Halo... saya masih baru, nih! Klo di kaskus, masih rada2 nubie gitu................ karena itu, saya ga minta macem2, cuma minta buat mengerti akan fic gaje ini!!! please!

Oh ya, dan satu lagi,, maaf ya kalo bahasanya terlalu kekanak2an!! gak serius sama sekali!! Saya emang masih ragu buat bikin fic tentang permasalahan pelik dan dewasa halah! tapi bagus nggak??? ngarep

Do You Love Me?

"Hai," sapa Kiba kecut.

Hinata hanya diam mematung. Memandangi jus alpukat yang mulai tidak terasa dingin lagi karena belum diminum juga.

"Gak enak deh kamu cemberut terus. Sejak..." Kiba akan meneruskan kalimatnya, tapi ia tahan karena merasa tidak enak... pada diri sendiri (yaaah, kirain!).

"Eh, kamu," Hinata menengok sebentar.

Kiba merasa sepi. Ia merasa kurang diperhatikan akhir-akhir ini oleh sahabatnya itu. Dikacangin, gitu loh. Siapa enak dikacangin? Gak ada yang suka. Ia terus menatap gadis anggun (haha, bagi Kiba sendiri, lho!) di depannya yang sedang melamun. Dipandangin gitu bikin Hinata kebingungan.

"Kenapa? Sakit?" tanya Hinata sambil meraba kening Kiba. Sumpah, Kiba langsung blushing! Pipinya merah padam banget! Padahal, cuma dipegang ini. Kiba melepaskan pegangan tangan Hinata dari keningnya.

"Nggak, kok. Oh ya, Kamu di kelas, sebangku dengan siapa?" tanya Kiba dengan harapan semoga-bukan-Naruto.

Jelas saja, Kiba tahu kalau Hinata jatuh cinta berat dengan Naruto. Cowok dengan nilai lumayan di bawahnya itu. Dan itu bikin Kiba sedikit jaga jarak dengan Hinata. Itulah mengapa sikapnya agak aneh belakangan ini.

"Naruto," bisik Hinata sambil makin menelungkupkan kepalanya di meja. Bisa ditebak anak itu malu sekaligus seneng Malu tapi mau gitu, deh...

"Oh..." Kiba tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

"Sudah ya, aku mau kembali ke kelasku. Kelas 7-a akan segera dimulai. Daah..." Hinata mengangkat kepala, beranjak pergi sambil melambaikan tangan pada Kiba.

"Dah," Kiba masih membeku di tempat.

Jus alpukat itu sedikit pun belum disentuh Hinata. Mungkin ia lupa. Makanya, sekarang Kiba meminumnya (chaaschan: huweeee.... pencuri minuman!;kiba: diam kau!). Emang apa kurangnya dia dari Naruto, ya? Kalah dalam menaklukkan hati Hinata. Hhh......

Hinata's POV

Aku pikir aku bisa mendapatkan hati Naruto. Kan, Sakura sudah pacaran dengan Sasuke. Tapi, Naruto kelihatannya begitu mencintai Sakura. Kalau aku hanya sebagai teman dekatnya, berarti aku...

Kiba's POV

Aku pikir aku bisa mendapatkan hati Hinata. Kan, Naruto mencintai Sakura. Tapi, Hinata kelihatannya begitu mencintai Naruto. Kalau aku hanya sebagai teman dekatnya, berarti aku...

Normal POV

TENG... TENG...

Benar saja, bel pertanda istirahat selesai sudah berbunyi. Hinata langsung ngibrit ke kamar mandi, eh salah, kelas karena takut ketahuan Jiraiya-sensei, guru Matematika yang super menyebalkan, karena masih kelayapan di saat bel berbunyi.

"Oke, keluarkan buku Matematika kalian... Ya... Dan setelah itu... X sama dengan... Jadi, Y adalah..." dan seterusnya... dan seterusnya... sekelas bisa ngantuk dengerin penjelasan Jiraiya-sensei yang super bejubel. Hinata jadi tambah mengantuk... Hhhrrrrhhhh......

Dalam beberapa menit, Hinata sudah tertidur... Tanpa menyadari sekelas noleh ke arah Hinata dan Naruto sementara Kiba makin terpuruk.

"Cieeee... Hinataaaa..." sekelas sibuk saut-sautan.

Mau tau kenapa? Soalnya, Hinata tertidur DI PUNDAK NARUTO! YA AMPUN! ROMANTIS BANGET GAK, SIIIH...??

"Hinata, bangun..." Naruto menyentakkan lengannya lembut, takut menyakiti Hinata (cieee...).

"Ah!" sentak Hinata kaget, dan langsung 100% sadar dari tidurnya, mukanya merah padam. Ia langsung menegakkan tubuh.

"Tadi kamu tertidur di pundakku... Kalau ngantuk, sana ke kamar mandi, cuci muka," beritahu Naruto.

"Oh, ya... Ah... Permisi, Sensei," Hinata langsung keluar kelas dengan muka merona. Hinata... Hinata...

"Hai," sapa Sakura sambil memukul meja Hinata, agar kehadirannya diketahui.

Hinata mengangkat wajah. "Ya. Ada apa?" tanyanya lembut.

"Ah, tidak. Oh iya, apa kamu menyukai Naruto?" tanya Sakura tanpa tendeng aling-aling sambil menajamkan kata 'Naruto'.

"Ti-tidak, kok... Kamu dengar dari siapa?" balas Hinata bertanya, dengan sedikit gugup karena ia berbohong.

"Ngng... Aku melihatnya, kelihatannya kamu jadi aneh setiap di dekat Naruto. Haha. Sabar, ya, atas sikapnya selama ini yang agak konyol! Sumpah, dia seribu kali lebih konyol daripada Hitler. Haha," Sakura terbahak.

"Ya, aku tahu," kata Hinata. Lelucon yang nggak konyol! Hitler, kan, nggak konyol sama sekali, kecuali kalau dimake up abis-abisan jadi PSK hotel bintang lima! Ups...! Wrong words...

"Sudah, ya, Hinata, aku mau ke kelasku dulu. Bye-bye..." Sakura beranjak dari kelas Hinata dan menuju ke kelas 7-b, sambil melambaikan tangan pada Hinata.

"Bye," Hinata balas melambai dengan hati hampa.

Sakura's POV

Aku tidak mengerti akan sikap aneh Hinata akhir-akhir ini. Mungkin tadi ia berbohong... Hmm, lagipula ada apa urusannya denganku? Tapi aku rasa, sikap Naruto juga berubah padaku. Hmm... ada apa, ya, sebenarnya?

Normal POV

Naruto memandangi pemandangan di depannya, tempat beberapa orang berkerumun dan ada yang bilang 'cieeee-cieeeee'. Ia mempercepat langkah dan menghampiri salah seorang temannya di situ.

"Hi guys, ada apa sih, sebenarnya?" tanya Naruto sambil berusaha melihat objek yang lagi dikerumunin orang-orang.

"Ah, enggak kok... Si Sasuke kasih hadiah ulang tahun jadian mereka buat Sakura... Haha, hal romantis kayak gitu doang, kok! Yuk, main bola lagi!"

"Eh... Mmm... Kayaknya buat sekarang nggak bisa dulu, deh, aku harus... Harus..." tolak Naruto sambil mikir-mikir alasan yang paling jitu.

"Ah, pokoknya harus! Dah, ah! Bye!" Naruto ngacir.

"Lho?!"

Naruto's POV

Argh... Sumpah aku cemburu beraaaaaat sama Sasuke... Ugggghhhh... Emang apa gantengnya, sih, dia? Sampe aku kalah dari dia... Tapi kan, dia bestfriend aku, gak mungkin aku temen makan temen...

Normal POV

And friends... Sekarang waktunya pulang, nih! Hinata bergegas mengemasi barang-barangnya yang semula tergeletak di meja: tempat pensil, buku diktat, dan soal-soal prediksi ulangan kenaikan kelas nanti, yang baru saja diberikan Orochimaru-sensei.

Haha, waktu pulang emang waktu yang paling ditunggu semua murid-murid buat lepas dari sekolah tercinta mereka. Jadi, bisa dibilang saat pulang adalah saat paling menyenangkan saat mereka ada di sekolah! Lho?! Aneh!

Maklumin aja, deh. Hinata mengangkat bangkunya, dan menaruhnya di atas meja, seperti semua murid lainnya. Ia nggak sadar Naruto belum selesai menaruh bangkunya sementara ia langsung pergi.

"Aduh!"

Ups, Naruto ketimpuk sama kursi Hinata yang jatuh lagi dari tempat semula. Untung Hinata sadar dan langsung berbalik kembali, hendak menolong Naruto yang lagi berusaha mati-matian membetulkan letak bangku Hinata ke arah semula.

"Ma-maaf, Naruto... A-aku tidak tahu..." kata Hinata terbata-bata sambil menggeser-geser bangkunya agar tidak jatuh lagi.

"Gak apa-apa, kok! Lain kali jangan gitu lagi," jawab Naruto yang kemudian memindahkan tangannya ke bawah bangku, akan menaikkan bangku itu ke tempat semula (dasar bangku menyusahkan! Lama amat benerin bangku doang!). Niatnya mau bantuin, dia nggak tau Hinata udah menopang bagian bawah bangku sehingga tangan mereka refleks berpegangan.

Gilaaaaaaaaaaaa......... Hinata makin blushing...! Hah, dari tadi Hinata blushing mulu, ya?

"Nah, selesai!" Naruto melepas pegangan tangannya pada bangku Hinata dan tangan pemiliknya. Mereka berdua bergegas pergi. Tentu aja... Hinata yang ngibrit duluan saking gugupnya

"Ino Rominique...!" panggil Sasuke dengan nafas terengah-engah.

"Ada apa, Tuan Cengeng? Haha!" sentak Ino beringas.

"Aku serius, Ino, sahabatmu, Sakura... Dia terpeleset di tangga yang masih basah dan pingsan...! Sekarang dia ada di ruang UKS... Hhh... Hhh... Dan kelihatannya dia akan dilarikan ke rumah sakit!" beritahu Sasuke dengan nafas yang masih terengah-engah.

"APA?!" Ino mungkin jungkir balik saking kagetnya. Dia nggak sadar langsung nyeret Sasuke ke ruang UKS sambil memegang tangannya. Ups...

"Aduh... Ino! Tanganku jangan kautarik-tarik begitu! Sakit, tau!" Sasuke melotot.

"APA?!" Ino jungkir balik. "Dih, baru nyadar aku. Najissssss deh... Ah... Dah, ah! Yuuuk...! Ih, Sasuke lama! Ayooooo... Cepetaaaaaan...!!!!"

Mereka berdua tidak sadar bahwa Hinata memerhatikan sejak tadi. Dan Naruto juga! Tapi, Hinata dan Naruto tidak saling lihat. Kalau iya... Hinata bisa blushing lagi!

Hinata's POV

Mereka... kelihatannya... Kalau misalkan Ino dengan Sasuke, berarti Sakura dengan Naruto... Aku benar-benar tak punya kesempatan mendapatkan hati Naruto... Tapi, apa yang tadi Sasuke bilang?! Sakura ada di ruang UKS?! Aku harus ke sana!

Naruto's POV

Mereka... kelihatannya... Kalau misalkan Ino dengan Sasuke, berarti aku masih punya kesempatan mendapatkan hati Sakura! Yesssss...! Tapi, kok aku merasa aneh gimana... gitu sama Hinata... Tapi, apa tadi?! Sakura masuk UKS! Gawaaaat...!

Normal POV

"Sakuraaaa...!" teriak Hinata dan Naruto bersamaan, menerobos pintu UKS yang setengah tertutup. Ino dan Sasuke langsung menoleh dan kebingungan mendapati dua perfect couple itu langsung main masuk aja kayak banteng ngamuk.

Tentu aja, begitu Naruto ngeliat Sasuke, ia langsung nahan diri biar gak langsung meluk Sakura atau gimana... gitu. Yah, pokoknya nggak boleh! Haha, Sakura, kan, pacar orang, ya...

Sementara Hinata, cuma bisa maklum melihat Naruto langsung salah tingkah. Dia tahu, Naruto pasti cemas banget begitu tau bahwa Sakura kepeleset dari tangga licin dan masuk UKS. Dan itu bikin dia cemburu berat...

"Sakura sudah tidak apa-apa, kok," kata Tsunade-senpai yang tiba-tiba muncul dari balik tirai yang memisahkan antara UKS dengan ruang penyimpanan barang-barang yang tidak digunakan lagi alias gudang (serem amat ya, UKS berbatasan dengan gudang?!).

"Ah, Tsunade-senpai, bikin kaget orang aja..." Ino terkikik. Tsunade-senpai tersenyum.

"Sakura, sudah bangun, Nak?" perhatian beliau kembali teralih pada Sakura yang terbaring di ranjang UKS, yang sudah mulai siuman.

"Ada apa ini? Kenapa pada ngumpul semua gini?" tanya Sakura bingung memandangi himpunan kecil manusia-manusia di depannya. Dia tersenyum melihat Sasuke yang tersenyum lega karena senang.

Perhatian Sakura teralih ke Sasuke dan sebaliknya. Nggak urung kalimat itu bikin Naruto dan Ino cemburu. Mereka hanya bisa menunduk.

"Nah, sekarang kalian boleh keluar. Sakura, kamu sudah boleh pulang seperti biasa! Nah, silahkan!" Tsunade-senpai mencairkan suasana kaku di ruangan itu. Ya, sekarang memang jam pulang. Dan mereka memang... pulang!

'Hinata..."

"Apa?" Hinata menoleh dan mendapati Kiba ada di belakangnya.

"Hari ini kita... pulang bareng, yuk!" ajak Kiba.

"Hmm... Baik! Rumahmu satu arah denganku, kan? Yuk...!" Hinata mengangguk, dan tersenyum.

Kiba mengangguk dan ikut tersenyum.

Hari ini cuaca sangat dingin. Hinata menggigil sambil mendekap bahunya. Angin terus bertiup...

"Dingin, ya? Ngng... Pakai... ini!" Kiba menyampirkan jaketnya di pundak Hinata. Cewek itu kontan terkejut mendapati jaket Kiba di pundaknya.

"Tapi... Nanti kamu pakai apa?" tanya Hinata khawatir.

"Nggak kenapa-napa, kok... Cuma jaket satu itu doang, kok! Nggak apa-apa lagi," Kiba menggeleng.

Tadi mengangguk, sekarang menggeleng. Haha, aneh Dan sekarang mereka sudah melangkah melintasi halaman depan sekolah mereka.

"Hinata, sebenarnya, aku ingin menanyakan satu hal padamu."

"Apa?"

"Si-siapa yang kau..."

Prukkk...! Tiba-tiba, selembar kertas jatuh menimpa hidung Hinata. Gadis itu segera membacanya, tanpa sadar Kiba masih ada di sampingnya.

"Sebuah coretan kecil."

"Bacalah."

Dan ia pun membacanya. Beberapa saat kemudian, matanya terbelalak menyadari isi coretan kecil itu.

To Be Continued

Hehe... Gak jelas banget ya, apa isi coretannya??

Emang sngaja dibuat kayak gitu biar penasaran :hammer:

Maaf ya klo nanti update-nya lama!!!!

Btw ReViu ya~~~!!!!!!!