Tsukimori and Momochi colab

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : M

Genre : Angst/Romance

Pairing : SaiSasuSui

Warning : OOC, AU, Nista, Abal, Angstnya mungkin nggak kerasa, colab fic pertama kami. Mature content, Bloody scene, gore banget, LEMON (tapi belum muncul di chap ini), don't like don't read, anak dibawah umur disarankan nggak baca, bahaya muntah di tempat. Bila tidak keberatan dengan warning kami, maka silahkan arahkan kursor anda kebawah, untuk membaca fic ini.

.

.

Presenting :

Behind The Mask

Author's :

Tsukimori Raisa and Momochi Mimi'san

.

.

Suigetsu Hozuki. Seorang pemuda berumur 16 tahun yang dilengkapi sejuta pesona dan kesempurnaan di setiap inci tubuhnya. Mata violetnya yang terkesan riang dan menarik, mudah menghipnotis orang untuk masuk ke dalamnya bagaikan mempunyai kekuatan sihir. Otot-otot besar ditangannya yang terbentuk dengan gagah memancarkan kekuatan tersendiri. Rambut perak kebiruan yang menjuntai sebahu, dilengkapi poni panjang-pendek yang membuatnya terkesan manis. Perilaku nya yang serampangan dan semaunya, membuat orang lain menyukainya. Dan masih banyak pesona lainnya yang tak bisa diungkapkan satu persatu.

Suigetsu. Sesuatu yang indah bagi orang yang melihatnya. Benar-benar pujaan setiap mahluk di bumi ini. Ah tak pernah seorangpun—laki-laki maupun perempuan—menolaknya ketika ia mengajaknya berkencan ataupun menjadi pacarnya. Jangan pernah menatap matanya dalam-dalam kalau tidak mau terbuai pesonanya yang begitu kuat.

Suigetsu. Pemuda biseksual yang bisa dibilang kejam karena selalu meninggalkan orang—pria maupun wanita—yang sudah disetubuhinya. Membuangnya begitu saja bagaikan permen karet yang sudah tidak memiliki rasa manis. Membuat orang-orang itu memohon agar dirinya kembali dalam pelukan mereka. Tak jarang orang-orang memakinya seperti, "Hozuki brengsek! Tanggung jawab kau, un! Membuatku tidak bisa berjalan dengan baik selama seminggu, un!" Atau bahkan memohonnya agar kembali seperti, "Suigetsu, jangan tinggalkan aku! Aku tidak ingin yang lain selain kau! Kumohon Suigetsu!" Hingga yang berlebihan seperti ini, "Jangan Suigetsu! jangan pergi dari hidupku! Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu! Lebih baik aku mati daripada kehilanganmu!"

Suigetsu. Dirinya bagaikan nikotin yang membuat orang-orang menjadi candu akan dirinya. Tak bisa hanya menatapnya sekali, pasti kau ingin menatapnya lagi dan lagi. Dan akhirnya tidak bisa melepaskan pandanganmu dari wajahnya. Bukan lagi jatuh cinta pada pandangan pertama, melainkan jatuh cinta di setiap pandangan.

Suigetsu. Bangga dengan kekuatan pesona yang dimilikinya. Senang membuat semua orang bertekuk lutut hanya untuk memohon kehadirannya di sisi mereka. Selalu tersenyum riang dan menyembunyikan senyum angkuhnya jauh di dalam hatinya. Memendam iblis pembunuh dalam darah Hozuki yang mengalir deras di dalam tubuhnya.

Suigetsu. tak pernah benar-benar merasa jatuh cinta sampai ia bertemu dengan seorang pemuda yang tak kalah tampan dengannya. Baru kali ini ada pemuda yang menolaknya. Seorang pemuda dengan postur tubuh sempurna sepertinya. Dengan mata onyx angkuh khas Uchiha yang dengan dingin tidak mau menatap mata violetnya. Dan pemuda itu mengatakan sebuah kata yang membuatnya hampir murka di tempat.

Suigetsu. Satu kata yang membuatnya sangat tersakiti. "Tidak". Marah dan kecewa pada seorang pemuda tampan yang sangat diinginkannya sejak ia pertama kali melihatnya. Gejolak amarah yang menggila tak bisa lagi di tahannya. Membuatnya bersumpah akan mendapatkan pemuda itu dengan cara apapun, semua akan ditempuhnya.

Suigetsu. Tak sadar bahwa dirinya mulai diperbudak oleh mata onyx milik Uchiha Sasuke. Merasa sangat menginginkan semua yang ada pada diri Uchiha Sasuke. Seakan-akan keadaan berbalik. Ia merasakan pesona kuat yang biasa dipancarkannya dari mata hitam kelam itu. Sapphire melawan Onyx. Violet dan hitam.

.

Pertemuan pertama. Dimana sore itu sangat cerah. Matahari seakan tidak ingin meninggalkan langit dan tetap disana walaupun bulan hampir datang. Keadaan senja yang sangat jarang terlihat, saat awan beserta langitnya memantulkan cahaya jingga yang pekat. Membuat rumput-rumput di taman bermain menjadi berwarna jingga. Taman bermain itu sepi, hanya ada sekitar lima anak yang bermain disitu ditemani baby sitter mereka.

Salah satunya Kimimaro. Seorang anak kecil berumur 6 tahun, sedang berlarian dengan senang dengan teman-teman sebayanya. Saling mengejar dan dikejar. Tidak jauh darinya, Suigetsu berdiri bersandar di bawah pohon sambil memandangi seorang pemuda yang sudah menjadi targetnya sejak beberapa menit yang lalu. Kedua tangannya terlipat di depan dada, dan sebelah kakinya terangkat menempel di pohon. Pemuda itu berdiri di samping ayunan kecil yang sedang tidak diminati anak kecil, mendongakkan wajahnya ke atas untuk menatap langit senja yang terlihat sangat cerah.

Sesekali Suigetsu mengikuti pandangan pemuda itu ke langit, mencari sesuatu yang menarik perhatian pemuda itu dan menyerah karena tak menemukannya. Dan pandangannya kembali lagi ke pemuda itu. Berkhayal yang tidak-tidak tentang pemuda itu, dan pada akhirnya ia menghampiri pemuda itu. Berdiri di sebelahnya sambil mengikuti cara berdiri pemuda itu, menengadahkan kepalanya ke langit dengan mata sedikit tertutup, tangan menjuntai bebas ke bawah, dan wajah datar.

Bosan. Pemuda itu tak kunjung bicara maupun menolehkan kepalanya. Suigetsu menghela napasnya lalu melipat kedua tangannya di belakang kepala. "Suka melihat awan?" tanya Suigetsu tiba-tiba.

"Tidak juga," sahut pemuda itu. Akhirnya ia menurunkan kepalanya yang berbentuk mirip pantat ayam.

Suigetsu menatapnya dan bertanya lagi, "Lalu kenapa disini?"

"Tidak tahu," pemuda itu balas menatapnya dengan tatapan datar dan cool. Suigetsu tampak sedikit terkejut saat menatap bola mata hitam pekat di depannya itu. Seperti tertelan ke dalam pesona mata itu. Heran, tak pernah sekalipun sebelumnya ia merasakan ini. Kedua sudut bibirnya terangkat, ia menjulurkan tangannya ke hadapan pemuda itu.
"Suigetsu," ujarnya sambil menyunggingkan senyum yang amat teramat sangat manis sampai author pengen cekek Suigetsu sekarang juga, terus nutup mukanya pake ember, terus di masukin ke kamar mandi. Oke, maaf karena author mulai ngelantur. Serius ah.

Pemuda itu menatap tangan Suigetsu sebentar lalu berkata, "Sasuke." Ia menyalami tangan Suigetsu. "Kau sendiri, kenapa disini?" Si pemuda raven kini memutar bola matanya, menjelajahi segala yang bisa ia lihat di taman ini.

Suigetsu tersenyum, memamerkan gigi tajamnya. "Menemani keponakanku. Hm, dimana kau tinggal?"

"Tidak jauh dari sini," si pantat ayam menyahut datar.

Suigetsu tak habis akal agar tak kehilangan topik obrolan. "Apa kau masih sekolah?"

"Ya, kau?"

Suigetsu mengepalkan tangan kirinya, agak kesal dengan pemuda pelit kata di hadapannya. "Sama. Dimana sekolahmu?"

"Konoha gakuen." Sasuke merenggangkan kepalanya lalu berbalik. "Hampir gelap. Aku pulang dulu. Senang bertemu denganmu."

"Wah buru-buru sekali?" Suigetsu melangkah mengiringi Sasuke. "Apa aku mengganggumu?"
Sasuke menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin pulang."

"Hei, Sasuke tunggu!" Suigetsu menarik lengan Sasuke. "Bagaimana kalau hari minggu ini kita kencan?" Gubrak! Baru berkenalan sudah mengajak kencan? Oh, dia sungguh percaya diri. Tapi itulah Suigetsu.

Sasuke memiringkan kepalanya sedikit. "Hm, tidak bisa," ujarnya tanpa perubahan di nada suaranya maupun raut wajahnya.

Suigetsu kaget bukan main. Sebelumnya, tak seorangpun baik laki-laki maupun wanita yang menolaknya dan bersikap sedingin ini padanya. Namun dengan pandainya, ia menyembunyikan ekspresi kagetnya dan memaksakan senyumnya. "Baiklah. Hati-hati di jalan ya." Suigetsu berujar riang sambil tersenyum. Melepaskan cengkramannya dan membiarkan Sasuke berjalan pulang menuju rumahnya. Sasuke melambaikan tangannya ke arah Suigetsu tanpa menoleh.

"Konoha Gakuen ya. Hm, lihat saja nanti Sasuke. Kau pasti menjadi milikku. Ini janjiku Sasuke." Suigetsu menaikkan sudut bibirnya, memperlihatkan deretan giginya yang tajam dengan efek blink-blink menyinari giginya. "Kimimaro!" teriaknya sambil membuat corong dengan tangandi depan mulutnya. "Ayo kita pulang! Sudah hampir gelap!"

Seorang anak kecil berambut putih dengan kuncir menggantung di kedua sisi rambutnya berlari menghampiri Suigetsu dan menggelayuti lengannya. Anak kecil saja bahkan suka padanya.

.

O.O

.

Sang surya kini baru kembali dari peraduannya. Sementara sinarnya dengan lembut menyinari bumi ini, menghangatkan sebagian dari kehidupan didalamnya. Suara gaduh sudah terdengar dari dalam sebuah gedung sekolah. Khususnya di kelas 3-4. Beberapa siswa Nampak sedang mengobrol asik. Dua diantara mereka Nampak mojok di bangku paling pojok kiri, dekat jendela. Si pemuda yang rambutnya mirip bokong ayam hanya terdiam sambil melirik pemuda yang sedang menggelayuti tangan kekarnya.

Sai menggelayuti lengan kekasihnya lembut dengan kedua pipi kemerahan yang tersamarkan oleh cahaya mentari pagi, sementara yang lengannya digelayuti hanya tersenyum samar, menatap kekasihnya dengan tatapan penuh kebahagiaan. Bahkan kedua pemuda itu tak perduli akan beberapa berbelas pasang mata yang menatap dengan tatapan iri, jijik, dan senang.

Sasuke Uchiha dan Sai. Dua sejoli yang memadu kasih semenjak mereka menginjak bangku kelas satu SMA, dua tahun yang lalu. Dunia bagaikan milik mereka sendiri ketika berdua. Seakan tak ada yang dapat memisahkan mereka. Sai benar-benar manja pada Sasuke, sementara pemuda berambut raven ini senang memanjakan pacarnya. Mereka menemukan kecocokan dalam diri mereka. Tak ayal keduanya pun tak pernah terlibat pertengkaran.

GREK!

Tak ada seorang murid pun yang memperdulikan Guru bermasker hitam itu masuk kedalam ruangan dengan langkah gontai. Sepertinya guru ini habis begadang karena menonton piala dunia, sehingga kini sebelah matanya yang terlihat itu memiliki lingkaran hitam disekitar matanya.

"Ehem!" si guru berambut perak dengan bekas luka di mata kirinya itu berdehem cukup keras, namun murid-murid penghuni kelas berjulukan 'Chaos Class' ini tak bergeming sedikitpun. Mereka tetap pada kegiatan mereka.

Sang Sensei yang diketahui bernama Kakashi Hatake ini lalu mengetuk-ngetukkan jemari dinginnya ke meja, sementara tangan kanannya menyimpan buku bawaannya diatas meja coklatnya. Rambut keperakannya yang lembut itu mengacung keatas. Kemeja bodysuitnya pun terlihat sangat gagah dipakai olehnya. Matanya pun menatap tajam kesetiap penghuni kelas ini. Namun para murid itu masih asik sendiri, seakan Senseinya tidak ada. "Kalau kalian tidak bersikap baik, nilai Fisika kalian akan turun sebanyak lima puluh point!"

Serentak semuanya terdiam, dan dengan ogah-ogahan duduk dibangku masing-masing. Rupanya Sai juga sama, ia dengan tampang gak-mau-tapi-harus itu pun melepaskan tangan Sasuke, beranjak menuju bangkunya sendiri di depan meja Sasuke.

"Ohayo, mina!" suaranya yang menggelegar pun membahana kepenjuru ruangan.

"Ohayo, Sensei!" sahut murid kelas 3-4 ini malas-malasan. Bahkan ada seorang gadis berambut merah berkacamata asik memainkan handphone keluaran terbaru di jepang, BlueBerry yang baru dibelinya sabtu kemarin diatas meja dengan asiknya, tanpa memperdulikan deathglare tajam dari Sensei tergalak se-Konoha Gakuen.

Tapi tetap saja kebebalan murid kelas 3-4 ini rupanya sudah membuat mereka lupa diri. Bahkan melupakan kalau Sensei yang masuk jajaran guru paling di hormati in adalah wali kelas mereka. Sungguh Sensei yang malang.

"Pagi ini kita kedatangan murid baru." Sang Sensei yang diketahui bernama Kakashi Hatake itu pun melirik kearah kirinya. "Silahkan masuk, Suigetsu."

Jejak pertama kaki pemuda beriris violet ini, bagaikan membekukan waktu. Suara rendah jejakan kakinya pun terasa sangat terdengar disetiap telinga yang ada dalam ruangan ini. Sementara semua mata terpaku pada sosok pemuda yang berjalan slow motion kearah meja gurunya. Rambut putih kebiruan sebahunya melambai halus, mengikuti gerak sang pemuda dengan sejuta pesona itu.

Si pemuda berbalik menghadap calon teman sekelasnya. Matanya menatap semuanya dengan tatapan mempesona. "Ohayo, saya Suigetsu Hozuki. Berasal dari Kiri Gakuen, mohon bantuannya."

Tak ada seorang pun yang melepaskan pandangan mereka dari Suigetsu. Bahkan Sasuke dan Sai. Sasuke cepat-cepat mengalihkan pandangannya, sementara Sai tak berkedip menatap sosok pemuda tampan yang mempesonanya itu lekat-lekat.

Dan tak ada yang sadar kalau Kakashi sudah berkoar-koar dalam materi Fisikanya kali ini, dan Suigetsu sudah duduk di bangku terdepan. Tatapan mereka terkunci pada Suigetsu. Entah apa yang Suigetsu lakukan, sehingga tak ada satupun yang berani melepaskan pandangannya, seakan-akan Suigetsu akan menghilang barang sedetik mereka mengalihkan pandangan.

Suigetsu melirik kearah sosok dipojok kiri, tepatnya ke arah pemuda berambut raven yang kini sedang menguap sambil menutupi mulutnya dengan tangan pucatnya. Mata onyxnya kini dengan cepat menemukan mata beriris violet yang menatapnya kagum. Suigetsu tersenyum, memperlihatkan gigi-gigi tajamnya. Sementara Sasuke hanya menaikkan sebelah alisnya, menatap si murid baru dengan tatapan ada-apa-lihat-lihat.

Sasuke tak sadar, seseorang bermata onyx yang duduk di depannya rupanya masih tersihir pesona Suigetsu. Sehingga, ia mengira Suigetsu sedang tersenyum padanya, bukan Sasuke. Sepertinya, Sai tertarik pada si murid baru.

.

O.O

.

To : Dear Sasuke :*

Sayang, hari ini aku ditugaskan Kakashi-sensei selaku ketua kelas untuk mengantar Suigetsu jalan keliling sekolah. Jadi maaf, kita tidak bisa pulang sama-sama. Gomen ya, besok kita pulang sama-sama yaaa.

SEND!

"Souka, jadi namamu Sai ya?" tanya Suigetsu seraya menghentikan langkahnya untuk menunggu Sai yang tertinggal di belakangnya.

Buru-buru pemuda itu memasukkan BB(Buatan Bakrie)nya kedalam saku celananya. Mempersiapkan senyum terbaik yang ia miliki pada pemuda sejuta pesona ini, lalu kembali mengiringi langkah pemuda di depannya. Degup jantungnya serasa dipompa dua kali lebih cepat, dan ia sudah berusaha keras menutupi semburat merah muda yang seenak jigong muncul di pipinya. "Iya. Hozuki—"

"Panggil saja aku Sui," Suigetsu tersenyum, kembali mempertontonkan gigi-gigi tajamnya.

Ucapan Suigetsu tadi seakan menarik Sai masuk lebih jauh ke dalam diri Suigetsu. Sai benar-benar tergoda oleh pemuda ini. Tapi otaknya berusaha keras menyadarkan dirinya kalau ada Sasuke jauh di dalam lubuk hatinya. Pipinya penuh dengan semburat merah muda yang membuatnya terlihat manis. Sementara ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku, guna menghilangkan rasa groginya.

Sai meneguk ludahnya terpaksa. Ia sangat terpesona akan ketampanan Suigetsu. Digenggamnya kedua tangannya erat, lalu mulai melakukan tugasnya sebagai yang Kakashi-sensei tugaskan padanya tadi. Tapi tetap saja, sepertinya degup jantungnya itu tidak bisa diajak kompromi sekarang. "Yep, kita mulai tournya ya."

"Oke," Suigetsu tersenyum, lalu menyamakan langkahnya dengan Sai yang sekarang berjalan lebih cepat darinya, lalu memulai tour khusus keliling sekolah itu, hanya berdua dengan Sai. Jelas, karena ini sudah jam pulang sekolah. Dan itu membuat Sai harus berusaha ekstra keras, disamping memandu Suigetsu, juga memandu jantungnya agar berdetak normal seperti semula.

.

.

.

Sasuke terdiam memperhatikan layar iPhone-nya. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya, bersiap meninggalkan kelas yang hanya tertinggal empat orang murid ini. Sasuke menghela nafas panjang, agak kesal pada Sensei yang seenaknya membuat kencannya dan Sai batal hari ini. Ia pun bergerak melewati kawanan gadis yang masih asik kasak-kusuk membicarakan si murid baru dengan sejuta pesona, Suigetsu Hozuki.

Si gadis berambut merah dengan kacamata berbingkai coklat itu tersenyum girang memegangi kedua pipinya sambil berteriak 'Kyaa-kyaa' kalau seseorang mulai memuji ketampanan si murid baru. Gadis berambut pirang panjang mirip ponytail malah misuh-misuh tak jelas, merujuk meminta kawan-kawannya agar cepat pulang. Sementara gadis berambut indigo beriris lavender hanya terdiam dan tersenyum menanggapi ekspresi kawannya.

Karin—nama gadis berkacamata itu, masih memegangi kedua pipinya sambil berdiri di pintu kelas. "Iya, dia tampan sekali.. Sepertinya cocok menjadi saingan Sasuke-kun—kyaaaa Sasuke-kun sudah mau pulang?"

"Hn." Si pemuda stoic itu hanya menanggapi datar, lalu melintas diantara kawanan gadis kurang kerjaan itu.

"Tidak bersama Sai-kun?" tanya Ino—gadis berambut pirang ponytail, sambil membawakan tas Karin dan Hinata agar mereka mau cepat pulang.

"Tidak." Sasuke menjawab seadanya, lalu melenggang pergi meninggalkan ketiga gadis yang masih menatap punggungnya dari belakang.

"Hati-hati di jalan ya, Sasuke-kun!" ucap gadis berambut indigo sambil tersenyum manis.

"Hn." Sasuke menoleh sekilas, lalu kembali berjalan menyusuri koridor sekolahannya yang sudah sepi, meninggalkan teman-teman sekelasnya.

"Hei Hinata, kau dekat dengan Sasuke-kun?" Karin menatap kawannya penuh dengan tatapan curiga.

"Iya," jawab Hinata sambil tersenyum, lalu buru-buru melanjutkan, "kami teman sejak kecil."

"Oh pantas." Si pirang menyanggahi ucapan kawannya dengan nada ketus. "Ayo pulang! Sudah jam berapa ini? Kalian asik menggosipkan Suigetsu sampai-sampai lupa untuk pulang!"

"Biar!" Karin menyalak galak. "Dia memang mempesona. Ya kan, Hinata?"

Hinata hanya tersenyum, bingung harus berkomentar apa. Sementara pedebatan kedua temannya pun kembali berlangsung.

.

.

.

"Ini ruang kesehatan." Sai mengarahkan tangannya kesebelah kanan, menunjukan letak ruang kesehatan pada Suigetsu yang kini hanya manggut-manggut tanda mengerti. "Lalu kau mau kemana lagi?" Sai menoleh, menatap si pemuda berambut putih kebiruan dengan sayu.

"Err, ruangan klub mungkin?" Suigetsu menebak-nebak, sambil mengurut dagunya yang tak berjanggut.

"Oke," jawab Sai bersemangat, lalu ia segera melangkahkan kakinya maju, menuju pertigaan yang menghubungkan koridor umum lantai satu ini. "Di koridor umum ini, seluruh ruangan klub diletakkan."

"Oh.." Suigetsu memutar bola matanya, megedarkan pandangannya ke segala penjuru yang bisa dicapai matanya. Sementara kedua tangannya menyilang di dada. Ia teringat sesuatu. Si raven. "Eh, Sai, kau kenal Sasuke Uchiha?"

"Tentu." Sai tersenyum manis, pipinya bersemu kemerahan. Keduanya masih berjalan beriringan. "Kenapa?"

"Orangnya cuek ya?" Suigetsu menjulurkan lidahnya, tanda bercanda, walau sebenarnya tidak.

"Hm, bagaimana ya?" Sai mengerling, "Kalau sudah kenal dekat, kau pasti akan jatuh cinta padanya."

"Oh ya?" Suigetsu menaikkan kedua alisnya, langkah kakinya terhenti, "Sepertimu kah?"

"Ya, aku salah satunya," sahutnya sambil terus mengayunkan kakinya.

Suigetsu terhenyak. Iris violetnya membesar sesaat, lalu kembali normal. Sai menoleh, menyadari kawan barunya sudah tak disisinya. "Kenapa? Mau dilanjutkan apa tidak, tournya?"

"Err.." Suigetsu jadi linglung sendiri. Ditatapnya Sai lekat, kontan membuat jantung pemuda homoseksual di hadapannya ini berdegup lebih cepat dari biasanya. "Kau pacar Sasuke?"

Sesaat Sai terdiam, namun ia segera tersenyum. "Ya."

Dan ya, Suigetsu hanya terhenyak, bengong hebat. Ekspresinya saat bengong terlihat sangat innocent di mata Sai. Dan Sai yang mendapat tatapan innocent dari pemuda beriris violet itu langsung memerah wajahnya.

"Sui," Sai menundukkan wajahnya, "jangan tatap aku seperti itu."

Suigetsu tersenyum seraya melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. "Aku suka wajahmu yang memerah begitu, terlihat lebih... manis." Spontan, wajah Sai langsung bertambah merah. Ditambah lagi Suigetsu yang kini menyampirkan lengannya di pundak Sai dengan sok akrabnya. "Ayo kita lanjutkan tournya."

Tampaknya Suigetsu menemukan satu lagi mata onyx yang membuatnya terpesona.

.

O.O

A/N: Akhirnya publish juga *ngelap keringet pake bajunya Tsuu*ditendang jauh-jauh*

Ini yang kau tunggu-tunggu Tsukimori Raisa. Wahahah :D

Ung, disini lemon sama gorenya belum keliatan. Mungkin di chap depan gorenya baru muncul sedikit. Tapi buat jaga-jaga, ratednya M dari sekarang.

Yos, gak mau banyak bacot lagi.

Salam gigi tajam dan senyum lebar,

-TsuuandMomo

Review? :)