau tahu anak-anak remaja, mungkin dia hanya lelah. Sena harus mengikuti ujian masuk SMA sebentar lagi, mungkin dia hanya sedikit merasa tertekan." Mihae setengah mengangguk dan tiba-tiba saja matanya melebar dan menjadi agak berbintang.
"Atau mungkin Sena akhirnya menemukan seorang pacar! Oh, aku tahu hari ini pasti akan datang!" Cangkir kopinya berhenti di udara, baru setengah jalan menuju mulutnya, seraya Shiyuma menatap istrinya dengan sebuah tatapan ngeri,tak percaya, dan perasaan syok sebagai seorang ayah.
Sena berlari. Dia tahu pasti dimana tujuannya, walaupun dia tidak pernah kesana sebelumnya. Rutenya tertanam di dalam benaknya karena dirinya yang satu lagi sudah menjalaninya ratusan kali. Tanpa sadar, kakinya mulai mendorongnya untuk bergerak lebih cepat, seakan kakinya ingin merebut kembali perasaan itu, kecepatan cahaya. Kedua tangannya mengepal , memegang sesuatu, kehilangan sesuatu, dan kepalanya mulai terasa berdenyut-denyut. Kejang urat yang bertubi-tubi menyerangnya disertai dengan semburan imej, suara, dan emosi.
Tetapi, dia perlu mengetahuinya.
Kakinya (kaki emasnya) mendorong maju dengan sedikit sakit. Dia tidak terbiasa berlari secepat ini dalam kurun waktu yang lama, daya tahan tubuhnya parah. Dia hampir dapat mendengar sebuah suara di telinganya.
"Kekeke, lebih baik kau lari lebih cepat lagi, cebol sialan. Staminamu itu lebih buruk dibandingkan dengan cacing-cacing sialan!" Diikuti dengan butir-butiran peluru yang ditembakkan dengan antusias, dan aungan tak menyenangkan dari Cerberus yang mengejarnya dari belakang.
Tanpa disadarinya, sebuah cengiran kecil muncul di wajahnya, dan dia terus berlari. Kakinya terasa terbakar, tapi dia tetap berlari.
Rumah-rumah, jalur-jalur, orang-orang, semua itu dilewati olehnya. Beberapa menoleh untuk melihat benda yang telah kabur melewati mereka dalam waktu satu atau dua detik itu, tapi yang mereka cari telah lenyap.
Akhirnya dia bisa melihatnya dari dekat. SMA Deimon. Keadaan sekitarnya nyaris kosong, tidak akan buka hingga setengah jam lagi. Gerbang masuknya sepi tanpa adanya orang.
Tetapi, dua orang siswa tertentu mungkin saja datang lebih cepat untuk latihan pagi. Dua orang siswa yang wajahnya dapat dia lihat dengan sangat jelas di dalam pikirannya. Dua orang yang tidak pernah dia temui sebelumnya, dua orang yang dia tidak tahu pasti apakah benar-benar ada. Dua orang pemain American Foo-
"Tidak usah menangis lagi, gendut sialan!"
"Tapi, Hiruma…"
Setiap otot yang terdapat di dalam tubuhnya terasa kaku. Suara-suaranya pun terdengar sama. Dengan perasaan yang nyaris takut, dia melihat ke bawah menuju lapangan latihan. Dan disanalah mereka berada.
Ryoukan Kurita: nomor satu dalam kekuatan, lineman.
Youichi Hiruma: si komandan neraka, quarterback.
Sekarang ini, hanya merekalah para anggota Deimon Devil Bats, yang didirikan oleh mereka berdua dan Gen "Musashi" Takekura. Terdapat sebuah TV di sebuah kelas dengan tiga nama dan satu janji. Christmas Bowl.
Mereka nyata. Itu berarti…
Seseorang menatap mereka. Bukan ke gendut sialan, bukan ke dirinya, tapi mereka. Ia mengembangkan suatu kemampuan untuk memberitahunya jika seseorang mengamatinya, untuk berjaga-jaga bila salah satu budak atau musuhnya mencoba untuk melakukan sesuatu yang bodoh, dan ia dapat merasakan tatapan ini memberatkan punggungnya. Anehnya, tatapan ini tak membuat bulu kuduknya merinding.
Setengah mendengarkan gendut sialan yang lagi-lagi merengek soal anggota tim, ia fokus pada tatapan tersebut. Ini bukanlah tatapan marah, ia sering mendapatkan yang seperti itu, untungnya ini bukanlah tatapan penuh cinta menjijikkan sialan yang beberapa cewek tolol di Deimon kadang-kadang berikan padanya. Ini bukanlah sebuah tatapan tak tertarik yang kosong dari seseorang yang sedang keheranan melihat apa yang sedang mereka berdua lakukan. Pastinya juga, ini bukan si kakek sialan, walau ini terasa tak asing dengan begitu anehnya.
Tatapan ini milik seseorang yang tak dikenal, seseorang yang kemungkinan besar akan langsung lari begitu ia berbalik. Sial. Siapa orang ini? Tidak mungkin ini tim lain, kecuali dread sialan datang kesini, yang jika terjadi berarti ia harus memaksa kepala sekolah untuk menutupi kerusakan yang diakibatkan pada lingkungan sekolah dan badan siswa.
Tatapan ini tidak terasa agresif atau pun penuh dengan kebencian, ia tak merasa terancam, yah ia tak pernah merasa terancam tapi bukan itu yang menjadi intinya. Tatapan ini tidak terasa malu atau takut seperti yang "sesama murid" berikan terhadapnya, jadi setidaknya orang ini punya nyali, sudah termasuk lebih menarik daripada sembilan puluh persen dari para idiot yang ada disini. Gendut sialan masih belum menyadarinya sama sekali, masih mengeluh soal para anggota tim, yang tentunya akan segera mereka dapatkan. Ia sudah menyusun rencana untuk tahun baru, jadi ia akan meninggalkannya untuk berlatih dan memungut bola. Potongan kayu sialan, Rice-kun, berada di seberangnya dan ia memasang kuda-kuda untuk melempar. Menyipitkan matanya ke kejauhan, ia merasa tatapan itu terpaku khusus padanya.
Siapa orang sialan yang berani menatapnya?
Untuk sesaat, pandangan matanya berpindah ke kaca jendela sekolah, yang cukup reflektif untuk mengamati seseorang yang sedang menatap ke arah mereka. Seorang cewek, bagus sekali, tapi buat apa dia-
Sena kabur. Dia pernah merasakan sepasang mata itu memandangnya sebelumnya, yah Sena versi cowok yang pernah dan akh! Dia harus pergi dari sini. Seraya memutari tas yang bergantung di pundaknya, dia berangkat menuju sekolahnya.
Tidak mungkin itu hanya sekedar mimpi. Kurita-san dan Hiruma-san telah terbukti nyata, mereka bermain American Football dan dia bahkan melihat Rice-kun!
Membiarkan badannya bergerak dengan sendirinya, dia sibuk memasuki alam pikirannya, mempercayai kakinya untuk menuntunnya maju dan berharap agar tidak menabrak pejalan kaki yang bernasib malang.
'Aku sudah melihat dua orang yang berasal dari mimpiku di dunia nyata.'
'Aku merasa seperti mengenal mereka, bahwa mereka adalah teman-teman setimku, aku tahu sifat dan kepribadian mereka.'
'Aku mengenal pass Hiruma-san, ia banyak sekali melempar ke arah Monta-kun sebelumnya…'
'Aku rasa mimpiku itu nyata, atau paling tidak setengahnya saja.'
'Aku ingin bergabung dengan mereka.'
Sayangnya, keberuntungan Sena tidaklah pernah sebagus itu, tak peduli di dimensi manapun dia berada, dan sementara dia bisa mempercayai tubuh dan kakinya untuk berlari, dia masih belum bisa mempercayainya untuk menghindar.
"Uph!"
Mendadak tersentak keluar ke dunia nyata, dia mendapati dirinya akan jatuh ke tanah. Dia tahu bagaimana caranya untuk berhenti, dia tahu bagaimana caranya mendarat dengan selamat di atas tanah, ingatan dan pengetahuannya ada di kepalanya, tetapi badannya masih belum mengetahuinya. Jatuh dengan wajah duluan di atas jalanan yang keras pasti akan terasa sakit sekali.
Kalau kau itu lebih kuat dan lebih cepat lagi, ini pasti nggak akan terjadi, cebol sialan!
Dia benar-benar tidak ingin suara Hiruma ada di kepalanya sekarang, kewarasannya sudah hampir mencapai titik batas. Pokoknya, kembali ke adegan jatuh. Dia menutup matanya dan bersiap-siap untuk rasa sakit yang akan datang. Mamori-neechan akan memasang alat pelacak padanya setelah ini.
Sepasang lengan melingkar di pinggangnya dan dengan sejumlah tenaga, dirinya terangkat sehingga kembali berdiri. Terbang untuk beberapa saat, dia dapat merasakan kakinya menyentuh tanah lagi, tak ada wajah yang tampaknya menempel di tanah untuk hari ini. Sambil mengedipkan mata, dia menengadah dan nyaris pingsan setelah melihat siapa yang tepatnya sudah menangkapnya.
TN: UWOOOO! Akhirnya selesai untuk satu chapter. Terima kasih karena sudah membaca sampai sini. Apa translasi ini memuaskan kalian? Jika ya, silahkan review. Jika tidak, mohon beritahukan kesalahan yang ada (tapi, tolong jangan di-flame ya) melalui review. Dan terlebih dari semua itu, APA KESAN DAN PESAN KALIAN SOAL FANFIC INI? Mohon diketik di kolom review. Elma rasa itu yang paling Dragonighta-93 dan Elma nanti-nantikan. Terima kasih dan sekali lagi, RnR (emangnya, RnR itu artinya apa sih?)!
