...

Satu kali

Jimin tersenyum, pahit. Kedua telapak tangan terus bergerak menimbulkan suara 'plak plak plak' pelan, dengan pita suaranya yang berusaha mengeluarkan kata 'terima terima terima' berulang kali.

Entahlah, mungkin Jimin yang bodoh. Atau Jungkook yang bodoh. Atau Taehyung yang bodoh. Jimin tidak bisa menyimpulkan.

Dan akhirnya setelah 5 menit yang mendebarkan, satu anggukan disertai senyum malu-malu itu membuat perasaan Jimin hancur sempurna.

Taehyung menerima cinta Jungkook, dihadapan keempat temannya. Dihadapan Namjoon, Hoseok, Seokjin.. dan Jimin.

...


...

Bulan pertama, awal menjadi siswa Senior High School, Jimin benar-benar tidak punya teman. Menjadi seorang introvert yang sulit bersosialisasi adalah problem utama Jimin sejak pertama kali dia mengerti apa itu deskripsi sekolah.

Bulan kedua, Jimin mulai mempunyai teman. Walaupun hanya beberapa, setidaknya itu sudah membantu Jimin untuk menjadi tak terkucilkan di kelasnya.

Bulan ketiga, Jimin punya teman bermain dan belajar. Disaat ada tugas kelompok, dia tidak perlu cemas lagi karena kini selalu ada yang akan mengajaknya untuk bergabung di satu kelompok.

Bulan keempat, lebih dari teman. Jimin benar-benar mempunyai sahabat. Kim Namjoon, Kim Seokjin, Jung Hoseok, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook, sahabat Jimin disekolah dan juga luar sekolah. Mereka berenam berada di kelas yang sama. Otomatis, membuat hubungan mereka berenam semakin akrab dan dekat.

Bulan kelima, ada yang tidak biasa. Salah satu sahabatnya, Jeon Jungkook, mulai mendekati Jimin. Jimin tak tau apa yang menarik dari dirinya sendiri. Hingga Jungkook si tampan dan keren pemilik banyak bakat itu mendekatinya. Jimin menanggapi pendekatan yang dilakukan Jungkook, karena ternyata dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan Jungkook.

Bulan keenam, Jungkook semakin gencar mendekati Jimin. Dan Jimin yakin, tinggal menunggu waktu saja Jungkook akan segera mengungkapkan perasaannya.

Bulan ketujuh, di hari Sabtu itu Jungkook mengajak Jimin bertemu di sebuah cafe, tempat dimana mereka berenam sering sekali menghabiskan waktu bersama. Sialnya, saat pulang sekolah Jimin kehujanan dan menyebabkan dirinya demam tinggi malam itu. Membuatnya tak bisa menemui Jungkook, bahkan untuk mengabari Jungkook pun Jimin tak punya tenaga.

Dua hari kemudian, di hari Senin, Jimin merasakan sesuatu yang tidak biasa. Jungkook menjauh, sedikit menjauh darinya. Biasanya Jungkook akan mengusir Seokjin agar dirinya bisa duduk di samping Jimin. Tapi tidak hari ini. Jungkook masuk kelas seperti biasa, menyapa teman-temannya termasuk Jimin seperti biasa, lalu duduk di bangkunya sendiri, disamping Hoseok.

Bulan kedelapan, seperti de javu, Jungkook melakukan pendekatan. Persis seperti yang dia lakukan saat mendekati Jimin. Tapi kali ini... Jungkook mendekati Taehyung.

Bulan ke sembilan, hari itu mereka berenam berkumpul di cafe seperti biasa, dengan suasana yang tidak biasa. Jimin punya firasat buruk. Jungkook.. dia menyatakan perasaannya pada Taehyung.

Dengan anggukan dan senyum malu-malu, Taehyung menerima cinta Jungkook.

Dengan senyum bahagia, Jungkook memeluk lalu mencium bibir Taehyung.

Dengan senyum polos, Namjoon dan Hoseok semakin bertepuk tangan melihat dua sahabatnya kini mempunyai status baru.

Dengan senyum menyedihkan, Jimin ikut bersorak bersama Namjoon dan Hoseok.

Dengan senyum khawatir, Seokjin memandang Jimin dengan gesture 'Jimin-ah, apa kau baik-baik saja?'

Malamnya, Seokjin menginap di rumah Jimin. Ingin merasakan masakan eomma Jimin.. katanya. Tapi bukan, bukan itu alasan sebenarnya.

"Jimin-ah.."

"Hm?"

"Apa kau baik-baik saja? Jungkook dan Tae-"

"Gwenchana. Aku senang kalau Jungkook dan Taehyung menjadi sepasang kekasih. Mereka benar-benar serasi. Iya kan Seokjin-ah? Hubungan mereka pasti akan bertahan lama. Mereka saling mencintai, mereka pasti akan bahagia. Mereka past-" Jimin menangis, tanpa sempat menyelesaikan kalimatnya.

Dan Seokjin tau, yang Jimin butuhkan saat ini hanyalah satu. Menangis, mengeluarkan semua sakit hatinya dengan cara itu.

Bulan ke sepuluh, Jungkook dan Taehyung semakin dekat. Berada di kelas yang sama, duduk bersebelahan, saling suap ketika makan di kantin, bergandengan tangan saat pulang sekolah, selalu bersama-sama everytime and everywhere.

Membuat mereka terlihat sebagai sepasang kekasih yang setiap saat tampak bahagia. Selalu mengumbar kemesraan namun masih dalam batas wajar dihadapan semua orang, termasuk Namjoon, Hoseok, Seokjin.. dan Jimin.

Jungkook bersikap biasa saja, seolah dirinya tak pernah mendekati lalu menghancurkan perasaan Jimin. Taehyung bersikap biasa saja, seperti dia tidak pernah tau kalau Jungkook pernah mendekati setelah itu menjauhi Jimin. Jimin bersikap biasa saja, seakan Jungkook tidak pernah mendekati dan membuat dirinya jatuh cinta pada pemuda itu.

Bulan ke sebelas, ujian kenaikan kelas semakin dekat. Namjoon, Hoseok, Jimin, Seokjin, Jungkook dan Taehyung sering sekali belajar bersama. Tapi walaupun begitu mereka juga sering keluar, menghabiskan waktu bersama-sama.

Jimin masih bisa tersenyum walaupun dipaksakan, saat melihat Jungkook dan Taehyung bermesraan dihadapannya. Bahkan Jimin terkadang ikut Namjoon dan Hoseok menggodai Jungkook dan Taehyung, seperti..

"Appa Jungkook dan Eomma Taehyung, lalu siapa anak kalian?" - Hoseok

"Jungtae. Iyakan?" - Jungkook

"Um. JUNGkook dan TAEhyung. Bagaimana menurut kalian?" - Taehyung

"Bagus juga, walaupun terdengar sedikit kekanakan." – Namjoon

"Biar kutebak. Pasti anak kedua kalian namanya Kooktae."

Yang terakhir itu suara Jimin, lalu diikuti tawa dari keempat sahabatnya.

Seokjin? Maaf saja, ini bukan waktu yang tepat untuk ikut tertawa saat dia tau bagaimana perasaan Jimin.

Bulan ke dua belas, mereka berkumpul di rumah Jungkook untuk berpesta merayakan kenaikan kelas sekaligus awal dimulainya liburan.

Lima menit yang lalu Jungkook dan Taehyung pergi kedapur mengambil daging dan sayuran yang akan mereka pakai untuk pesta barbeque di halaman belakang.

"Jimin-ah, bisa tolong ambilkan piring? Aku lupa menyuruh Jungkook tadi."

Jimin mengangguk, lalu berjalan ke dapur. Setelah mendapat piring yang dimaksud Namjoon, Jimin berniat ke kamar mandi lebih dulu. Belum sampai di tempat tujuan, anak itu berbalik arah.

Tak perlu khawatir, Jimin bisa kok menunda kegiatan kamar mandinya. Tapi acara ciuman Jungkook dan Taehyung di dekat pintu kamar mandi tidak boleh terganggu hanya karena Jimin.

...


...

Bukannya Jimin tak sakit hati karena Jungkook, dan Taehyung. Hanya saja Jimin itu sadar diri.

Buat apa sakit hati?

Toh Jimin dan Jungkook tidak pernah terikat oleh suatu hubungan. Jangankan putus, jadian saja tak pernah. Dan Taehyung, dia pasti menerima Jungkook karena ternyata mereka sama-sama punya rasa.

Buat apa juga sih menghiraukan perasaan Jimin? anggap saja Jimin tidak pernah punya perasaan apa-apa pada Jungkook.

Salah Jimin sendiri. Kenapa waktu dia harus sakit dan tidak bisa menemui Jungkook?

Seandainya saja waktu itu Jimin datang, mungkin anak pertama Jungkook nanti bukan Jungtae.

Tapi... Jungmin..

.

.

.


YUI - Why?

01 Juni 2017