Our Seasons
.
.
.
Baru nyadar kalau masih punya stok Hunkai dan langsung pengen ngepost. Ngepost agak keseringan nggak apa-apa kali, ya? This story actually a request from my friend, a Hunkai hard shipper.
Seperti biasa, hope u'll like it and happy reading.
.
.
.
Winter
Aku benci musim dingin!
Aku benci membungkus tubuhku dengan begitu banyak pakaian hingga untuk bergerakpun terasa sangat kaku. Dan aku benci harus keluar dari apartmentku yang hangat dan berjalan dibawah rintik salju tipis seperti ini. Sebaiknya ada alasan yang benar-benar penting hingga tuan muda Byun itu memaksaku keluar menembus salju di malam dengan suhu hampir menyentuh angka 0° celcius ini.
Aku masuk ke kedai mie yang diberitahukan Baekhyun tadi melalui panggilan teleponnya. Untunglah suasana di dalam kedai ini hangat sehingga aku bisa melepaskan scarf yang sedari tadi melilit leherku dan membuatku merasa tercekik. Didalam hati aku masih sempat mengutuk musim dingin. Aku merindukan t-shirt berlengan pendek yang tidak akan membuatku kerepotan seperti ini.
"Kai! Kim Kai!"
Aku mengangkat kepala dari scarf yang sedang kugulung begitu mendengar namaku dipanggil dan menatap kearah suara. Baekhyun duduk disudut ruangan dan tangannya sibuk melambai-lambai menarik perhatianku. Aku berjalan cepat kearahnya, namun semakin lama langkahku menjadi semakin pelan begitu melihat seseorang duduk didepan Baekhyun. Orang itu membelakangiku dan sama sekali tidak berniat untuk melihatku walaupun Baekhyun didepannya melambaikan tangannya dengan heboh. Aku menyergit heran, Baekhyun tidak mengatakan bahwa ia bersama orang lain.
Semakin mendekati meja, senyum lebar Baekhyun berubah menjadi senyum ragu-ragu, membuat perasaanku seketika menjadi tidak enak.
"Kenapa memanggilku kemari, Baek?", aku bertanya begitu berhenti didekat meja Baekhyun.
Baekhyun menatapku ragu, tapi sebelum ia sempat membuka mulutnya, sebuah suara menginterupsi.
"Hidungmu benar-benar memerah jika kedinginan. Kau lucu sekali, Kai-ah", suara itu kemudian diikuti kekehan geli.
Aku menegang mendengar suara itu dan dengan reflek mengalihkan pandanganku dari Baekhyun. Menatap orang di sisi lain dengan wajah horror.
Oh Sehun!
Tentu saja, suara siapa lagi yang mempu membuatku merasa jengkel secara instan sepeti ini hanya dengan mendengarnya.
Aku kembali menatap Baekhyun dengan tatapan murka dan penghianat itu hanya membalasku dengan ringisan kecil di bibirnya.
.
.
.
"Ayolah, Kai. Kau seperti anak-anak merajuk karena sesuatu seperti itu."
Aku menghela nafas dan melepaskan earphone dari telingaku. Percuma saja berpura-pura tidak mendengarkan suara Baekhyun saat ia tetap memandangku selama lima menit terakhir walaupun aku benar-benar berusaha untuk mengabaikannya.
"Apa kau bahkan tidak ingin meminta maaf karena sudah menipuku?", aku menatap Baekhyun dengan tatapan jengkel.
Ia tersenyum mendengar responku, "Baiklah. Aku minta maaf. Jadi berhentilah bersikap menyebalkan, oke?"
"Kau yang menyebalkan, bukan aku!"
"Coba pikirkan lagi, Kai. Sehun bahkan rela memilih untuk makan didekat apartmentmu."
"Kalau begitu mengapa kalian tidak makan saja berdua? Kalian tidak perlu memanggilku!"
Baekhyun memutar bola matanya, "Tentu saja, aku bahkan tidak memikirkanmu sama sekali jika bukan Sehun yang mengingatkanku. Ia tahu kau tidak akan keluar dari apartment di cuaca seperti itu bahkan untuk mencari sesuatu untuk mengisi perutmu sendiri. Karena itu kami perlu sedikit memancingmu."
Aku menatap Baekhyun dengan kesal yang semakin menjadi-jadi, "Jangan pernah lagi mengaku bahwa kau adalah sahabatku!" Aku benar-benar merasa kesal, sahabat mana yang akan mengatakan sesuatu yang kejam seperti Baekhyun.
Baekhyun tertawa kecil, lalu menarik nafas, "Aku merasa iri padamu. Jika saja ada orang yang menyukaiku seperti Sehun menyukaimu. Kau beruntung sekali, kau tahu!"
"YA!", aku meneriakinya. Walaupun kelas sudah berakhir, masih ada cukup banyak mahasiswa yang bisa mendengarkan ucapan Baekhyun dan aku tidak ingin ada yang memulai gossip-gosip tidak bermutu diluar sana.
Oh Sehun, namja populer idaman semua orang di universitas ini, menyukaiku.
Haah, mengingatnya saja sudah membuat hidupku terasa berat.
"Kau tidak memakai baju tebalmu lagi. Kau tidak kedinginan, Kai?"
Aku bersumpah, suara ini selalu membuatku terkejut setengah mati. Entah sejak kapan aku mulai bisa mengenali suara ini, namun walaupun begitu efek terkejut yang diberikan suara ini setiap kali mendengarnya tidak berkurang sedikitpun hingga sekarang.
Suara itu diikuti gosokan pelan disekitar bahuku, dan aku tidak perlu memutar kepalaku untuk bisa melihat siapa yang melakukannya. Jadi aku langsung menggerakkan tubuhku, berusaha mengusir tangan itu dari bahuku.
Tangan itu menghilang, tapi kemudian kursi disebelahku ditarik dan seseorang menghempas duduk disana. Wajah datar Oh Sehun yang tersenyum menyambutku dan aku mendengus melihatnya.
"Apa yang kau lakukan disini?", aku bertanya sinis padanya.
Sehun menunjuk Baekhyun yang duduk di sisiku yang lain dengan dagunya, "Baekhyun memintaku menjagamu", jawabnya santai.
Aku tidak bisa menahan mulutku yang membulat mendengar jawaban percaya diri itu dan langsung memutar kepalaku menatap Baekhyun. Ia tidak akan meminta maaf padaku mengenai kejadian menipuku keluar ditengah salju hanya untuk makan malam dengan orang menyebalkan seperti Oh Sehun jika aku tidak memintanya untuk meminta maaf tadi. Dan belum sampai lima menit sejak permintaan maaf itu ia sudah mencari masalah lagi denganku. Sungguh aku ingin mencakar wajahnya.
Beekhyun menggelengkan kepalanya cepat begitu mendapat tatapan tajam dariku, "Bukan begitu, Kai. . .", ia mengalihkan tatapan pada Sehun. ". . .jangan mengada-ada Sehun!"
Aku tidak melepaskan pandangannku dari Baekhyun.
"Chanyeol, kenalanku, mengajakku pergi", Baekhyun menjelaskan dengan suara pelan.
"Lalu kenapa memanggilnya?", aku mendesis pada Baekhyun.
Baekhyun menggeleng, "Sehun bersamaku ketika Chanyeol menelpon. Aku tidak memberitahunya."
Aku menghembuskan nafas keras, kadang menyebalkan mendapati hubungan pertemanan Baekhyun dan Sehun yang semakin dekat. Salahkan diriku sendiri yang bersikeras untuk memasuki kelas yang berbeda dengan Baekhyun beberapa semester lalu hanya karena ia selalu mencontek semua tugas dan ujianku. Baekhyun yang kutinggal sendirian tanpa sengaja sekelas dengan Sehun dan mereka berdua berteman. Sialnya, ketika Baekhyun mengenalkan temannya itu padaku, hidupku seperti selalu diganggu oleh seorang Oh Sehun.
"Aku tahu kau akan kesepian jika tidak ada Baekhyun. Makanya aku menawarkan diri untuk menemanimu", Sehun menginterupsi lamunanku. Wajahnya masih tersenyum seperti tadi, tidak terusik sedikitpun meski aku sudah berbicara menyebalkan mengenainya.
Aku menenangkan diriku sesaat, mencoba untuk menghadapi Sehun dengan sabar. "Tidak perlu, Sehun. Aku baik-baik saja."
Namja itu menggelengkan kepalanya dengan gaya menyebalkan, "Tidak. Diluar hujan salju, kau tidak akan tahan dinginnya."
Aku nyaris berteriak frustasi. Entah darimana ia tahu bahwa salju dan cuaca dingin merupakan beberapa kelemahanku. Aku bergidik membayangkan betapa dinginnya cuaca diluar, namun itu tidak cukup meruntuhkan pertahananku untuk menolak hangatnya berada didalam mobil Sehun.
"Aku bisa menunggu saljunya reda."
"Kau tidak memakai baju cukup tebal. Salju mungkin akan reda, tapi dinginnya tidak akan hilang. Dan bus tidak memiliki pemanas seperti mobilku."
Aku terdiam. Lengkap sekali jawaban orang ini, membuatku perlu berpikir keras untuk mencari alasan lain menolak tawarannya.
"Lagipula kurasa kau perlu berbelanja bahan makanan untuk pasokan berhibernasimu. Kau tidak ingin kupaksa keluar lagi untuk mengisi perutmu, kan?", Sehun kembali berbicara sebelum aku menemukan kata-kata yang tepat untuk membalas ucapannnya.
Aku berpikir sesaat sebelum akhirnya menyerah melawan Sehun. Ucapannya begitu telak membuatku tidak bisa membalasnya. Tidak ada bahan makanan tersisa di apartmentku, dan sesungguhnya itulah alasan Baekhyun menipuku untuk keluar rumah tadi malam. Karena ia tahu aku akan memilih untuk mengabaikan perutku daripada melangkah keluar di tengah musim dingin seperti ini. Sekarang, hal itulah yang dijadikan alasan oleh Sehun untuk memaksaku ikut bersamanya.
Aku menatap Baekhyun, mencoba mencari pertolongan.
"Benar yang dikatakan Sehun. Pergilah berbelanja jika kau tidak ingin kutipu lagi", Baekhyun justru mendukung ucapan Sehun.
Aku menghela nafas, benar-benar menyerah sekarang. Dari sudut mata kulihat Sehun tersenyum lebar sebelum ia berdiri dan menarik sebelah tanganku, "Kalau begitu ayo!", ujarnya berusaha menggenggam tanganku.
Aku mendengus, aku memang menyerah untuk mencoba menolak tawarannya, tapi itu bukan berarti ia bisa sembarangan memegangku. Aku menghentakkan tanganku hingga terlepas dari genggamannya. "Aku bisa berjalan sendiri!", kemudian aku melangkah besar-besar meninggalkan dua orang itu.
Hampir dua jam lamanya Sehun mengajakku berbelanja. Memasukkan apa saja yang dirasanya kubutuhkan hingga troli yang didorongnya penuh oleh berbagai bahan makanan. Keluhanku bahwa aku tidak membutuhkan makanan sebanyak itu pun diabaikannya begitu saja.
"Kau berniat membuatku gemuk!", keluhku sambil membuka pintu apartment, lalu menahannya agar Sehun yang kedua tangannya penuh dengan belanjaan bisa masuk tanpa mencium daun pintu.
Sehun terkekeh dan menurunkan belanjaan dengan hati-hati di konter dapur sebelum berbicara, "Aku akan tetap menyukaimu meskipun kau gemuk."
Aku memutar bola mata, "Aku tidak suka diriku gemuk."
"Kau akan tetap cantik."
"Hei, aku bukan wanita!"
Sehun terkekeh lagi, "Baiklah, kau akan tetap manis."
Aku mendesah pelan, percuma berusaha melawan Oh Sehun. Ia terlalu pintar untuk membalas setiap ucapanku. Jadi, alih-alih menjawabnya, aku berusaha untuk mengusirnya dari apartmentku.
"Terima kasih sudah mau menemani dan mengantarku pulang, Sehun", aku melirik pintu dengan mataku, mengisyaratkan padanya untuk pergi.
Sehun tersenyum kecil lalu dengan santainya duduk di kursi di konter dapur, "Jangan sungkan. Kau tahu aku senang melakukannya untukmu."
Lihat saja, entah orang ini tidak mengerti atau memang sengaja mempermainkanku.
"Kau tidak ingin pergi?", tanpa menggunakan isyarat lagi aku langsung bertanya padanya.
Sehun tersenyum, "Baiklah, baiklah. Aku akan pergi. Kau kejam sekali, sih."
Aku mendengus.
Sehun beranjak berdiri, tapi begitu melewatiku ia memutar lagi tubuhnya cepat sehingga aku terkejut dan melompat mundur karena jaraknya yang begitu dekat denganku.
"A. . Apa lagi?", aku bertanya gugup.
"Baekhyun bilang kau tidak akan pulang ke rumahmu natal ini."
Terkutuklah Baekhyun dengan mulut cerewetnya!
"Lalu?"
"Mari merayakan natal bersama-sama", Sehun tersenyum lebar dan mengacak rambutku.
Aku menepis tangannya, "Natal itu waktu untuk keluarga. Rayakan dengan keluargamu!"
Sehun bahkan tidak mengacuhkanku, ia tersenyum mendengar ucapanku dan berjalan lagi menuju pintu.
"Oh Sehun, aku serius. Jangan datang ke tempatku!"
Ia hanya mengangkat sebelah tangannya sambil terus berjalan memunggungiku menuju pintu.
.
.
.
Ini natal terburuk dalam hidupku.
Aku mulai menyesali keputusanku untuk tidak ikut ke rumah kakakku merayakan natal dengan seluruh keluargaku hanya karena aku malas berkendara di cuaca sedingin ini. Jika beberapa hari lalu aku membayangkan bagaimana tersiksanya aku jika harus mengambil perjalanan selama enam jam dengan cuaca yang tidak menyenangkan seperti ini, sekarang aku justru rela mengambil perjalanan menyiksa itu daripada harus merana sendirian di apartment.
Bahkan Christmas Eve tadi malam hanya kulewatkan dengan duduk sendirian di kursi gereja, dan setelah kebaktian pagi ini, aku kembali ke apartment dan mengurung diri. Lupakan tentang pohon natal, aku tidak akan memilikinya. Untung saja keluargaku masih mengingatku hingga aku masih mendapatkan kiriman berbagai makanan dan kado yang aku yakin awalnya dibungkus dengan cantik, walaupun bentuknya tidak terlalu mengundang lagi begitu aku mendapatkannya pagi ini.
Aku juga menyesal sudah menolak ajakan Baekhyun untuk merayakan natal bersama dengan keluarga besar Byun. Aku yakin terkurung di rumah keluarga Byun dan harus mendengarkan kakek Baekhyun yang bercerita berjam-jam akan lebih menyenangkan daripada bermuram durja seperti ini.
Ini semua karena Oh Sehun!
Pikiran itu tiba-tiba saja menyerang otakku. Aku tidak mengharapkan ia memegang perkataannya beberapa waktu lalu. Aku benar-benar tidak mengharapkannya. Aku hanya tidak suka jika ada yang berjanji padaku dan kemudian melupakan janji itu.
Aku melirik jam dinding, hampir pukul 8 malam. Hari ini terasa sangat lama, tapi setidaknya aku hanya harus bersabar selama empat jam lagi sebelum natal benar-benar berakhir. Aku melirik makanan di meja didepanku, sudah kupanaskan dan kutata rapi, lengkap dengan berbagai kado natal yang kuterima. Namun tetap saja aku tidak berniat untuk menggerakkan badanku mendekati meja itu. Aku hanya duduk meringkuk di sofa, berusaha mengusir dingin dan menonton siaran membosankan di televisi.
Bel pintu berdering dan aku mendapati diriku melompat begitu saja dari sofa. Aku berhenti didepan pintu dengan jantung yang berdetak cepat. Tamu pertamaku hari ini. Aku tidak peduli siapapun itu, entah Baekhyun atau bahkan Sehun. Aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk menemaniku sekarang.
Teeeett!
Suara terompet kecil menyambut dan confetti menyiramku begitu aku membuka pintu. Aku mengerjabkan mata sesaat sebelum bisa mengusir confetti itu dari wajahku dan mendapati Sehun tersenyum lebar didepanku.
"Merry Christmas, Kim Kai!", suara Sehun yang biasanya membuatku kesal kali ini membuatku tertawa dan aku membuka pintu lebih lebar, membiarkan Sehun masuk kedalam apartmentku.
"Waahh, meriah sekali perayaan natal disini", ia seenaknya duduk di sofaku dan menatap suasana mendung disekeliling apartment.
Aku mendengus mendengar sindirannya dan ikut duduk, mengambil tempat disebelahnya. "Yah, sangat meriah. Terima kasih kepada seseorang yang melanggar janjinya!", jawabku sinis.
Sehun membulatkan bibirnya, "Baekhyun tidak menemanimu?"
Aku menatapnya tidak percaya, "Baekhyun tidak berjanji apa-apa padaku."
"Lalu siapa yang melanggar janjinya?"
"Kau! Kau bahkan tidak sadar sudah melanggar janji padaku?", aku terpancing ucapannya dan tanpa sadar meneriaki namja itu.
Seringai muncul di wajah Sehun, "Aaah, jadi kau menungguku? Kau bilang tidak ingin aku datang."
Aku tergagap. Oh Sehun sialan!
"Kau ingin pulang saja?", aku menatapnya dan berkata dingin.
Sehun tertawa keras melihatku, "Hahaha. Aku bercanda, Kai. Jika saja kau tahu betapa sulitnya kabur dari orang tuaku sambil membawa ini", ia mengangkat dua kotak di tangan kanan dan kirinya. Kotak di tangan kanannya adalah kotak kue dan di tangan kirinya sebuah kado yang dibungkus cantik.
Aku tidak bisa menahan senyum melihatnya.
"Kau menyiapkannya?"
Sehun mengangkat bahu, tangannya sibuk mengeluarkan sebuah cake cokelat dari kotaknya, "Hmm, aku menyiapkan hadiahnya. Dan cake ini, aku mencurinya dari rumahku", ia menatapku dan mengedipkan sebelah matanya.
Aku hanya menggelengkan kepala menatap kearah manusia ajaib disebelahku ini.
"Nah, ini untukmu", Sehun selesai dengan kuenya dan memberikan bagian yang sudah dipotongnya kepadaku. Aku menerima dan saat melihat kue di piring itu aku menyadari bahwa aku memang sangat lapar dan kue itu terlihat menggiurkan. Aku melompat bersandar ke sofa dan mulai menyendok kueku. Sehun mengambil bagiannya dan ikut melompat dan bersandar disebelahku.
"Sehun-ah, terima kasih. Walaupun kau hampir melanggar janjimu, setidaknya kau datang dengan ini", aku mengangkat piring kueku kearahnya.
"Jangan lupakan itu", Sehun menunjuk kado yang dibawanya.
Aku mengangguk, "Terima kasih untuk hadiahnya juga."
"Ngomong-ngomong, apa itu hadiah untukku?", Sehun memandang beberapa kado yang kuterima dari keluargaku.
"Tidak. Itu hadiahku."
"Hadiah untukku?"
Aku mengangkat bahu tidak peduli, "Mana kutahu."
"Eeeii, tidakkah kau tahu bahwa natal adalah saat untuk memberi hadiah pada orang lain?", Sehun menatapku serius.
"Kau bisa mengambil lagi hadiahmu kalau begitu", aku menunjuk kado yang dibawanya dengan mulutku.
Sehun terdiam beberapa saat, "Kalau begitu aku akan menerima jika kau memberiku hadiah instant", ujarnya kemudian.
Aku memandangnya heran. Apa itu hadiah instant?
"Cukup dengan menciumku disini", Sehun mendekatkan tubuhnya dan menunjukkan sebelah pipinya padaku.
Aku nyaris menyemburkan kue yang baru saja masuk ke mulutku.
TBC
Review please~
