Disclaimer : All characters in Naruto © Masashi Kishimoto-Sensei
Chierry Violet (Author Baka)
Proudly Present
.
Under The Same Sky
.
Don't Like Don't Read!
Maaf, saya belum siap menerima Flame, karena saya masih dalam masa perkembangan, akan tetapi saya membutuhkan saran.
Rate : T
Warning : Maybe OOC*tapi untuk yang ini saya akan terus berusaha agar tidak membuat OOC para karakter, dan tentu saja membutuhkan bantuan teman, serta senpai sekalian*, EYD tidak sesuai, Typo's ,Tidak jelas,tidak masuk akal, kurang menarik, atau SANGAT Jelek, harap maklum, dikarenakan saya masih author baru diffn, masih perlu banyak belajar dan masih banyak lagi.
Happy Reading!
.
Langkah kaki jenjangnya melangkah pelan menyusuri jalan jalan trotoar yang cukup ramai kala itu, sepertinya itu benar benar hari yang cukup padat, untuk memulai awal baru. Secerca senyuman tersungging di bibirnya, sangat manis, yah senyumannya kala itu memang amatlah manis. Wajar saja, siapa yang tidak bahagia jika memasuki sekolah ternama, terkenal dan ia impi-impikan sejak masih kecil dulu? Dan sekolah yang ia dan sahabatnya inginkan.
Tas yang ia gunakan, ia gantungkan di bahu kirinya, di lengan kanannya melingkar sebuah jam pink, warna kesukaannya, dan favoritnya, langkahnya terhenti saat memasuki gerbang "Ichigo International High School", seragam kemeja putih yang dikenakan, dengan rok berwarna biru muda kotak kotak 15 cm diatas lutut, dan jas biru muda yang dikenakannya, sungguh terlihat pantas ia kenakan. Rambut panjangnya sengaja ia gerai, menambah kesan manis diwajahnya. Apalagi ditambah bando merah. Dengan begitu, siapa yang tidak menyukainya?.
Perlahan ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah yang terbuka sangat lebar, ramai, cukup ramai murid baru dan para senpai serta sensei berlalu lalang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, ditengah keramaian, senyuman manis kembali tersungging di bibir kecilnya, ia melambaikan tangan ke arah gadis yang ia kenali, bukan sekedar kenal saja, gadis yang lebih tinggi 10 cm darinya itu, memang sahabatnya sejak di SMP. Wajar saja, bila kini ia berjalan menghampirinya.
"Hoy Ino-chan!" dengan cerianya ia mempercepat langkahnya ke arah gadis bernama lengkap Yamanaka Ino yang kini telah menantinya di dekat lapangan sekolah itu.
"Hoy Saku-chan!..."Ino dengan anggunnya menampakkan senyum kecilnya pada sahabat sebayanya. Kemudian perlahan berjalan menghampirinya.
"Ayo kita masuk ke Aula bersama..." Sakura menarik tangan Ino, menuntun Ino mempercepat langkahnya. Hari itu Sakura cukup bersemangat, sama seperti hari hari biasanya atau mungkin lebih tepatnya, hari ini adalah hari yang paling membuatnya bersemangat. Tentu saja, itu hanya bagi Sakura saja.
.
Beruntung. Sangat beruntung lebih tepatnya. Mereka dapat sekelas bersama. Setelah menghadiri Upacara Penerimaan Murid Baru yang amat membosankan bagi Ino, namun sangat menyenangkan bagi Sakura. Bayangkan saja, acara itu dimulai sejak pukul delapan pagi, dan baru selesai saat jam ditangannya menunjukkan pukul dua tepat. Ck! Bagi Ino duduk di kursi selama enam jam tanpa berbuat apa apa dan hanya mendengar pidato atau bertepuk tangan sebentar, itu sangatlah melelahkan dan membosankan tentunya. Namun berbeda bagi Sakura, gadis itu, terlihat begitu menikmatinya. Ino hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu.
Kini mereka tengah berada di dalam kelas yang akan mereka gunakan untuk menuntut ilmu selama setahun sebelum akhirnya melaju ke kelas sebelas. Ino memutuskan untuk duduk dikursi kedua dari depan, berada di ujung, dekat jendela yang pemandangannya langsung menuju lapangan basket, sementara Sakura memilih duduk tepat dibelakang kursi ino, sama sama dapat melihat langsung lapangan basket Outdoor yang terkenal sangat besar itu. Maklumlah, ini sekolah favorit. Setiap orang menginginkan masuk ke sekolah ini tentu karena sesuatu kan? Dan fasilitaslah salah satu penyebabnya.
Setelah memilih bangku yang tepat yang akan di dudukinya, masuklah seorang guru dengan maskernya. Pria itu langsung duduk di meja guru, dan menatap satu persatu siswanya. Kemudian pria bermasker itu memperkenalkan dirinya.
"Kalian boleh memanggilku kakashi-sensei. Mungkin kalian bingung, mengapa aku memakai masker, masker ini berguna untuk mencegah penularan penyakit. Yah, kupikir kalian sudah bisa menebak saya guru mata pelajaran apa." Sebuah senyuman tersungging di balik wajahnya yang tersembunyi oleh masker, meski tak terlihat, banyak siswa yang mengetahui kalau senseinya itu tengah tersenyum, terlihat dari matanya.
"Nah, untuk sekarang sekian dulu perkenalannya, kalian boleh pulang atau berkenalan dengan senpai kalian yang sepertinya sudah membuka pendaftaran anggota organisasi baru. " Setelah itu, guru bermasker itu melangkah keluar kelas. Tanpa banyak berbicara.
00o00
"Of Course… Hmm, ok… I know, I know"
Hinata Hyuuga, Siswa berdarah jepang, yang tinggal di Washington DC beberapa tahun, dan kini akan kembali ke tanah airnya, tempat kelahirannya, negeri matahari terbit, Jepang.
Terik mentari membangunkannya, yang kini tinggal sendiri di apartement nya, ia memang tinggal sendiri di Jepang. Atas kemauannya sendiri tentunya. Hari pertama sekolah, ia putuskan absen, karena ia baru saja tiba, hari ini seharusnya adalah hari kedua sekolah, namun ini merupakan hari pertamanya, karena tak masuk dihari pertama.
Hinata berjalan dengan anggun memasuki gerbang sekolahnya. Seulas senyuman terukir di bibir indahnya. Akan tetapi, ada satu masalah yang ia harus atasi. Dimana kelasnya?
Gadis Hyuuga itu terus berjalan dengan percaya dirinya, hingga menemukan lima orang siswa yang sedang bersantai di halaman sekolah. Yah, mungkin karena belum saatnya belajar, ini juga masih jam 7.30.
"Excuse me,"
Ujarnya dalam bahasa inggris, dengan cukup fasih. Karena tak ada yang menjawab, kembali ia bertanya dalam bahasa jepang.
"Su-sumimasen, Senpai"
Kali ini salah satu dari mereka menanggapinya.
"Hm, nani?"
Sebuah senyuman terukir diwajahnya, rupanya ia masih cukup fasih berbahasa jepang, dan orang ini mengerti.
"E-etto, kelas 10.A dimana senpai?"
Ujarnya lagi dengan penuh harapan.
"Baiklah, Kelas 10.A, hmm… kamu ikuti perintahku ya… kamu terus saja di lorong ini, kalau kamu menemukan tangga, kamu naik ke tangga itu, terus kearah kiri, terus ke kanan, di situ ada tangga lagi, nah kamu bakal lihat di depan tangga itu ada papan kelasmu…"
Senpai berambut kuning jabrik, beriris aquamarine itu menjelaskan cukup serius, begitu pula Hinata, begitu serius mendengarnya. Sementara yang lain seperti terlihat menahan tawanya, ada apa sebenarnya?
Hinata pun meninggalkan mereka, melangkahkan kakinya dengan semangat, helaian keungu unguannya yang tergerai panjang, seolah melambai tertiup angin.
"Tega kamu Naruto, ini hari pertamanya sekolah, kamu malah kerjain tuh siswa baru…"
"Hihi, biarin aja, sebagai hadiah gak masuk hari pertama…"
"Kalo dia balik kesini ngehajar kita, gimana Naruto…"
"Tenang aja, kita kabur…"
"Pengecut…"
"Diam kamu Sasuke… Biarpun kamu ketua osis, ga segitunya juga"
"Membosankan… gua ngantuk!"
Sementara itu, in the other place.
"Ok, turn left, turn right, and then upstairs, Gotcha, I got it!"
"Sumimas─ UWAAAAAA!"
Hinata membuka pintu kelas 10.A yang ternyata begitu kotor, penuh bangkai kodok, tikus, yah, kurang lebih seperti gudang. Rupanya itu adalah ruangan bekas 10.A yang kini dipakai sebagai gudang bekas percobaan biologi.
Tap…
Tap…
Tap…
Gadis itu setengah berlari, kini ia dipenuhi jiwa amarah. Ia ingin membalas perlakuan kakak kelasnya yang tidak sopan padanya.
Melihat gadis yang tadi dikerjainya mendekat kearahnya, Naruto ─Orang yang tadi mengerjai Hinata, langsung bersembunyi di belakang Sasuke ─ketua osis di SMA itu, bermaksud melindungi dirinya tanpa memberitahu temannya. Membuat Gaara, Sai, dan Shikamaru, kebingungan melihatnya.
BUGH…
BUGH…
BUGH…
Satu persatu teman temannya terjatuh akibat pukulan keras Hinata, Rupanya gadis yang dikiranya sangat cantik dan polos itu memiliki kekuatan memukul cukup kuat. Naruto sedikit bergidik. Melihat ketiga rekannya terkapar karena tak sempat melawan.
Tangan Hinata baru saja akan memukul Sasuke yang berada di depan Naruto, sementara Naruto meminta maaf dengan bahasa isyarat sembari menunjuk lengan Sasuke yang terdapat pita merah berlambangkan Ketua Osis. Namun Hinata sudah gelap mata. Ia cukup marah. Ia benci kodok! Dan kakak kelasnya ini mengerjainya dengan menunjukkannya kelas yang dipenuhi Kodok makhluk paling menjijikkan─menurut Hinata.
"Apa?" Sasuke menatap Hinata dengan pandangan dingin dan menusuk. "Aku tidak mengerjaimu seperti orang bodoh dibelakangku. Kalau kau melukaiku, kau akan menanggung akibatnya." Hinata sedikit meneguk ludahnya. Ketua osis yang menyeramkan. Itulah kesan pertamanya.
Hinata langsung mendorong Sasuke dan memukul Naruto habis habisan hingga terdengar beberapa kali teriakan meminta maaf dan ampun dari Naruto namun Hinata tidak memperdulikannya.
"Ada apa ini, Sasuke?" Suara menginterupsi dari belakang Hinata, membuatnya menghentikan aksinya. Ia menatap seorang guru dengan rambut pirang dengan wajah cantik menghampirinya.
"Maafkan saya sensei tidak mampu menghentikan pertikaian ini. Saya ingin agar rekan saya mendapat balasan atas perilaku tidak sopannya pada seorang siswa baru" Sasuke menunduk santai pada guru itu. Membuat sang guru atau lebih tepatnya kepala sekolah bernama Tsunade itu tersenyum.
"Oh, kau murid baru? Mari ikut aku." Bukannya dimarahi, Hinata justru disambut senyuman oleh wanita bernama Tsunade itu. Dan akhirnya Hinata mengangguk menurut saja, sepertinya orang itu baik dan akan menunjukkan jalan sebenarnya menuju kelasnya.
Ino telah ada dikelas sejam yang lalu. Sementara menunggu sahabatnya, Ino mengutak atik gadgetnya sebentar. Kemudian ia mengalihkan matanya sebentar sebentar kearah pintu. Ia menghela nafas. Ck, kenapa sahabatnya itu lama sekali datangnya. Padahal ia sudah bosan. Tak memiliki teman untuk bercerita. Apalagi ia rindu dengan kekasihnya,─yang ia pikir bersekolah di sekolah ini, namun sejak kemarin ia tak pernah melihatnya. Ino khawatir. Apa alasannya berjuang masuk di sekolah ini akan sia sia? Mengingat tujuannya masuk ke sekolah ini adalah untuk menyusul kekasihnya yang dikabarkan melanjutkan ke sekolah ini, dan sudah menginjak kelas sebelas.
Beberapa menit kemudian, yang dicari datang, dengan senyuman yang terus terpatri di wajahnya, dan rambut pink yang dibiarkan tergerai seperti biasa dengan bando namun kali ini bando berwarna ungu. Gadis itu ─Sakura langsung duduk di kursinya.
Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi. Seiring dengan masuknya Tsunade-Sensei, kepala sekolah dengan model rambut pirang dikuncir dua kedepan. Tentu saja para siswa mengenalinya mengingat kemarin kepala sekolah cantik itu juga membawakan pidato di Aula. Akan tetapi, ada apa kepala sekolahnya memasuki kelas 10-A yang terkenal sebagai kelas terfavorit itu?
Jawabannya terlihat ketika seorang gadis dengan surai indigo memasuki kelas dengan menundukkan kepalanya. Menyembunyikan sepasang manik amethyst disana.
"Dia murid baru,dari Washington DC. Silahkan perkenalkan dirimu" Ujar Tsunade-sensei singkat. Lalu tersenyum.
Gadis itu lalu mengangguk dan menuliskan namanya di papan tulis. Hinata Hyuuga. Nama yang indah. Kemudian ia ber-ojigi, "Hinata Hyuuga desu, yoroshiku." Ia tersenyum sejenak. Sangat manis hingga membuat hampir seluruh siswa lelaki ikut tersenyum terpana.
"Silahkan duduk di kursi yang masih kosong di kursi kedua itu, Hyuuga-san." Tsunade-sensei menginstruksikan Hinata untuk duduk di samping Ino, mengingat kursi itu masih terlihat kosong. Dengan segera Hinata mengangguk lalu duduk dikursi yang telah diperintahkan oleh kepala sekolah yang masih terlihat sangat muda itu.
"Baiklah, silahkan menunggu sensei kalian." Tsunade-sensei langsung melangkah keluar setelah mengatakan kalimat itu.
Karena guru yang akan mengajar belum datang, Ino langsung menatap gadis disampingnya yang tengah tertunduk malu. Ataukah sedang gugup?
"Hei, bagaimana kesan pertamamu di sekolah ini?" Ujar Ino sembari tersenyum penuh kengin tahuan, yah sekedar menghilangkan bosannya juga kan?
"Hm, se-sedikit buruk." Ujarnya sedikit terbata. Mungkin karena belum terlalu fasih berbahasa jepang, pikir Ino.
"Kenapa bisa begitu?" Kembali Ino bertanya.
"A-ano, karena…" Hinata diam, ia tak ingin mengingat peristiwa memalukannya tadi. Salahkan kakak kelasnya yang usil itu. Ia akan mengingat kakak kelasnya itu dan memberinya pelajaran tambahan. Ia belum puas karena terlanjur cukup kesal dengan kakak kelas berambut Spike itu.
Ino menuju ke kantin sendirian. Salahkan Sakura yang tak ingin menemaninya. Yah, gadis itu terlalu sibuk dengan organisasi yang akan dimasukinya, Sastra Club. Sakura sibuk berkutat dengan 'purple' nama yang diberikan Sakura untuk sebuah notebook berwarna ungu miliknya. Ino menghela nafas, sembari berjalan cepat menuju kantin yang jaraknya begitu jauh dari kelasnya. Sedikit pikiran mengenai Sahabat sejak SD nya itu. Yah, sahabatnya itu sangat aneh, bahkan memberi nama sebuah notebook, dan pekerjaannya saat istirahat adalah menulis puisi atau kata kata bijak atau cerpen.
Begitu sibuk dengan pikirannya mengenai Sakura, Ino tak sengaja menabrak seseorang saat perjalanan menuju kantin.
BRUK
Ino segera mengangkat wajahnya menengadah untuk meminta maaf, pada orang yang tak sengaja ditabraknya. Namun diurungkannya, setelah melihat wajah pria itu.
Rambut klimis dengan kulit putih pucat. Itu adalah…
"Sai?"
TBC
.
Author Baka's Story :
Hehehe, ini fanfic pertama saya :D yang saya publish, fanfic ini sudah ada sejak kelas 8 dan idenya itu berasal dari kerjasama otak (?) dengan beberapa sahabatku XD
dan fic ini belum selesai, karena waktu itu saya males lanjutin, dan semoga setelah dipublish gak males lagi#dor
oh iya, salam kenal senpai semuanya, saya newbie banget di , saya gak punya pengalaman masih banyak kesalahan T.T makanya saya butuh arahan senpai, untuk menyalurkan hobi saya ini.
Oh iya, untuk sahabatku, kamu masih ingat gak fanfic ini? fanfic ini kulanjut untuk kalian loh! supaya kalian gak menjauh dari aku seperti sekarang karena udah beda kelas T.T inget pas kita kelas 8, kita deket banget! bisa gak kita kayak dulu lagi?
Eh? kayaknya kebanyakan ngomong deh, yaudah terakhir untuk reader dan senpai senpai sekalian, mind to repiu?
