True Feeling © Blue NaNadia

Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing: NaruHina

Genre: Romance, a lil bit Comedy

Warning: Sangat OOC, Typo(s), Aneh, GaJe, dan warning-warning lainnya

Summary: Naruto dan Hinata menjadi saling membenci karena hal sepele, tapi seiring berjalannya waktu, kira-kira bisakah perasaan benci mereka berubah?

.

.

.

~'*'~

~ True Feeling ~

~'*'~

.

.

.

DON'T LIKE? DON'T READ!

.

.

Happy Reading!

.

.

"Sasuke, tukar tempat dengan Hinata! Sekarang!" Perintah Kurenai-sensei, wali kelas mereka.

"Nani?!" Tanya Hinata dalam hati.

Hinata segera pindah ketempat Sasuke sebelumnya duduk, tepatnya disebelah laki-laki berambut kuning bernama Namikaze Naruto.

Hinata menatap Naruto sinis, sedang Naruto membalasnya dengan melayangkan sebuah deathglare yang ia punyai pada Hinata, deathglare itu berhasil membuat Hinata tak jadi mengomel.

"Kalian jangan berpindah tempat sampai hari kelulusan nanti! Baiklah kita teruskan pelajaran kita..." Kata Kurenai-sensei.

Sementara itu di bangku yang diduduki Naruto dan Hinata, telah terjadi perang deathglare, lalu perang di secarik kertas.

N: "Heh, indigo, lebih baik kau segera pergi dari sini."

H: "Kau sendiri saja! Aku tak mau kena marah Kurenai-sensei!"

N: "Kau saja! Kembalilah ke tempatmu sana!"

H: "Tidak! Ini semua kan gara-gara kau! Jadi kau yang harus tanggung jawab!"

N: "Tidak mau!"

H: "Kalau tidak mau lebih baik jangan protes!"

Perang mereka berganti lagi dengan perang adu deathglare terbaik (?) Hingga akhirnya,

KRIIIIIINGGGG...

Bunyi bel istirahat...

Naruto dan Hinata segera mengemasi barang-barang mereka. Tapi anehnya, keduanya tak berpindah tempat juga. Tak ada satupun dari mereka yang pergi kekantin. Keduanya memang lebih suka berdiam diri di dalam kelas.

Naruto dan Hinata kelihatan lucu, karena keduanya sama-sama menyilangkan tangan mereka didepan dada.

"INI SEMUA GARA-GARA KAU!" Teriak keduanya bersamaan.

"Eh?" Lagi-lagi mereka mengatakan hal yang sama bersamaan.

"BERHENTI MENIRUKU!" Teriak mereka berdua lagi.

Karena kesal, keduanya kembali menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Mereka kini sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Dalam hati Naruto:

Benar-benar menjengkelkan! Dia membuatku naik darah saja. Sudah duduk di sebelahku, dia meniruku pula. Menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan! Kalau tahu hal ini akan terjadi, aku tak mungkin bertengkar dengan Sasuke gara-gara masalah sepele, yaitu, siapa yang sebenarnya telah mematahkan pensil miliknya. Benar-benar sepele bukan?

Dalam hati Hinata:

Menyebalkan! Menyebalkan! Benar-benar menyebalkan! Gara-gara bocah kuning tak tahu diri ini, aku jadi duduk dengannya. Dia benar-benar tak tahu diri, sudah jelaskan siapa yang salah, tapi dia tak mau mengakuinya, dia malah menyalahkanku! Menyebalkan!

Cukup lama mereka diam. Suasana kelas sangatlah hening, karena hanya mereka yang masih ada di kelas. Naruto yang bosan akhirnya melirik kearah Hinata, tapi saat Hinata menoleh kearahnya, dia malah berbalik. Hal itu terjadi lagi, kini sebaliknya, Hinata melirik Naruto, tapi saat Naruto menoleh kearahnya, dia malah memalingkan wajahnya.

"Kenapa melirikku? Kau tertarik padaku ya?" Tanya Naruto angkuh.

"Nani?! Tertarik padamu? Percaya diri sekali kau! Asal kau tahu saja ya, kau ini bukan tipe-ku!" Kata Hinata tak kalah angkuh.

"Aku juga! Aku benar-benar membenci tipe gadis sepertimu indigo!, gadis super cerewet!" Balas Naruto.

"Apa kau bilang?! Cerewet?! Kau itu yang cerewet, kuning!"

"Aku punya nama!"

"Aku juga punya! Jadi jangan panggil aku indigo!"

"Salah sendiri!"

"Selalu saja aku yang disalahkan!" Kata Hinata sambil memukul meja, sampai-sampai ada barang yang berjatuhan, tapi beberapa saat kemudian Hinata malah meringis kesakitan.

"Ittai..." Rintih Hinata pelan.

"Rasakan itu!"

"Ini benar-benar sakit tahu!"

"Lalu? Apa peduli ku?"

Hinata hanya mampu mengerucutkan bibirnya sambil bergumam tak jelas. Naruto sebenarnya ingin sekali tertawa, tapi ditahannya.

Lagi-lagi suasana hening, cukup lama mereka diam saja, hingga akhirnya terdengar bunyi bel tanda waktu istirahat telah habis. Keduanya menghela nafas bersamaan. Setelah itu keduanya saling tatap. Seperti biasa, mereka adu deathglare terbaik. Kini Hinata tak terlalu takut pada pemilik deathglare terbaik di kelasnya tersebut. Dia sudah kebal dengan deathglare pemuda Namikaze itu.

"Berhentilah meniruku!" Teriak Naruto. Kali ini mereka tak mengatakan sesuatu bersamaan.

"Kau yang berhenti!" Balas Hinata.

"Hey, hey, ada apa ini?" Tanya seorang pemuda berambut coklat acak-acakan dengan tatto segitiga terbalik bewarna merah di pipinya.

"Diam kau!" Kata Naruto dan Hinata bersamaan. Lagi-lagi penyakit berbicara bersama (?) itu kambuh.

"Wah! Kompak sekali kalian!" Kata Ino yang kebetulan duduk di bangku belakang Naruto dan Hinata.

"TIDAK! KAMI TIDAK KOMPAK!" Teriak Naruto dan Hinata bersamaan lagi.

"Tuh kan, kalian kompak! Wah pasangan yang serasi!" Ucap Sakura ikut-ikutan juga.

Naruto dan Hinata saling tatap.

'Pasangan yang serasi? Yang benar saja!' Batin Naruto.

'Pasangan yang serasi? Dia pasti bercanda!' Batin Hinata.

Keduanya berbalik menghadap kedepan, yang sebelumnya saling tatap dengan pandangan mengejek.

.

.

.

Akhirnya jam pelajaran terakhir selesai juga. Naruto segera melangkahkan kakinya keluar dari area sekolah. Seperti biasa, Naruto selalu keluar dari sekolah paling akhir karena dia harus pergi ke perpustakaan. Dia selalu pergi ke perpustakaan untuk membaca atau mengerjakan tugas-tugasnya. Tanpa ia sadari ternyata ada yang belum pulang juga.

Saat Naruto berjalan di koridor, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Naruto menggerutu sebal. Kalau tahu akan turun hujan dia pasti akan pulang lebih awal atau dia membawa payung, tapi nasi telah menjadi bubur, Naruto hanya bisa berdiri memandangi air yang terus saja turun dari langit.

"Mau pulang bersamaku?" Naruto tersentak kaget saat mendengar suara tawaran itu. Suara yang amat ia kenal. Hinata.

"Mau pulang denganku tidak?" Tanya Hinata lagi.

"Tidak perlu." Jawab Naruto dingin.

"Sudahlah, ayo pulang denganku, rumah kita kan berdekatan." Kata Hinata. Lebih tepatnya memaksa Naruto. Dia menarik tangan Naruto agar berdiri di sebelahnya. Mereka pun segera berjalan menembus derasnya hujan.

Naruto hanya diam, begitu juga dengan Hinata. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Naruto bingung dengan sikap Hinata yang sepertinya berubah. Atau hanya perasaannya saja?

Tiba-tiba angin bertiup kencang, payung yang di pegang Hinata hampir saja ikut terbang, jika saja Naruto tak memeganginya. Kini tangan mereka berdua bersentuhan. Bagaimana tidak bersentuhan? Tangan Naruto menggenggam tangan Hinata yang sedang membawa payung.

Jantung Naruto berdetak jauh lebih cepat dari sebelumnya. Dia bingung kenapa dia merasakan hal yang aneh seperti itu. Naruto ingin mengabaikannya tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Mungkinkah dia menyukai Hinata? Naruto segera menggeleng cepat, untung saja Hinata tak menyadari hal itu.

Naruto hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia benar-benar lupa kalau dia masih menggenggam tangan Hinata. Hingga akhirnya suara lembut Hinata menyadarkan lamunan Naruto.

"Naruto, kita sudah sampai." Terdengar suara lembut Hinata.

"Ah, eh? Kita sudah sampai ya? Kalau begitu aku pulang dulu ya, terimakasih."

"Sama-sama." Balas Hinata lembut, dia tersenyum hangat pada Naruto. Senyuman itu membuat Naruto berdebar-debar lagi. Di pipinya terlihat rona merah tipis, sayangnya Hinata tak menyadari hal itu.

Naruto POV

Aku segera melangkah masuk kedalam rumah. Aku berlari kekamar, lalu mengunci pintu kamarku begitu aku masuk.

Bingung

Itulah yang aku rasakan sekarang. Bingung karena sikap Hinata yang berubah drastis. Tadi pagi dia tampak kesal dan marah, tapi kenapa dia jadi baik? Apa dia itu punya kepribadian ganda?

Lucu sekali kalau dia memang punya kepribadian ganda. Di pagi hari dia adalah seorang gadis pemarah dan menyebalkan, di sore hari dia menjadi gadis baik hati dan lembut. Benar-benar bertolak belakang sekali.

Apa besok dia akan berubah menjadi gadis pemarah dan menyebalkan lagi?

Eh? Tunggu, kenapa aku jadi memikirkannya? Akkhh... Gara-gara dia, pikiranku jadi kacau!

.

.

.

Sudah 3 hari Hinata tak masuk sekolah, kenapa dia? Apa dia sakit?

Aku menguping pembicaraan Sakura-chan dan Ino tadi, kata mereka Hinata sakit. Apa benar dia sakit?

Rasanya 3 hari ini aku jadi kesepian, tanpa Hinata hari-hariku terasa membosankan. Kalau ada dia, pasti suasananya tidak seperti sekarang.

Sepi

Kalau ada dia pasti sekarang kami akan bertengkar karena suatu hal, lalu aku akan mendengar celotehan tak jelas Hinata.

Dia memang cerewet, tapi aku suka sifat itu.

Setiap pagi dia pasti menanyakan apa aku sudah mengerjakan tugas atau belum, atau apa aku sudah belajar. Dia benar-benar perhatian padaku, atau memang dia selalu perhatian pada setiap orang. Aku tak tahu soal itu. Tapi yang terpenting aku suka saat ia mengkhawatirkanku dan peduli padaku seperti itu.

.

.

.

Menyebalkan sekali hari ini, saat aku akan pulang hujan deras malah turun. Apalagi aku tak bawa payung! Menyebalkan, padahal aku saat ini kelaparan dan ingin segera makan, tapi aku malah terjebak di sekolah saat hujan deras.

Kalau ada Hinata disini, pasti aku bisa pulang bersamanya, tapi dia kan tidak masuk sekolah.

"Naruto!" Aku mendengar suara seseorang memanggil namaku. Suara yang aku kenal.

Aku terbelalak kaget melihat orang yang memanggilku tadi,

"Hinata?"

.

.

.

To Be Continued...

.

.

.

A/N:

Konnichiwa Minna! NaNadia kembali dengan FanFiction lain. Semoga FanFiction saya kali ini jauh lebih baik daripada sebelumnya. Gomen untuk sifat Naruto dan Hinata yang sangat OOC, tapi jangan khawatir, di chapter selanjutnya, kadar ke-OOC-annya akan sedikit berkurang.

NaNadia tidak menerima flame tentang ke-OOC-an Naruto&Hinata, karena di kotak warning sudah di peringatkan.

Akhir kata, saya sangat-sangat berharap ada yang mau mereview FanFiction ini. Karena, review dari para reader adalah penyemangat bagi saya untuk meneruskan FanFiction ini. Yosh! Saya rasa A/N ini sudah cukup panjang, jadi sampai jumpa di chapter berikutnya, jaa~!