maunya sih ini dipublish bener-bener pas tanggal 14. tapi yah gini lah baru bisa konek ke fic jam segini-gini juga -,-
hikari pengen aja nulis fic oneshot yang ringan (lagi) karena lagi penat sama to yang ga kelar-kelar (GYAAAAA!) oke kembali ke fic. anggap fic ini untuk semua ICHIRUKI LOVERS~ and also a-thank-you-fic for Aizawa-san.

oke kayaknya ga asik kalo cuma basa-basi di sini. lebih baik baca langsung saja, oke?


Chocolate's Trouble

Author : hikariHARUNO13
Pairing : IchigoXRukia
Warning : Canon, too short
Disclaimer : Tite Kubo pemilik BLEACH, please adakan ichiruki lagi!
Summary : Bagi Rukia yang seorang shinigami, hari valentine bukanlah hari yang istimewa baginya. Masalahnya dia berada di dunia manusia, dunia yang sebagian besar orangnya merayakan hari yang menurutnya tidak penting.

N_N

13 Februari

Rukia melirik sejenak ke arah papan tulis untuk menulis tanggal yang tertera di sana. Dia cukup kebingungan menentukan tanggal karena seringnya dia bolak-balik Karakura-Soul Society untuk melaporkan keadaan kota itu. Rasanya seperti jet lag, ada jeda waktu yang membingungkan saat dia berpindah tempat. Sayang sekali gadis berambut hitam itu bahkan tidak tau apa arti jet lag.

Mata violet itu mencuri-curi waktu untuk melirik pemuda di sebelahnya. Pemuda berambut oranye menyala itu bahkan tidak menyadari gadis itu tengah memerhatikannya. Apakah Rukia menyukai pemuda itu? Rukia saja sudah mau tertawa keras sekali sewaktu gosip yang melibatkan dirinya dengan Kurosaki Ichigo―pemuda berambut oranye yang selalu mengerutkan alisnya itu. Dia bingung dengan tanggapan orang-orang terhadap kedekatan dirinya dengan Ichigo. Memangnya apa yang salah jika Ichigo mempunyai hubungan yang lumayan dekat dengannya? Rukia tidak pernah mendengar selentingan tentang hubungan antara Ichigo dan Arisawa Tatsuki yang malah lebih terlihat dekat dengan pemuda itu ketimbang dirinya dengan Ichigo.

Memang Rukia anak baru di Karakura sehingga tingkah laku maupun hal-hal yang dilakukannya menjadi pusat perhatian. Dirinya yang tiba-tiba menjadi dekat dengan pemuda paling berandal di SMA Karakura memang menjadi hal yang paling menonjol di antara semua kabar selentingan yang tidak penting. Rukia tidak mengerti mengapa manusia zaman sekarang senang sekali mengusik kehidupan orang lain. Dia jadi curiga apakah kata 'privasi' masih berlaku di sini.

Meskipun begitu, Rukia tetap menjalin hubungan pertemanan dengan manusia di sekolahnya. Memang, memakai kata manusia saat berbicara seperti itu akan terdengar rasis namun itu yang membedakan Rukia dengan gadis-gadis yang ada di kelasnya. Bisa dibilang siswi-siswi kelas Ichigo adalah siswi yang baik. Awalnya mereka memang agak menahan diri untuk terbuka terhadap Rukia namun kini mereka sudah mau menerima Rukia tiap kali Rukia datang untuk makan siang bersama. Menurut Rukia, itu permulaan yang sangat bagus.

Masih ingat di benaknya perbincangan yang terjadi saat makan siang tadi. Para gadis itu ribut akan berbelanja nantinya setelah pulang sekolah. Mereka semangat sekali membicarakan tentang coklat dan sejenis itu. Ya, para gadis itu membicarakannya dengan antusias. Semuanya kecuali Kuchiki Rukia.

"Hari ini aku tidak bisa membuat coklat," keluh Natsui Mahana, membiarkan makanan yang dijepitnya dengan sumpit mengambang di depan mulutnya yang sedikit manyun. "Valentine kali ini aku hanya bisa membeli coklat batangan di toko-toko. Ah menyebalkan!"

"Tapi yang penting kan, memiliki coklat di saat valentine," ujar Kunieda Ryo setelah makanan di mulutnya sudah habis ditelan. "Cobalah berpikir optimis."

"Kau ini tidak asyik," sekali lagi Mahana mengeluh dan mulai menatap Ogawa Michiru yang hanya diam saja. "Michiru, kau sudah membuat coklat?"

Gadis kecil itu terlihat agak salah tingkah ketika ditanya seperti itu. Di SMA itu, gadis berpostur tubuh pendek dan kecil hanya ada dua orang, Rukia dan Michiru. Namun yang paling terkenal di sana justru Rukia yang baru bersekolah beberapa bulan.

"Eh, eh... Aku sudah membuatnya―"

"Sudah?" potong Mahana. Sepertinya dia tidak percaya teman kecilnya itu sudah membuat coklat. "Bisa-bisanya kau mendahuluiku."

"Memangnya kau mau memberikan coklat pada siapa, Michiru-chan?" tanya Inoue Orihime sambil menggumat roti isi yang entah apa isinya.

"Eh, Ishida-kun," jawab Michiru malu-malu. Kata-kata itu langsung disambut teriakan mengejek dari teman-temannya yang lain, kecuali Rukia yang masih tidak mengerti apa yang mereka perbincangkan.

"Kalau begitu kau butuh keberanian saja saatnya tiba nanti. Semangat ya?" kata Tatsuki sambil menyikut lengan Michiru dan berhasil membuat gadis berambut coklat itu kesakitan.

"Fufufu, Michiru yang malu-malu sangat imut. Aku tidak tahaan~" ujar Honshou Chiziru dengan muka mesum bak oom-oom di pinggir kota. Tatsuki hanya memutar matanya sambil bergumam 'mulai lagi deh'.

Di antara gadis-gadis yang tengah antusias menanyakan coklat tersebut, Orihime sadar kalau Rukia hanya diam saja.

"Kuchiki-san, kau mau membuat coklat bersama kami?" tanya Orihime sambil tersenyum.

"Memangnya untuk apa membuat coklat? Besok ada perayaan ya?"

Rukia menyadari kalau para gadis itu tengah menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Mereka menatap Rukia lumat-lumat; seakan Rukia baru saja mengatakan dia melihat kuda dan domba tengah berkencan.

"Besok valentine," jawab Tatsuki. "Kau lupa ya?"

"Apa itu valentine?" tanya Rukia dengan pandangan bertanya-tanya.

"Valentine itu ya, hari kasih sayang. Hari di mana kau mati-matian membuat coklat lalu memberikannya pada orang yang kau sayangi," jelas Chizuru dengan nada memburu. Dia cukup senang melihat respon dari Rukia; wajah gadis itu terlihat serius dan polos di saat bersamaan. "Sebenarnya, tidak hanya coklat yang bisa kau berikan. Kamu bisa memberikan apapun yang bisa mengungkapkan rasa cinta. Hadiah, kado, pelukan, kata-kata, ciuman, keperawan―"

"Diam kau, kucing mesum sialan!" teriak Tatsuki sembari memberikan tinju tepat di pipi gadis berambut merah itu. Tontonan seperti ini sudah biasa bagi Rukia.

"Istilahnya, kami biasa membuat coklat di hari valentine. Kau mau ikut dengan kami?" tanya Orihime sekali lagi sebagai pengalih perhatian dari pertengkaran Tatsuki vs Chizuru.

"Memangnya kamu ingin memberikan coklat pada siapa, Inoue?" tanya Rukia. Sekejap wajah Orihime berubah merah dan dia jadi tertawa sendiri.

"Eh itu―"

"Pasti Kurosaki," kata Ryo asal tapi cukup membuat Orihime berteriak malu.

"Aaaah, Ryo-chaaa~n."

"Apa? Kau mau memberikan coklat pada monyet oranye itu? Tapi tidak kesucianmu kan, Hime-chan?" seru Chizuru yang baru saja dapat kekuatan entah dari mana setelah mendapat tinju berkala dari Tatsuki.

"Ngomong aneh sekali saja, kubunuh kau!" ancam Tatsuki sambil mengepalkan tangannya untuk mempertegas kata-katanya.

Rukia menghela napas. Semua kejadiannya masih dapat diingatnya. Dan dia menarik kesimpulan untuk dirinya sendiri : Valentine bukan hari yang begitu penting untuk dirayakannya.

NNN

Seperti biasa, Ichigo dan Rukia berjalan melewati jalan setapak yang biasanya jarang dilewati orang. Namun hal itu malah dinikmati keduanya. Awalnya Rukia agak segan sewaktu Ichigo mengajaknya pulang melewati jalan itu. Karena dia takut tiba-tiba Ichigo mendorongnya sehingga nanti dia jatuh terguling-guling ke sungai. Baiklah, itu bukan alasan bagus tapi Rukia tetap saja tidak suka.

"Aku tidak mau gosip kita malah makin menjadi-jadi. Aku juga tidak mau kau pulang sendirian," kata Ichigo saat Rukia besikeras untuk pulang lewat jalan utama. Malah makin lama, Rukia mulai menyukai suasana sepulang sekolah melewati jalan setapak itu.

"Ichigo," panggil Rukia. Dia tidak ingin sepanjang perjalanan hanya diam seperti ini. "Kau suka coklat?"

Ichigo menoleh ke arah gadis yang lebih pendek darinya dengan tatapan penuh arti. Rukia tidak dapat mengartikan emosi apa atau apa yang dipikirkan Ichigo saat itu.

"Untuk apa kau menanyakan hal itu?" tanya Ichigo balik. Rukia mengedikkan bahunya.

"Yah bukan apa-apa."

Ichigo kembali menatap jalanan di depannya namun matanya kembali lagi pada gadis berambut hitam di sebelahnya. Dia bertanya-tanya apakah Rukia sudah tau tentang valentine. Dia penasaran apakah Rukia sudah membuat coklat ataupun membeli coklat. Jika sudah, akan diberikan pada siapa? Dengan percaya diri, Ichigo yakin kalau Rukia akan memberikannya pada Ichigo karena hanya dia satu-satunya laki-laki yang kenal dekat Rukia.

Eh tunggu dulu, kata Ichigo dalam hati. Tapi dia kenal juga dengan Ishida dan Chad. Bisa jadi dia memberikan coklat pada mereka. Eh tapi Renji juga sahabatnya kan? Jadi mungkin Rukia akan memberikan padanya. Eh, Byakuya kan, kakak angkatnya. Jangan-jangan dia juga akan memberikan coklat padanya. Lalu Urahara-san... Ukitake-san...

"Ichigo," panggil Rukia lagi dan membuat Ichigo ditampar ke dunia asalnya. "Kenapa wajahmu jadi serius begitu?" tanya Rukia. Ichigo dengan cepat megubah ekspresi wajahnya lalu membuang muka.

"Memangnya tidak boleh kalau aku serius?" Ichigo jelas menganggap semua pikirannya tentang cewek menguasainya. Dia lupa kalau mereka itu selalu satu pikiran. Ichigo selalu berpikir acara seperti valentine hanyalah bualan semata yang dibuat-buat oleh produsen coklat. Singkatnya, Rukia juga berpikiran sama. Bagi Rukia yang seorang shinigami, hari valentine bukanlah hari yang istimewa baginya. Masalahnya dia berada di dunia manusia, dunia yang sebagian besar orangnya―terutama perempuan―merayakan hari yang menurutnya tidak penting.

"Bukan begitu," kata Rukia. Dia kesal karena Ichigo membalas kata-katanya dengan judes. "Oh ya, Ichigo! Kau mau menemaniku ke toko di dekat rumahmu?"

"Kau mau membeli apa sih?" tanya Ichigo dengan nada jutek. Rukia merengut kesal. Dia tidak suka Ichigo lagi-lagi berkata dengan nada seperti itu.

"Yah, pokoknya ada yang ingin kubeli. Cerewet," gerutu Rukia. Saat itu, Ichigo kembali ingat akan hari valentine. Dia menebak kalau Rukia akan membeli coklat. Sayangnya saat keluar toko, Rukia tidak membiarkan Ichigo melihat apa yang dibelinya sehingga rasa penasarannya menjadi-jadi.

NNN

14 Februari

Rukia berangkat ke sekolah seperti biasa. Kali ini tidak biasanya Ichigo mengajak Rukia berangkat bersama. Biasanya pemuda itu paling anti jika ada Rukia di sebelahnya sepagi ini. Tapi hari ini pengecualian. Ichigo bahkan setia menunggunya di pintu saat Rukia masih mengambil tasnya.

"Rukia nee-chan bawa coklat?" tanya Yuzu ketika dia sudah akan berangkat.

"Tidak, aku tidak terlalu mengerti hal-hal yang begitu," jawab Rukia yang disambut anggukan kecil dari perempuan manis itu.

Ternyata adegan Ichigo berangkat bersama Kuchiki Rukia kepergok oleh Asano Keigo dan Kojima Mizuiro. Tentu Keigo bereaksi berlebihan seperti biasa dan Mizuiro sudah tersenyum 'berbahaya' ketika melihat pemandangan itu. Tentu ini membuat Ichigo khawatir.

Setibanya di sekolah, Rukia mendapati keanehan lainnya. Jelas ada atmosfir yang berbeda menyelimuti SMA Karakura. Para gadis terlihat bersipu-sipu sementara para prianya terlihat sangat bahagia. Rukia manggut-manggut sendiri. Dia mengerti kalau inilah suasana valentine. Laporan yang bagus untuk diberitaukannya pada Renji sekembalinya ke Soul Society.

Rukia baru mendapati suasana seperti ini di kota tempatnya bekerja. Jarang sekali gadis itu menemukan suasana malu-malu seperti ini di Soul Society. Sedang masygulnya dia memerhatikan kegiatan itu, Orihime mencolek bahunya.

"Kuchiki-san, aku mau minta tolong," pinta Orihime sambil berbisik.

"Ada apa, Inoue?"

"Aku mau memberikan ini pada Kurosaki-kun tapi dia sedang di sana. Aku malu jika nanti diejek oleh teman-temannya." Rukia menoleh ke arah Ichigo. Pemuda itu tengah berkumpul bersama teman-teman cowoknya yang lain. Pantas saja Orihime tidak mau ke sana; bisa habis dia diledek habis-habisan oleh para cowok itu. Rukia mengambil kotak yang disodorkan Orihime padanya lalu tersenyum pada Orihime.

"Terima kasih, Kuchiki-san!" sahut Orihime. "Aku akan melihatmu dari sini saja."

"Tunggu ya, Inoue," kata Rukia. Dia berjalan ke arah Ichigo dengan santai. Karena Ichigo tengah memunggunginya, Rukia menepuk punggung pemuda itu. Tidak bergeming, Rukia menendang punggung pemuda itu hingga ia mengerang kesakitan.

"Aw! Aw! Siap―oh kau Ruk―eh maksudku Kuchiki! Mau apa kau?"

Rukia menyodorkan kotak milik Orihime tadi ke depan wajah Ichigo. Awalnya wajah pemuda itu terlihat terkejut namun selanjutnya ada semburat pink di pipinya.

"I-ini..."

"Untukmu," jawab Rukia. Ichigo mengambil kotak itu dengan malu-malu lalu menatap kotak itu lumat-lumat.

"Terima kasih," ucap Ichigo sungguh-sungguh.

"Jangan berterima kasih padaku," kata Rukia. Dia menunjuk ke arah pintu dan terlihat Orihime tengah berdiri di sana. "Berterimakasihlah padanya. Itu darinya."

Ekspresi Ichigo berubah. Dia menatap Rukia, matanya menyipit dan wajahnya mendekat.

"Ini bukan darimu?" tanya Ichigo.

"Maaf tapi aku tidak merayakan hari valentine," jawab Rukia. Wajah blushing Ichigo berubah menjadi wajah kelu yang sehari-hari selalu ditunjukkan Ichigo. Rukia tidak mengerti mengapa aura Ichigo tiba-tiba berubah; yang tadinya cerah menjadi mendung.

"Oh, begitu."

Badge Ichigo berbunyi nyaring sekali, begitu pula dengan handphone Rukia. Dia sudah akan menoleh untuk menyuruh Ichigo pergi sebelum gadis itu melihat pemandangan yang aneh lagi. Ichigo mengutuk badge yang diikatkannya di sabuknya, melepas ikatannya lalu membantingnya dengan geram ke lantai. Tak berapa lama dipungutnya lagi.

"Kau sedang apa sih? Ayo cepat!" suruh Rukia.

"Iya iya..."

NNN

Ichigo menyerang semua hollow yang datang dengan penuh nafsu membunuh. Benar, dia perlu sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya atas kebodohan Rukia. Benar, gadis itu! Dia kira Rukia akan memberikannya coklat di hari valentine, yaitu hari ini. Tapi meski sudah malam, Rukia belum juga menunjukkan tanda-tanda kalau dia akan memberikan coklat padanya. Dia kesal sekali ketika menyimpulkan sendiri bahwa Rukia sudah memberikan coklatnya pada Renji atau Byakuya.

"Sial!" teriak Ichigo kesal. Dia menarik pedangnya yang tertancap di kaki hollow dengan paksa tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya itu; dan benar, dia terjungkang jatuh ke belakang. Rukia yang memerhatikan Ichigo sedari tadi sudah tidak tahan mengomentari perbuatannya itu.

"Ichigo, kau kenapa sih? Dari tadi kau terlihat aneh," ujar Rukia sambil berjalan mendekati Ichigo. Pemuda itu menoleh ke arah Rukia dengan gerakan kasar, Rukia berpikir kalau-kalau leher Ichigo akan sobek jika menoleh sekasar itu.

"Berisik! Aku lelah! Memangnya tidak boleh?" jawab Ichigo dengan kasar. Entah mengapa mendengar suara gadis itu saja sudah membuatnya kesal. Rukia mendengus.

"Bukan begitu," keluhnya. "Tapi kalau kau lelah, kita istirahat saja dulu." Rukia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam shihakushou-nya. Ichigo tetap tidak ingin melihat Rukia karena dia mengadakan mogok 'Rukia' hari ini. Sepertinya Rukia sedang makan karena dia mendengar suara geretukan gigi. Sebenarnya Ichigo juga lapar tapi ditahannya. Ketika sampai di rumah nanti, dia akan makan banyak!

Ichigo merasakan pipinya disentuh sesuatu. Dia menoleh ke arah pipi kirinya. Matanya menangkap sekotak Pocky menempel di pipi kirinya. Matanya menjalar ke atas dan mendapati sepasang mata violet tengah menatapnya. Mata amber itu terpesona oleh sepasang violet yang melembut ketika bertemu dengan matanya.

"Kau kan, belum makan daritadi. Makan saja dulu sebatang," kata Rukia. Rupanya kantong Pocky itu suda terbuka. Bahkan Rukia sudah memakan setengah dari isinya. Tapi mau tidak mau Ichigo mengambil sebatang pocky lalu mengemutnya di mulut. Rukia menghempaskan pantatnya, duduk di sebelah Ichigo. Dia juga ikut mengambil sebatang lalu memakannya.

"Terima kasih," ucap Ichigo. Dia menolak menatap mata Rukia lagi. Bisa-bisa dia terhipnotis oleh mata itu.

"Tidak, ini salahku. Aku terlalu memaksamu mengusir hollow sampai lupa istirahat," kata Rukia.

"Kau membeli ini di toko waktu itu?" tanya Ichigo sambil memainkan Pocky yang ada di jarinya ke wajah Rukia.

"Iya."

"Kenapa tidak bilang saja kau beli ini?"

"Aku hanya tidak mau kau berpikiran kalau aku membeli coklat untuk valentine. Apalagi untuk dirimu," jawab Rukia yang disambut Ichigo yang terbatuk. Memang benar, dia sudah terlalu percaya diri kalau Rukia akan memberikan coklat untuknya.

"Tapi ini juga coklat kan? Berarti kau memberikan coklat padaku?" ejek Ichigo. Dia kira Rukia akan menolak pernyataan itu dengan nada kesal. Namun reaksinya sungguh di luar dugaan. Rukia malah diam seperti orang berpikir lalu menggumam, "Iya juga ya?"

"Apa maksudmu 'iya juga ya'? Jadi ini coklat valentine atau bukan?"

Rukia memicingkan matanya pada Ichigo. Lalu dia menggeleng-gelengkan kepala sambil bergaya ala Kuchiki the drama queen.

"Terserah kau saja, Kurosaki-kun."

Ichigo mendengus tapi dia tersenyum. Dia lebih suka seperti ini. Menghabiskan malamnya di jalan setapak yang biasanya dilewatinya bersama Rukia. Tentunya bersama Rukia, gadis pendek yang memberinya coklat valentine (yang secara paksa diakui sebagai coklat valentine).

.

.

.

OWARI (it could be twoshot though)