Fiction And Fact
Cast : Meanie And Other
Genre : Drama, Marriage Life, Romance
Rating : T
Disclamer : Ff ini murni dari ide saya
Length : Chaptered
Author : Mean97u
Prolog
"Persiapkan diri kalian! Presdir Kim akan datang sebentar lagi dengan Putranya yang akan menjadi Manager Baru kita!"
Tak lama kemudian, Seorang Pria berusia sekitar empat puluh lima tahun, Diikuti oleh Pemuda berusia awal dua puluhan memasuki Hallroom The Kim Co yang sudah disambut belasan Karyawan yang membungkuk hormat. Pria yang lebih dikenal sebagai Presdir di tempat itu mengambil tempat yang sudah di sediakan untuk sekedar basa-basi dan memperkenalkan putranya.
"Selamat pagi semua" sapa sang Presdir tegas sembari memperhatikan karyawan-karyawannya.
"Selamat pagi, sajangnim" jawab semua karyawannya dengan hormat.
"Begini, Karena saya selain sibuk dengan The Kim Co cabang Korea, saya juga sibuk dengan pembukaan cabang baru kita di luar. Dan karena tidak mungkin bagi saya jika tidak di bantu oleh seseorang untuk salah satu pihak. Maka dari itu, Saya memperkenalkan Manager The Kim Co cabang Seoul yang baru. Kim Mingyu, Atau Putra saya sendiri yang baru menyelesaikan kuliahnya" sang Presdir menepuk pundak Mingyu bangga dan Mingyu menyungginggkan senyuman.
"Saya Kim Mingyu, Dan mohon kerja samanya"
Dan mulai saat itu, Koridor maupun bilik kerja di The Kim Co selalu terdengar dengan bisikan kekaguman akan keindahan wajah Manager baru mereka.
Kim Mingyu memandangi ruangan yang akan ia gunakan untuk bekerja secara rinci. Melihat ruangan itu secara teliti. Seperti pas dengan seleranya, Ia beralih ke kaca besar yang menhadap langsung dengan keindahan Ibu Kota Korea Selatan tersebut. Staf dibelakangnya selalu mendampinginya dengan senyuman. Mata Mingyu menatap debu kecil yang hinggap di jendela itu.
"Apa-apaan ini?" Mingyu bersuara dengan tegas. Membuat seisi ruangan kaget.
"Ada apa, Tuan?" Tanya seorang pegawai perempuan.
"Apa Cleaning Service disini sudah membersihkan ruanganku?" Tanya Mingyu lagi.
"Sudah Tuan. Kemarin saat Sajangnim memberi tahu kami bahwa akan ada Manager Baru, Kami sudah menyuruh beberapa-"
"Kemarin? Sekarang?"
"Belum Tuan" Pegawai itu menunduk.
"Panggil dan suruh bersihkan lagi ruanganku. Di Jendela banyak debu dan aku tidak suka ada debu di Ruanganku setitikpun. Pastikan mereka betul-betul membersihkannya"
Mingyu berjalan keluar dari Ruangannya sembari memijit pelipisnya. Staf yang dari tadi mendampinginya pun hanya menggelengkan kepalanya.
"Kim Sajangnim saja tidak seperti itu"
"Berpikir positif mungkin Manager alergi debu"
Mingyu menyadari jika stafnya tak kunjung bergerak. Ia kembali masuk ke ruangannya.
"Kenapa kalian malah diam disini? Sana kembali bekerja" ujar Mingyu dingin.
Staf tadi menundukkan kepala sembari izin untuk keluar ruangan. Mingyu berjalan menuju Kamar mandi sambil menggerutu.
"Pantas saja kemajuan disini sedikit, semuanya malas bekerja"
"Kenapa kalian sedih begitu?" Tanya Presdir Kim pada Staf yang menemani Mingyu tadi.
"Tidak apa-apa sajangnim"
"Ah Mingyu ya? Aku Minta maaf ya, Kehidupannya dari kecil yang selalu ingin mendapatkan apapun hanya dengan perintahnya dan keras kepalanya itu memang tidak bisa hilang. Aku dan Ummanya kadang bingung menghadapi keras kepalanya bocah itu. Tapi jangan khawatir, dia bisa memimpin dengan baik"
"Tidak apa-apa sajangmim, Mungkin saja kami butuh penyesuaian"
"Jika anak itu terlalu keras, bilang saja kepadaku ya? Aku akan menasehatinya. Nah sekarang kembali lah bekerja"
"Baik Sajangnim, Saya permisi dulu"
Presdir Kim hanya menggeleng tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi putra semata wayangnya itu. Maksud ia menjadikan Mingyu sebagai Manager baru di sini adalah agar anaknya sedikit demi sedikit mau mendengarkan orang lain. Presdir Kim mengambil Handphonenya, lalu mendial nomor dan menempelkan benda tipis persegi panjang itu ke telinganya.
"Yeobo, Tampaknya Mingyu berulah lagi di hari pertama dia bekerja"
"..."
"Jangan memarahinya. pura-puralah jika kau tidak tahu nanti"
"..."
"Kita lihat beberapa bulan nanti. Jika tidak ada perubahan, Aku merestui keinginanmu untuk menjodohkan dia"
"..."
"Apa? Kau bahkan sudah berbicara dengan keluarganya?"
"..."
"Baiklah.. Aku menurut saja padamu.. Ah iya sebentar lagi meeting pertama untuk Mingyu, Aku akan meneleponmu lagi nanti. Dah Sayang, Buatkan aku Makan malam yang enak ya. Aku ingin Makan di rumah"
Tepat saat Presdir Kim memasukkan Handphonenya ke celana, Ia melihat Mingyu menghampirinya dengan wajah tertekuk.
"Ada apa?" Tanya Presdir Kim.
"Mereka payah, Tidak tahu cara membuat kopi yang pas dengan seleraku"
"Maka dari itu, Ajarkan mereka. Jangan memarahinya. Kau baru disini"
"Tapi Aku kan Manager mereka Appa"
"Kau pikir Manager itu hanya menyuruh? Sama saja secara langsung kau menjadikan mereka budak jika kau berpikiran seperti itu! Manager yang baik pasti juga mengajarkan, bukan hanya menyuruh anak buahnya yang bekerja sementara dia hanya memerintah"
"Appa, Aku atasan mereka tapi"
"Kau tidak ingat diatas Jabatan Manager ada posisi siapa? Belajarlah mengurangi egomu Mingyu, Kau bukan bocah yang bisa mendapatkan apa yang kau mau dengan sekali teriakan lagi"
Mingyu hanya menghela nafas berat.
"Iya ya Appa" Mingyu melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Sebentar lagi Meeting pertamamu. Jaga Sifatmu"
Wonwoo memasuki ruangan Direktur dengan tergesa-gesa. Hari ini Ia harus menandatangani sebuah surat untuk menerbitkan buku barunya. Di tangannya terdapat beberapa gambaran untuk sampul buku yang Ia desain sendiri.
"Jeon Wonwoo, Kau telat 5 Menit" ujar Seorang wanita yang merupakan sekretaris Direktur.
"Maaf, Di Lift tadi banyak orang"
Wonwoo mengikuti Wanita tadi membukakan pintu sebuah ruangan untuknya. Dimana didalam Ruangan tersebut terdapat beberapa orang yang akan mengerjakan Buku barunya.
"Sajangnim, Tuan Wonwoo sudah datang"
Dua orang Pria yang sedari tadi berbincang pun tersenyum, dan mempersilahkan Wonwoo duduk. Wonwoo menunduk tanda meminta maaf sudah datang terlambat, lalu duduk di salah satu sofa.
"Ah ya, Tuan Chwe, Dia Jeon Wonwoo, Penulis Novel Online yang berjudul 'Married With 'Monster' Man'. Dan Jeon Wonwoo, Dia Tuan Chwe, Sutradara" Wonwoo bersalaman dengan salah satu Pria Tadi.
"Jeon Wonwoo"
"Vernon Chwe"
"Ah iya, Tuan Chwe, untuk buku yang Wonwoo terbitkan, Ia selalu mengedit Sampulnya sendiri. Ia bilang jika ingin totalitas saat menghasilkan sebuah Karya"
"Ah itu Bagus Sekali!"
"Kau bawa sampul Desainmu sendiri Wonwoo?"
"Tentu sajangnim" Wonwoo menyodorkan 3 lembar kertas HVS yang semalam ia kerjakan. Ada 3 Gambar yang berbeda namun Ia rasa menggambarkan apa yang Ia tuang dalam bukunya. Direktur tadi memberikan sebuah gambar untuk di lihat oleh Vernon Chwe.
"Sebenarnya, Kemarin aku berjalan ke Toko Buku, Dan melihat Bukumu sebagai Best Seller, Aku membaca sinopsisnya dan memutuskan untuk ingin membuat Film dari Bukumu. Bagaimana, Tuan Wonwoo?" Tanya Vernon.
Wonwoo sedikit terdiam, Dia kaget. Tentu saja, Bahkan Ia ditawari sendiri Oleh Sutradara untuk memfilmkan bukunya.
"Kurasa mungkin penikmat film saat ini suka dengan Cerita yang Romantis namun tak jauh dari kehidupan sehari-sehari seperti bukumu yang berjudul If You Love Me. Buku itu kan menggambarkan seorang Pria dan Wanita yang tidak sadar jika keduanya jatuh cinta. Dan Satu sama lain bertingkah seakan mereka biasa saja, namun tetap peduli. Jika ini Film pertamamu, Aku rasa ini Bisa menjadi Gerbang yang bagus untukmu memasuki Dunia perfilman. Aku sudah menemukan Aktor yang cocok untuk filmmu ini. Bagaimana, Wonwoo?"
"T-tapi Aku sedang dalam ujian Akhir semester kuliahku. Tentu ini tidak mudah"
"Tidak Apa-apa. Kita hanya butuh persetujuanmu terlebih dahulu, Setelah itu kita Bahas setelah kau Selesai dengan kuliahmu. Bukankah Kuliah Itu penting, Direktur Choi?" Tanya Vernon pada sang Direktur.
"Dia Benar Wonwoo. Jarang ada Sutradara yang mau menemui penulis buku itu sendiri, Terlebih lagi langsung layar lebar. Kau bisa saja memperkenalkan bukumu yang lain dengan mudahnya nanti"
Wonwoo tampak berpikir. Ia menggigit kecil bibir bawahnya.
"Aku akan minta persetujuan Ibuku terlebih dahulu"
Wonwoo mendial beberapa Nomor yang sudah dia Hafal diluar kepala, Dan menempelkan ponselnya ke telinganya. Dia sedang berada di dalam Taksi menuju Rumah Ibunya yang hanya 20 menit dari Kantor Penerbitnya.
"Umma?"
"….."
"Umma di Rumah?"
"….."
"Aku akan Pulang membawa berita bagus Umma, Pastikan Umma tidak kemana-mana ya"
"….."
"Ada Tamu?"
"….."
"Ah Baiklah"
Wonwoo menutup sepihak Teleponnya, Ntah perasaannya berubah menjadi tidak enak setelah Ummanya memberi pesan jika di Rumahnya Ada seorang Tamu.
Taksi yang di Tumpangi Wonwoo berhenti di sebuah Tikungan. Setelah membayar sejumlah Argonya, Wonwoo berjalan menuju rumahnya yang hanya 3 menit dari dimana Dia Berhenti. Ia membuka pagar pelan-pelan dan berjalan Memasuki rumahnya itu.
"Umma, Aku Pulang" Wonwoo masuk dan melihat Ibunya mendapat Seorang Tamu Wanita yang seumuran dengan Ibunya.
"Ah… Jae ni-ya, Dia Putra yang kumaksud, Namanya Jeon Wonwoo. Manis kan?" tanpa member sapaan selamat datang sang Ibu malah menarik Tangan Wonwoo dan mendudukkan Wonwoo diantara Dia dan Tamu Ibunya.
"Wonwoo, Dia teman Umma dari Kecil dan baru kembali saat ikut Suaminya bekerja di Luar Negri, Jaeni. Ah ya kau tidak boleh memanggilnya Ahjumma karna Kau dulu kecil dia suka Menggendongmu" Firasat Wonwoo makin tidak enak.
"Jaeni, Dia Wonwoo, Dia Mahasiswa semester Akhir sekarang. Dan bekerja sambilan sebagai Penulis Buku" Wonwoo menjabat tangan Jaeni dengan ragu.
"Jeon Wonwoo, Ahjum-"
"Kau boleh memanggilku Umma sayang, Jaeni Umma.."
"Ne.. Jaeni Umma"
"Ah iya.. Kau bilang bawa berita bagus tadi, Berita apa?"
Wonwoo yang sedikit lupa karna firasat tidak enaknya lalu kembali teringat akan hal yang membuat Ia pulang dengan segera.
"Tadi sewaktu aku mengirimkan Desain Sampul buku yang Baru Umma, Ada seorang Sutradara yang menawarkan untuk memfilmkan Buku baruku Umma. Aku bilang aku sedang menjalani Ujian Semester Akhir, Namun Sutradaranya bilang, Tak Apa hanya butuh izin dan filmnya akan di bahas setelah Aku selesai kuliahku"
"Anakku pintar sekali"
"Pintar sekali Calon Menantuku" ujar Jaeni Sambil tersenyum cerah sekali.
Wonwoo kaget dengan apa yang di ucapkan Jaeni, Calon Menantu?
"Umma? Apa aku tidak salah dengar? Calon Menantu?"
"Ah iya… Calon Menantu"
"Dulu saat Anakku lahir, Ibumu lah yang mengajakku berbesan. Dan Aku mengiyakan saja karna kita berteman baik sejak kecil. Saat mengandung dirimu, Aku berharap ibumu mendapatkan putri yang sangat cantik dan putih, mengingat Anakku tidak berkulit putih seperti Papanya. Namun, Yang dilahirkan adalah kau. Dan karena kita sudah berjanji, Maka Kami akan tetap menjodohkan kalian"
Wonwoo merasa dunia berhenti berputar saat itu juga.
"Apa? Di Jodohkan?"
"Iyaa Wonwoo. Di Jodohkan, Kau mungkin Lupa dengan Umma karna semenjak kau berumur tiga tahun, Umma selalu berpindah-pindah karna urusan bisnis suami Umma. Dulu kau selalu bermain dengan Anak Umma dan Dia selalu melindungimu"
"Umma katakan ini hanya Mimpi"
"Sayangnya saat ini kau tersadar, Jeon Wonwoo…"
Tidak. Wonwoo merasa pusing
TBC
