Cast :
-Yesung as namja (Ppalgan : Pengguna kekuatan merah)
-Ryeowook as yeoja (Hayan : Pengguna kekuatan putih)
-Kyuhyun as namja (Pharan : Pengguna kekuatan biru)
-Sungmin as yeoja (masih dirahasiakan karna belum muncul)
-Anggota Suju lainnya
-Anggota SNSD
Genre : Romance/Fantasi/Drama
Disclaimer : Ye punya Wook, Wook punya ye, Ye dan Wook saling mempunyai. XD
Warning : Genderswitch, abal, typo, gaje dan menyesatkan. Tapi bergizi dan baik untuk pencernaan. *dilempar* Sebelum baca, disarankan (wajib) liat ava nya author supaya bisa ngebayangi tokoh2 fic. Tapi kusus chap ini bayangin Wookie rambutnya dikepang dua terus pake kacamata, belum secantik(?) di ava XD. R&R ^^ Don't like don't read!
.
Tiada hal yang tak berguna di dunia. Sedikit banyak, benar salah, besar dan kecil, semua memiliki andilnya masing-masing. Hanya bagaimana cara kita untuk menyikapi hidup. Hidup yang terkadang terasa berbelit dan menyesatkan. Kesendirian dalam keterbuangan yang begitu memilukan.
Seperti rumput liar yang selalu menyusahkan. Tiada guna.
.
Rumput Liar
"Pssstt... Hei Ryeowook! Berikan jawaban mu! Cepatt!" suara bisikan barusan membuat seorang gadis tak jauh di depan sana menoleh dengan takut-takut. Gadis mungil dengan kacamata tebalnya gelisah melihat ke kiri dan ke kanan, memastikan kalau tak seorang pun melihatnya akan memberikan contekan pada orang di belakang sana.
"Hei, apa yang kau lakukan? Cepat berikan!" bisik suara itu lagi dengan nada memerintah, sukses membuat Ryeowook tersentak dan dengan terpaksa memberikan lembar jawabannya takut-takut.
"Cepat berikan, bodoh!"
"Im Yoona! Kim Ryeowook! Cepat tinggalkan bangku kalian sekarang juga!" suara Adiludin Sonsaengnim barusan berhasil membuat kedua siswa yang tengah melakukan 'transaksi' itu terdiam. Urat-urat protes bermunculan di kening Yoona, sejenak ia mengerling ke arah Ryeowook dan melempar tatapan tak suka.
"Aku tidak salah sonsae! Ryeowook sendiri yag memberikan kertas jawabannya untukku,"
"Aku tak peduli! Cepat kalian keluar! Dan kau Ryeowook-sii, kumohon berhentilah memberikan jawaban pada teman-teman mu! Apa kau merasa sudah pintar?"
Ryeowook menunduk. Ini kesekian kalinya ia dikatai seperti ini oleh para guru. Padahal seperti yang telah kita baca, tak ada sedikitpun niat Ryeowook untuk menyombongkan diri kepada teman-temannya.
"Mianhae," ucapnya rendah ketika hendak berdiri keluar kelas, mengikuti Yoona yang tak pernah berhenti mengumpati kebodohannya di depan sana.
"Lebih baik kalian cabuti rumput liar di taman belakang sekolah!" tidak ada yang membantah, baik Ryeowook atau pun Yoona beranjak meninggalkan kelas.
"Heh! Kau itu benar-benar sial yah! Coba kalau kau berikan langsung kertas jawabanmu, aku tak akan disuruh keluar tau! Kau itu benar-benar rumput liar menyusahkan, Kim Ryeowook! PEMBAWA SIAL!" sembur Yoona tepat di depan wajah Ryeowook sebelum ia pergi. Meninggalkan Ryeowook yang mematung akibat kata-kata tajamnya barusan.
~0~(YeWook)~0~
"Arrgh.. Sudah hentikan! Kau ini benar-benar payah! Belum pernah ada ku lihat pangeran sebodoh diri mu!" lelaki tua itu menurunkan tangannya, menghentikan sebuah cahaya yang tadi berpendar di sekeliling mereka.
"Kau hanya pelatih disini, pak tua!" sahut yang satunya cuek, memutar kedua matanya bosan.
"Cih, dasar lelaki sombong! 'Adik'mu itu bahkan jauh lebih baik dari mu!"
"Kau tak punya hak mencampuri urusanku,"
"Ceh, benar-benar pangeran tidak bergu—AKH"
"Tutup mulutmu, brengsek!"
Seberkas sinar merah berbentuk tali mengikat leher lelaki tua itu, membuatnya bersusah payah bernafas. Sesuatu di lehernya terasa mengikatnya penuh dengan rasa panas. Tidak ada yang dapat dia lakukan untuk menolong dirinya saat ini. Ini memang salahnya yang sudah dengan lancang memaki orang yang notabene statusnya adalah seorang pangeran. Mata lelaki tua itu semakin sayu, meggantung harapan pada seseorang yang mungkin akan menolongnya.
Brakkk
"Hyung, apa yang kau lakukan?"
Bughh
Tubuh reyot lelaki tua itu jatuh begitu saja ke lantai setelah sang pangeran menghentikan pancaran cahaya merahnya. Matanya kini melihat ke arah seseorang yang sudah mengganggu kesenangannya. Ia alihkan pandangannya, menatap ke luar jendela tanpa ekspresi tertentu, mengacuhkan keberadaan orang yang menatapnya.
Si lelaki pengganggu mendesah lelah, ia tatap pelatih tua yang menatapinya penuh harap.
"Pergilah! Kemasi barangmu setelah ini dan angkat kaki dari Soraguene. Aku tak mau lagi Ppalgan memiliki pelatih yang tak bisa menjaga mulut sepertimu!" tudingnya tajam, membuat si lelaki tua itu mendengus dalam diam. Protespun percuma kalau seorang pangeran sudah menentukan keputusan.
"Cih, kukira pangeran Pharan akan lebih baik dan pantas menjadi raja Soraguene dibanding pangeran Ppalgan. Ternyata Ppalgan dan Pharan itu sama. Aku bahkan lupa kalau kalian lahir dari ibu yang sama..." sejenak ia gantungkan kalimatnya.
"Tentunya berbeda aya—"
Sreettzz
Sebuah cahaya biru kini mengelilingi lelaki tua itu. Tanpa babibu, kini tubuhnya sudah terpental jauh, keluar dari ruangan yang tak bisa dibilang sempit ini.
"Pelatih berengsek! Benar-benar tak tahu diri," umpat Pharan, lelaki dengan cahaya biru yang kini menatap seseorang yang sama sekali tak membuka mulut dari tadi.
"Hyung, kau tak apa kan?"
"Apa keadaanku begitu terlihat menyedihkan heh, Pharan jelek?" Pharan tersenyum sejenak. Hyung lain ayahnya itu selalu bisa menunjukkan ekspresi yang bukan bersumber dari apa yang hatinya rasakan.
"Sampai kapan kau seperti ini terus, Yesung hyung? Semua orang mengkhawatirkan mu,"
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Kyu. Apa kalian khawatir dengan calon pemimpin Soraguene seperti ku yang tak bisa berbuat apa-apa?" lelaki yang dipanggil dengan sebutan Yesung itu mengulas sebuah senyum miring, sebelum kembali ia lanjutkan kata-katanya.
"Bukankah aku memiliki adik seorang Pharan yang sangat hebat bernama Cho Kyuhyun? Dia itu calon raja yang hebat tau!" seulas senyum mengembang di wajah tampannya, membuat pangeran yang satunya hanya mendesah lelah. Hyung tirinya itu selalu seperti ini jika disangkut pautkan dengan kekuatan. Walau begitu, mau tak mau Pharan atau yang bisa disebut sebagai Cho Kyuhyun itu harus berbangga hati karena memiliki hyung yang tak pernah membenci kehadirannya.
"Terserah mu hyung. Oia, tadi Ibunda ratu memanggilmu. Katanya ada yang ingin dibicarakan," Yesung mengernyit heran, sesuatu yang aneh mengganjal pikirannya. Jika ibundanya sudah menyuruh adiknya untuk memanggilnya, itu berarti ada sesuatu yang sangat penting yang harus dibicarakan. Perasaannya tak enak. Pasti ini perihal tentang ujiannya yang lagi-lagi tak lulus. Mampus dia kali ini!
.
.
Ruangan lebar dengan arsitektur kuno itu terlihat begitu mengagumkan. Ukiran klasik dengan beberapa benda antik semakin menggambarkan kemegahan yang nyata dari tempat berkumpulnya beberapa manusia di sana. Dua manusia yang sedari tadi diam bak orang cacat yang tak bisa mengeluarkan suara. Dahi yang berkerut menandakan sesuatu tengah melanda pikiran mereka.
Kriiettt
Derit pintu yang tercipta mengalihkan pandangan mereka pada dua orang yang kini memasuki ruangan itu dengan anggun. Ppalgan dan Pharan. Yesung dan Kyuhyun.
"Apa umma memanggil ku?" ucap Yesung cuek setelah sebelumnya memberi salam pada umma dan appa tirinya. Malas memikirkan celotehan apa lagi yang akan disemburkan ummanya atas kegagalannya. Ditambah lagi baru saja ia membuat masalah terhadap pelatih tuanya, walau itu murni bukan kesalahannya.
"Tanpa umma jawab pun kau pasti tahu perihal apa yang membuat umma memanggil mu datang kemari 'kan, anakku?" Leetuk, umma Yesung tersenyum. Senyum yang terlihat menenangkan dan mematikan di waktu yang bersamaan.
Yesung mendengus lelah. Percuma memang berbasa-basi dengan umma kandung sendiri.
"Baiklah. Apa yang harus ku lakukan untuk mengganti kegagalanku?"
"Bukan hanya gagal, anakku. Kau juga telah membuat masalah dengan pelatih ke 499 mu," Yesung lagi-lagi mendengus kesal, memutar bola matanya bosan.
"Iya, aku tahu, umma! Terserah umma mau ngelakuin apa! Aku akan menurut,"
"Kau tak seharusnya bermain-main lagi, Ppalgan! Kau itu calon raja!" seseorang di samping kanan Leetuk membuka suara, menghancurkan ketenangan yang tadi terlukis di atas wajah tampannya. Sejenak Yesung mengalihkan pandangannya ke arah appa tirinya, memandangi pria itu dengan tatapan tak suka. Siwon, si namja bangsawan yang telah menghilangkan appanya dari jangkauan mereka untuk selamanya.
"Aku tahu. Maka itu cepat kalian katakan saja apa yang harus aku lakukan,"
Leetuk mendesah pelan, ia harus segera memecahkan suasana canggung ini.
"Kalian tahu? Saat ini Soraguene tengah dilanda masalah,"
"Lalu?" alis Yesung bertaut, memperhatikan penjelasan ibunda dengan seksama, begitu juga dengan adik tiri kesayangannya.
"Umma ingin kau pergi ke Sekai,"
Yesung berjengit protes. Ia terlalu kaget atas suruhan ibundanya yang sama sekali tak masuk dalam akal sehatnya. Sekai itu tempatnya manusia berkumpul. Dan Sora yang bertugas ke sana biasanya merupakan Sora dengan level tinggi. Bukan seperti nya yang sibuk dengan kegagalan di setiap ujian.
"Umma tahu kemampuanku seperti apa, kan?" tanyanya mencoba mencari alasan.
"Ppalgan adalah sumber kekuatan terbesar di Soraguene, Yesung. Dan itu semua ada di dalam dirimu,"
"Tapi umma—"
"Tidak ada tapi! Kali ini tugas mu harus berhasil! Karna ini mengancam kehidupan para Sora dan Soraguene,"
Yesung tediam. Pupus sudah segala harapannya untuk protes. Selain perintah ibunya yang mutlak dan tak dapat dibantah, alasan akan terancamnya kerajaan mereka membuat hatinya sedikit tergerak untuk mencoba.
"Arasseo,"
"Pergilah ke Sekai, Kyuhyun akan membantu mu kalau kau butuh bantuan. Umma percaya pada mu, Yesung. Temukanlah Hayan!"
~0~(YeWook)~0~
Srakk srak sarak
Satu persatu helaian rumput itu mulai terlepas dari kawanannya. Terangkat dari tanah yang didiaminya. Membebaskan sekuntum tanaman indah dari belenggu mencekam nyawa.
Tangan mungilnya terus bergerak sendiri, mencabuti beberapa rumput liar tanpa ada yang mau menemani. Kau bilang Yoona? Dia bahkan mengharamkan keberadaan yeoja rapuh nan mungil ini.
"Kenapa rumput liar seperti mu harus tumbuh?" suaranya membahana di taman luas itu, bertanya pada sekumpulan benda hidup yang tengah ia gumuli.
"Kau tahu? Kehadiran mu itu cuma membawa petaka bagi tanaman sekitar mu! Pada akhirnya kau yang akan tersingkirkan, bukan? Jadi untuk apa kau diciptakan?" tangannya bergerak semakin kasar. Matanya bergerak liar mencari kumpulan rumput liar lainya. Seperti ajang pelampiasan, menjadikan rumput liar itu sebagai alat penumpahan emosinya. Seolah si rumput adalah cerminan dari apa yang hidupnya alami saat ini.
"Kenapa kau harus diciptakan kalau pada akhirnya akan disingkirkan?"
Hening
Tentu saja hening! Apa kau sudah gila bertanya pada serumpun rumput yang telah mati dan berharap untuk dijawab?
"Kenapa kau tak menjawabku?"
"Rumput bodoh! Jawab aku!"
"Ternyata otak mu itu sama dangkalnya dengan badan mu ya?" sebuah suara berhasil membungkam bibir Ryeowook untuk kembali mengumpat. Kepalanya kini mendongak ke segala arah, mencari sumber suara yang tiba-tiba mengejutkan batinnya.
"Siapa itu?"
"Kim Ryeowook, sisiwi kelas XI SM High School. Juara satu paralel sejak kelas X. Seorang yeoja yang kelewat baik atau bahkan bodoh yang sering dijuluki Rumput Liar oleh orang-orang di sekitarnya,"
"Siapa kau? Kenapa kau tahu namaku?"
"Tidak hanya itu. Kau itu ceroboh dan sangat manja terhadap kedua orang tua mu. Niat awal ingin membantu orang lain tapi malah berujung pada makian karena kecerobohanmu,"
"Kau siapa? Tunjukkan diri mu! Apa kau hantu?" nada suaranya mulai bergetar. Kenyataan yang ia yakini bahwa tak melihat siapapun ketika suara-suara aneh itu muncul mampu membuat jantungnya berpacu dan pikirannya bertualang dalam fantasi akan dunia mistik yang menyesatkan otaknya saat ini.
"Bahkan otakmu lebih dangkal dari perkiraanku sebelumnya,"
Ryeowook mendongak ke atas. Ketika itu juga matanya membulat lebar mengetahui sesosok pemuda tengah bertengger di atas pohon tepat di atas kepalanya, menatapnya dengan pandangan datar.
"S-siapa kau?" ini mengherankan! Bukankah ia telah mendongakkan kepalanya ke segala arah tadi? Dan ia yakin benar bahwa ia tak melihat seorangpun bertengger manis dengan tungkai kaki yang saling bersilang di atas sana.
"Aku siapa akan kau ketahui cepat atau lambat. Yang terpenting sekarang kau harus membantu ku!"
"Membantu mu? Kenapa aku harus membantu mu?"
"Karna kau tak punya pilihan lain selain membantu ku!"
Ryeowook menyatukan kedua alisnya bingung. Ia tatapi pemuda yang kini sudah berada di depannya dengan pandangan menginterogasi. Punya hak apa pemuda dengan kemeja hitam itu memerintah dirinya?
"Jangan bercanda, Tuan! Aku bahkan tidak mengenal mu,"
"Baiklah, kalau begitu kita kenalan. Namaku Yesung, Pangeran dari segala Sora di Kerajaan Soraguene," lelaki yang ternyata Yesung itu memperkenalkan dirinya pada Ryeowook dengan penuh wibawa, yang ditanggapi dengan tatapan bingung dari lawan bicaranya.
"Aku tak mengerti maksud mu, Tuan,"
"Aku tahu. Makanya ku bilang tadi cepat atau lambat kau pasti akan tau!" Ryeowook menautkan kedua alisnya, semakin bingung dengan tingkah pemuda aneh di depannya. Ia tatapi pemuda itu lebih jauh, menyelami arti dan maksud dari perkataannya barusan. Sora? Soraguene? Pangeran? Ah, ia bahkan tak percaya kalau pangeran itu ada!
"Kenapa memandangi ku seperti itu? Kau tak takut jatuh hati pada ku?" Yesung menyeringai, tangannya kini bersedekap di dadanya, memasang pose angkuh seolah ia adalah lelaki tertampan sejagat.
"Kau aneh,"
Gubrakk
Yesung hampir saja terjungkang mendengar jawaban polos barusan. Ia tatap gadis mungil di depannya. Wajah polos yang begitu sarat akan kebingungan. Tidak ada sikap tersipu malu, kepala yang tertunduk ataupun guratan merah yang timbul di pipinya. Apa yang salah? Padahal tiap yeoja yang biasanya ia gombal di Soraguene langsung saja merona untuk pasien ringan dan tepar untuk pasien parahnya.
"Aish, kau ini! Dasar manusia!"
"Eh? Memangnya kau bukan manusia?" Yesung menggerutu pelan. Mengutuk habis-habisan tugasnya untuk membawa gadis seperti ini ke Soraguene. Benarkah gadis sepolos ini adalah seorang Hayan?
"Jelas saja bukan! Bukankah sudah ku katakan di awal kalau aku ini Pangeran dari segala Sora di Soraguene?" ucapnya yang sukses membuat alis Ryeowook makin bersatu.
"Sora? Soraguene? Pangeran?"
"Aiishh. Baiklah, aku tahu manusia seperti mu akan merasa asing dengan kata-kata tersebut. Tapi karna kau adalah Hayan, mau tak mau harus ku beri tahu," Yesung menarik nafasnya sejenak. Menatap gadis di depannya dengan tatapan serius dan berlaku pula untuk Ryeowook yang berusaha untuk fokus.
"Ada beberapa hal yang tidak diketahui manusia di alam yang luas ini. Mereka pasti berfikir kalau hanya merekalah yang hidup di jagat raya ini. Tapi sebenarnya ada kehidupan lain yang tidak kalian ketahui,"
"Apa itu kehidupan orang-orang seperti mu?" Yesung mengangguk ringan.
"Ada tiga kehidupan di jagat raya. Yang pertama adalah Sekai, tempat manusia biasa seperti mu tinggal. Lalu ada juga Jikoguene, di sanalah tempat Kurai, manusia-manusia gelap tinggal,"
"Tunggu! Apa maksud mu di tempat itu hanya ada manusia berkulit gelap?" pertanyaan polos Ryeowook berhasil membuat Yesung menepukkan tangannya ke jidatnya sendiri.
"Tentu saja bukan! Di sana itu merupakan tempat-tempat bagi manusia yang memiliki kekuatan gelap yang dirasuki oleh pikiran-pikiran kelam demi kesenangan mereka,"
"Kenapa aku tak pernah tahu ada kehidupan seperti itu?" Ryeowook menjatuhkan kepalanya ke samping. Menatap Yesung dengan pandangan bingung yang tak pernah lepas dari wajah mungilnya sejak tadi.
"Tentu saja karna kau manusia biasa. Hanya manusia langit seperti kami dan manusia gelap seperti para Kurai yang mengetahuinya,"
"Kenapa begitu?"
"Tentu saja karna kami memiliki kekuatan, nona bodoh!" Ryeowook mengangguk-anggukkan kepalanya, menopangkan dagunya pada tangan kanannya, berpose seolah ia sedang mengerti atas paparan Yesung barusan.
"Kalau begitu kau itu adalah Sora yang menghuni Soraguene?"
"Tepat! Ternyata kau pintar juga. Sora itu adalah manusia langit yang memiliki kekuatan untuk menyetabilkan kehidupan manusia seperti kalian,"
"Lalu apa hubungannya dengan ku?" Ryeowook membuka mulutnya, meluncurkan sebuah kalimat inti dari permasalahan sesungguhnya.
"Kalau tugas Sora sebagai penyetabil maka tugas Kurai adalah sebagai pengacau. Inti permasalahannya adalah, Kurai ingin menghancurkan Soraguene,"
"Hubungannya denganku apa?" Yesung menghela nafas. Tak ia sangka kalau tugas yang diberikan ummanya akan menjadi sesulit ini. Padahal bukankah ini masih awal dari awalnya permulaan dari segala permulaan?
"Karna kau adalah Hayan, manusia yang terpilih untuk mengendalikan kekuatan putih yang akan membantu kami, para Sora,"
"Apa itu harus?" Yesung mengangguk. Ia harus lebih bersabar kali ini. Bagaimanapun juga tugasnya kali ini tak boleh gagal lagi. Sudah kapok ia diberikan tugas tambahan terus menerus oleh ummanya.
"Kalo aku ga mau gimana?"
"TIDAK BISA NONA! KAU HARUS MAU!" habis sudah kesabaran anak ini. Tempramennya memang tak bisa dikurangi.
Ryeowook hanya dapat bungkam. Bibirnya mengerucut beberapa senti ke depan akibat semburan Yesung barusan.
"Kau tak perlu berteriak seperti tadi," dibetulkannya letak kacamata yang sempat melorot beberapa saat yang lalu.
"3 permintaan!"
"Eh?"
"Kuberi kau tiga permintaan jika kau setuju untuk membantu ku. Bukankah kau ingin julukan 'Rumput Liar' mu itu dicabut?" Ryeowook terpana, perkataan Yesung barusan berhasil menarik sorot matanya untuk menatap namja itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Aku tau kau ingin dianggap berguna oleh orang sekitar mu. Pikirkan baik-baik, beri tahu aku jawabanmu besok sepulang sekolah di tempat ini. Karna ini juga menyangkut Sekai dan keselamatan manusia sepertimu," Yesung berbalik, memunggungi Ryeowook yang tengah mencerna tawaran fantastis barusan. Mata Ryeowook membulat lebar ketika melihat sepasang cahaya merah berbentuk sayap berpendar di kedua bagian punggung Yesung. Namja berbaju hitam itu melayang tinggi ketika sayap atau cahaya atau apapun itu mengepak mengangkat tubuhnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" digeleng-gelengkannya kepalanya gusar. Semua peristiwa aneh barusan berputar-putar dalam otak jeniusnya, membuatnya merasa kaku untuk mengambil tindakan. Sejenak ia alihkan pandangannya pada rumput-rumput yang tergeletak tak bernyawa di depannya.
"Rumput bodoh, apa yang harus aku lakukaaannn?"
Tamat #pletak
TBC maksud nyah :p
Anyeongg yeorobun. Ini ff yang saya buat ditengah kegalauan menghadapi UB. Bukannya belajar, ni author malah buat ff. Yasudahlah.
Fic ini terinspirasi dari note nya my lopely switi best pren polepel *dibakar* yaitu si Mona Rukisa-chan. Gomawo buat note mu yang udah numbuhi sebuah bibit ide dalam dunia perYeWookan (?) ku. Gyahaghaghag XD. Sabodo Senin ujian!
Mungkin chapter depan bakal di apdet setelah author selesai ujian minggu depan *tolong jangan bakar aku*
So, ini fic musti di lanjutin ato di delete? Itu tergantung ripiu para readers ^^
Jadi makasi buat yang uada baca ni ff gaje ya ^^ Jangan lupa riviewnya ^^
Bagi silent reader *kalo ada* makasi juga uda baca. Kalo sempat ripiu yak ^^
Gomawoo minnnaa-saaannn...
RIEVIEW PLEASE! ^^
