Disclaimer: Magi belong to Shinobu Ohtaka. I take nothing except pleasure from making this fic.
Note: alimor, au, multichapter. Request dari Cooliceprincess (maafkan terlalu lama menunggu! X"C ). Terima kasih dan selamat membaca!
Contre Temps
an Alimor fanfiction
[Mereka sedang berusaha melawan waktu]
1
.
Rasanya, Alibaba pernah melihatnya di suatu tempat.
Gadis itu memakai seragam musim panas seperti dirinya. Duduk di bangku kereta pagi yang sepi, dengan sebuah buku di pangkuan. Novel? Atau buku pelajaran? Yang mana pun itu, Alibaba tidak dapat melihatnya dengan jelas. Jadi difokuskan pandangannya pada rambut magenta sang gadis yang dikuncir samping, yang bergoyang pelan tiap kali kereta bergerak konstan.
Di mana Alibaba pernah melihatnya?
Pagi ini, gadis itu ada lagi.
Matanya lekat pada halaman-halaman yang dia buka dengan interval yang lama. Dia punya dunianya sendiri, Alibaba yakin. Karena tidak ada yang bisa menariknya keluar dari kesunyian pagi kereta saat berangkat ke sekolah.
Alibaba menemukan dirinya terpaku di tempat gadis itu menyendiri.
Stasiun tempat dia turun membuncah dalam hingar-bingar manusia. Dan sebelum menjejakkan kaki di peron, Alibaba menyempatkan melirik ke bangku tempat gadis itu masih duduk membaca.
Sekolah di mana dia?
"Hai, mm, boleh berdiri di sini?"
Tolol. Sungguh. Dia bukan bocah ingusan yang baru mengenal gadis. Tapi begitu memberanikan diri mendekat setelah mengamatinya hampir seminggu penuh, Alibaba mengutuk diri karena seluruh persiapannya buyar. Hanya karena mata gadis ini memerangkap dirinya dengan begitu cepatnya.
Gadis itu mengangguk saja, lalu kembali menekuni bukunya. Alibaba melihat dalam keremangan pagi yang ruam-ruamnya menyebar melalui jendela segi empat kereta ini. Novel, ternyata. Ada gambarnya. Sejenis buku anak-anakkah?
Dan percakapan pertamanya dengan gadis itu berakhir di sana.
Bola kaki yang dipantulkannya di tanah menggemakan suara di lapangan yang nyaris kosong, senja itu. Hanya dia dan seorang pria berambut kelabu yang terlalu seru meneguk minuman isotonik.
"Senpai tahu Roald Dahl?"
Gelengan malas menjawabnya, dan Sharrkan-senpai menghela napas setelahnya. "Kau ingin aku bertanya pada Yamu? Jangan sekarang, ya. Dia ngambek padaku kemarin."
Alibaba tertawa saja. Tawa ringan, tanpa arti. Berharap seandainya dia bisa mengajak gadis itu mengobrol lagi besok pagi.
"Wah, kau juga suka novel Roald Dahl?"
Alibaba menghilangkan gugup dengan berdeham sekali. Gadis cantik yang duduk di hadapannya ini mengangkat wajah dan menatap langsung ke matanya. Mencari kebohongankah? Karena, Alibaba yakin, dia sudah melatih pertanyaan tadi ratusan kali. Di depan kaca. Supaya kepura-puraannya soal mengetahui-buku-yang-kau-baca berjalan normal.
"Hm."
Eh. Hanya 'Hm'? bukannya setelah itu biasanya akan ada kalimat, 'Kau juga? Buku yang mana yang kau sukai?' Alibaba berpikir keras untuk menciptakan kalimat lain supaya mereka bisa terus mengobrol, sampai stasiunnya hampir terlewat.
Yang tidak Alibaba sadari adalah pandangan lekat gadis itu ke punggungnya saat dia berlari menembus keramaian.
Enam hari dalam seminggu, satu jam dalam sehari, Alibaba lewati untuk mengamati gadis berambut merah yang duduk menyendiri di kereta pagi.
Siapa namanya? Di mana Alibaba pernah melihatnya? Seperti apa suaranya? Kenapa—seandainya dia tahu ke mana pertanyaan ini diajukan—kenapa gadis ini terlalu mudah mendapatkan perhatiannya?
"Kali ini kau baca buku berbeda, ya?"
Alibaba melihat jam. 6.35. Saatnya kereta berhenti di stasiunnya. Tidak berharap lebih pertanyaannya dijawab. Boleh mendekat hingga berdiri di depan gadis ini saja sudah dia syukuri—
"Ya. Ini karangan Enid Blyton."
Kereta berhenti, begitu juga jantung Alibaba. Gadis ini menjawabnya! Gadis ini menjawabnya, Tuhan! Dan suaranya juga lembut sekali! Siapa itu Enid Blyton, dia tidak peduli! Alibaba hanya bisa terbengong di tempat sampai seseorang mendekat—merangkul pundaknya dan menyeretnya dari sana, turun dari kereta. Alibaba meronta.
"Sharrkan-senpai! Apa-apaan!"
"Kau itu yang apa-apaan, bodoh? Mau telat?"
Alibaba mengerut, cemberut. "Kau harusnya lihat dulu! Tadi aku sedang mengobrol dengan gadis cantik! Jangan seenaknya datang dan mengganggu, dong."
Sharrkan tertawa di antara bising pengumuman di stasiun. Ada sedikit nada ragu dalam gelaknya. "Mau membohongiku, ya? Tidak ada siapa-siapa di dekatmu tadi, sinting! Atau kau memang benar-benar tidak waras karena terlalu lama sendiri, ha?"
Ha?
Alibaba berhenti berjalan.
Stasiun masih ribut, Sharrkan-senpai masih berusaha mengatasi deru manusia untuk berkata mereka akan terlambat masuk sekolah. Bumi masih berputar, namun tidak dengan dunia Alibaba.
Dia menoleh ke belakang. Kereta yang dinaiki gadis cantik tadi sudah melaju menantang waktu.
.
tbc
