Genggaman tangan Itachi mengerat pada baju milik Mikoto. Mencoba mengalihkan atensi sang mama dari salah satu bayi yang ada di dalam salah satu ruangan di rumah sakit. Bukan apa-apa sih, tapi masalahnya adik kesayangannya Sasuke yang di gendong sang mama sama sekali tak di gubris. Ilernya ituloh ngeces. Itachi kan gak gayuk buat ngusap iler Sasuke!

.

.

Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto

NATE ALERTS!

Abal, BB [babyxbaby] , BL babys Love (?), aman untuk konsumsi puasa, bahasa amburadul, all the amateur warnings applied. Chibi!Itachi OOC nyempil. SASUNARU!

.

.

.

Itachi sekarang punya hobi baru, kali ini lebih elit. Bukan lagi main lempar shuriken di belakang rumah, bukan juga buat bola api di pinggir danau. Itachi sudah fasih dalam hal bertarung, dan dia menyukai hal baru akhir-akhir ini. Tangannya mengusap-usap helaian rambut sewarna raven yang lembut, tersenyum merasakan lembutnya helaian tersebut. Belum lagi wangi baby collagen yang begitu manis membuatnya ingin terus mengecup pipi tembam adiknya Sasuke.

"Nii-san akan selalu menjagamu, Sasuke." Bisiknya sambil mencium rambut Sasuke.

Sasuke sendiri balas menepuk-nepuk pipi Anikinya yang bisa terjangkau. Tertawa kecil ketika bisa membuat Itachi meringis, karena tangan mungilnya bisa menjambak rambut Itachi. "Nininini.."

Lucunya Sasukeeee! Kalau Itachi bukan seorang Uchiha, dia sudah akan loncat-loncat girang pamerin adik tercintanya ke seluruh pelosok kampung. Sasuke manis, Sasuke adiknya Itachi tanpa keriput, Sasuke masih polos belum ada muka ketus Uchiha. Uwaaa Itachi bahagia, rasanya pingin bikin duplikat Sasuke 3D di fotocopyan depan akademi.

"KUSHINAAA!"

Suara jeritan dari balik pintu mengalihkan perhatiannya.

Itu suara Kaa-san, Uchiha Mikoto. Dan Uchiha tak terbiasa menjerit. Dan jika mereka menjerit itu pertanda tak bagus.

Itachi bertukar pandang dengan Onyx milik Sasuke yang juga balik menatap Anikinya. "Firasat buruk, huh?" Tanya Itachi pada adiknya.

Belum puas bermonolog dengan adiknya, sedetik kemudian pintu kamar menjeblak terbuka. Diiringi dengan dua muka penuh binar dari duo MikoKushi. Keduanya masuk mengabaikan ketenang di sekitarnya. "Sasuke liat! Kaa-san bawa calon mate-mu nih!"

Disebelahnya Kushina yang juga berkilau menyilaukan mata ikut masuk, dengan menggendong buntalan kuning terang, sambil mengangguk-angguk menimpali kata-kata sahabatnya Mikoto.

Itachi cuma bisa kedip-kedip ditempat. Mate? Pasangan? Matenya Sasuke? Uwaah buru-buru Itachi jinjit mencoba menengok isi buntalan yang katanya calon mate sang adik. Sekalipun ia tak bisa melihat, karena dengan jinjitpun Itachi cuma sebatas pusar Bibi Kushina. Mana kelihatan, nasib bocah 9 tahun. Tapi semua yang menyangkut adiknya harus ditilik terlebih dulu oleh Itachi. Gampangnya Itachi itu bagaikan mesin scanner uji kelulusan semua benda yang boleh masuk di zona aman adik tercintanya.

"Mana? Mana? Itachi mau liat calon iparnya dulu." ujarnya sambil lompat-lompat di tempat, ngebet banget pingin tengkok.

"Eh?" Dua manusia dewasa itu menengok ke bawah, menyadari ada sosok cebol lainnya di bawah.

"ITACHI-CHAN sudah besar!" Kushina balik menatap sesosok itu. Merendahkan diri agar sejajar. Senyum lima jari terpampang penuh kilau. Mau meluk Itachi tapi lupa kalau tangannya masih menggendong sosok lain. Walhasil hanya mengecup sayang bocah tersebut

Uchiha bukanlah kumpulan orang berisik. Tapi begitu lain lagi dengan Kaasan-nya yang bisa lepas kendali bila bertemu dengan sahabat sepantarannya yang memiliki kesamaan hobi.

"Bibi Kushina bawa calon mate-nya Sasuke?" Tanya Itachi kalem, mencoba menjaga wibawa Uchihanya.

Kushina terkikik geli. "Coba tebak?" Disembunyikannya buntalan kuning itu diantara tubuhnya.

"Adik bayinya sudah lahir?" Itachi mengamati perut Kushina yang sudah mengempis. Sudah tak adalagi gundukan besar disana. Kushina mengangguk. Sambil menepuk buntalan kuning di tempat yang Itachi tebak kalau itu pantat bayi.

Iris Onyx Itachi berbinar-binar. Imajinasinya sudah kemana-mana membayangkan bagaimana wajah calon iparnya. Rambut merah? Wuisss hot men. Atau rambut kuning seperti Minato-jiisan? Wow Itachi mulai berfantasi. Cocok! Sasuke kan kelam. Rambut sama irisnya warna gelap, belum lagi nanti kalau sikap Uchihanya sudah keluar bisa suram nanti masa depannya. Kalau mate-nya penuh warna bisa asoy nih. Itachi mangut-manggut senang.

"Namanya Naruto. Dia bayi paling manis, Itachi!" Sahut Kaa-sanya setengah histeris pada Sasuke yang masih anteng di box bayi.

Eh kok namanya kayak cowok? Baso ikan lagi artinya. Itachi mikir di pojokkan.

Hiks.. Hikss. Uwaah.. Owek.. Hiks-apaan nih, kok gk elit wkwkw-,-Intinya itu suara tangisan bayi minna

Suara tangisan bayi mengalihkan deru gegap-gempita MikoKushIta. Semua perhatian langsung tertuju pada satu objek.

Sang buntalan kecil bergetar, dengan tangisannya. Kushina menegakkan diri sambil menimang-nimang. "Cup..cup..cup..Naruto. Jangan nangis lihat disini banyak yang mau menyapamu."

Mikoto yang ada di samping Kushina mendekatkan diri, mengelus jemari mungil sang bayi sambil ikut membisikkan penenang untuk si kecil. "Nee, Naruto. Ada Bibi Mikoto yang cantik disini. Kali aja kamu naksir sama bibi." Kata Mikoto sambil tersenyum sampai matanya menyipit.

"Enak aja. Masa anakku sama nenek-nenek." Protes Kushina.

"Hey, aku lebih muda darimu, Kushina-baachan." Delik Mikoto di samping Kushina.

Itachi hanya bisa menghela napas maklum. Kaasan-nya sudah kehilangan ketenangannya yang biasanya. Dia masih belum bisa mengintip isi buntalan tersebut, mengingat sedari tadi ingin melihat wujud sosok buntalan kuning itu gagal terus. Dia gak gayuk! Pliss authornya minta di amaterasu. Jengkel sendiri Itachi jadinya.

Tangisan itu makin keras, mungkin merasa terancam oleh aura emak-emak yang masih bohai ini. Belum lagi Sasuke ikut teriak-teriak gak terima mate-nya digoda sama emaknya sendiri. Berisik sudah satu ruangan.

Mamamamamamamama Sasuke mengoceh dari dalam box.

Owekk... Owekkk.

"Inget anak, Mikoto. Masa iya Nàru-chan mau diembat juga."

"Aissh dulu Sasuke juga mau, kamu embat. Kan gantian."

Hiks..hiks..uwaaaahhhh?.hiks..hiks..

Padatatahanakaoap..mamamadaragah

Bangke, bangke, bangke.

Yang terakhir itu umpatan Itachi, hayoloh bocah sembilan tahun mengumpat. Minta dipukul pantatnya kaya sinchan. Ocehan Sasuke ditambah tangisan Naruto yang di bumbui debat kusir Mikoto dan Kushina membuat gempar isi rumah pewaris clan Uchiha tersebut. Mereka semua belum ada yang mengalah.

Kushina membuat tameng melindungi anaknya dari Mikoto yang dianggap pedo berbahaya bagi anaknya. Padahal niat Mikoto cuma ingin main sama Naruto yang manis, mengingat di wilayah Uchiha tak ada barang yang berbau 'manis'-Mikoto lupa sama anaknya Sasuke.

Keributan itu sampai Fugaku yang biasanya tenang, berlari masuk menuju sumber keributan, takut ada apa-apa. Di belakangnya Minato mengekor. Keduanya tadi ada di ruang tengah bercakap sambil menikmati teh hijau dengan damai, malah runyam sendiri mendengar ribut-ribut di ruangan yang berisi orang yang mereka cintai. Dikiranya kyuubi balik lagi, mengamuk. Kan bahaya, mereka udah spot jantung duluan.

Fugaku menoleh, menatap dengan tatapan penuh selidik pada Itachi yang anteng di atas tanami. Anaknya tenang sementara di depannya rambut merah dan raven saling berkibar.

"Kushina bikin ribut ya, Itachi?" Tanya Minato sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Bukan aku- dattebane!-"

Itachi menghela napas untuk kesekian kalinya. Menghitung berapa lama keributan ini terjadi.

Naruto sampai serak, gara-gara suaranya kalah nyaring sama emaknya. Dan disaat genting inilah fungsi Fugaku berperan. Hanya dengan aura mencekam yang terpancar semua langsung diam merinding. Udara sekitar menjadi lebih dingin. Naruto merintih ketakutan, di balik pelukan kaasan-nya. Itachi main jelangkung di pojokan. Dan genre fic ini berubah horror, huahahhahaha.

.

.

.

Untuk pertama kalinya salah satu rumah di distrik Uchiha bisa seheboh ini. Fugaku sampai nyaris pundung, seingatnya sejak jaman kakek buyut, Distrik ini damai dan setentram makam pahlawan yang penuh kehormatan. Mendengus geli Fugaku maju masuk menuju kamar Sasuke yang ramai. Tapi semua orang di dalam langsung mundur. Oh, Fugaku lupa mematikan aura hitam kelamnya.

"Sebaiknya Itachi saja yang mengurus Sasuke dan Naruto. " Ujarnya kalem.

Mikoto dan Kushina manggut-manggut, terlalu keras. Buru-buru keluar dari kamar Sasuke sebelum terkena dampak mengerikan aura kekelaman milik Fugaku. Maklum Fugaku kalau sedang bukan moodnya bisa meremukkan semua di sekelilingnya.

Sebelumnya Kushina menaruh buntalan yang berisi anaknya ke box Sasuke yang cukup besar untuk diisi dua bayi. Mereka lalu bergegas. Tak memedulikan Itachi yang masih mlongo sambil pegang jelangkung. Hieee Itachi suruh jadi babysitter?

"Suamimu menakutkan, Mikoto." Samar-samar terdengar suara dari balik pintu kamar.

"Itu belum apa-apa, Kushina. Bisa jauh lebih horror lagi."

Dan yang menjadi bahan pembicaraan alisnya sudah berkedut-kedut. "Jaga Sasuke dan Naruto sampai kami kembali, Itachi."

Tanpa banyak kata lagi Fugaku keluar dari kamar.

Minato terkekeh sambil menyusul Fugaku. "Kami keluar dulu. Tolong ya, Itachi."

BLAM

Itachi menatap pintu tempat keempat orang dewasa tersebut menghilang. "Double date gitu maksudnya?" Gumamnya pada udara sekitar.

Itachi, bocah sembilan tahun. Ditinggal kedua orang tuanya, dengan dua bayi yang menjadi tanggung jawabnya. Seringai terpampang di wajah aristokratnya.

Perlu diingat Itachi adalah tipe aniki paling ideal seantero Konoha. Hobinya bermain dengan ototonya sepanjang hari-alias mengusik ketenangan Sasuke. Dan ditinggal sendirian dengan adiknya itu berarti Itachi akan menguasai sang adik. Mencubiti pantat gembil Sasuke, menciumi pipi tembam Sasuke, menggigiti kaki mungil Sasuke. Muahahahaha Itachi tertawa nista. Brother addicted-nya bisa terpuas.

Dan OH! Ada dua bayi! Artinya ada dua pantat yang bisa jawil.

Oh Itachi lupa belum liat bentuk bayi yang baru datang.

Kakinya berlarian kearah box biru yang terlihat tentram tersebut. Dua makhluk mini terbaring disana. Tangan pucat milik Itachi membuka buntalan kuning yang sedari tadi mebuatnya penasaran dengan kecepatan diatas rata-rata. Disisi lain Sasuke asik menatapi buntalan itu sama seperti kakaknya. "Kawaiii!" Suara penuh penekan keluar dari bibir bocah sembilan tahun tersebut.

Entah sudah keberapa kalinya Itachi jadi OOC di fic ini. Yang jelas Itachi gak bakal bisa menahan diri lagi, apalagi kalau dedek bayinya adalah adiknya sendiri beserta mate-adiknya. Rasanya Itachi pingin gigit dua bayi itu sangking gemesnya.

Dan Naruto gendernya bener-bener cowok. Tapi feromon kemanisan Naruto ada di ambang batas, sampai rasanya pingin cepet-cepet nikahin sama Sasuke. Itachi sudah mengatur tanggal yang tepat. Pas ulang tahunnya!

Itachi mengamati bayi mungi tersebut. Pipi Naruto merah karena bekas menangis tadi, ada tiga garis seperti kumis kucing di masing-masing pipi tembamnya. Sesekali Naruto terisak, bingung menatapi orang-orang yang masih asing di sekitarnya.

Itachi mengelus helaian pirang Naruto. Senyumnya yang tak begitu lebar cukup menenangkan Naruto. "Manisnya. Jangan nangis, ya. Itachi-niisan yang jagain dedek bayi." Ujar Itachi lembut.

Aroma collagen rasa citrus menguar saat Itachi memberi kecupan sayang pada Naruto. Bawaanya Itachi pingin nyosor terus kalau ada bau collagen bayi. Rengekan terdengar dari bibir mungil Sasuke, melihat kakaknya mencium orang lain.

"Apa, Sasuke? Kamu iri ya?" Itachi kembali menciumi Naruto sampai Naruto kegelian.

Sasuke menatap datar Itachi, Jiwa Uchihanya mulai terbangun. Lagian mana bisa dia membalas kakaknya. 'Baka aniki.' Batin Sasuke.

Iris bulat Naruto yang bewarna biru jernih menatap sekelilingnya. Pandangannya jatuh pada Sasuke di sebelahnya. Muka Sasuke datar, cuma balik menatap Naruto. Itachi menonton drama itu dari samping box sambil bawa bawa buku. 'cara kilat menjodohkan seme-uke' karangan Jiraya. Hohohohoho nemu aja itu bocah.

"Ingat Sasuke. Uchiha selalu dominan. Kamu harus jadi seme-nya!" Itachi mewanti-wanti Sasuke yang cuma noleh sedetik.

Naruto merengek, minta perhatian. Tangannya mengapai-ngapai ke arah Sasuke. Naruto tak terbiasa berada di sekitar orang berekspresi sedatar teflon. Kaa-san dan tou-channya punya ratusan ekspresi, apalagi kaa-sannya yang rambutnya bisa berkibar. Sedangkan Sasuke cuma diam sambil asik ngemut dot biru kesayangannya. Naruto melirik dot Sasuke dengan muka mupeng. Hampir ngeces, dia mengumam -gumam 'tatatataya' yang cuma Naruto yang ngerti artinya. Sasuke yang juga bayi aja cuma ngangkat alis gak ngerti.

Bayi pirang usia enam bulan itu menggeliat, Bergerak menengkurapkan badanya. Pantatnya yang bohai di pamerin tepat di hidung Itachi yang masih jadi pengamat di pingiran. 'Wo, minta di rape ini bocah' Itachi nyundul-nyundul pantat Naruto pakai telunjuknya, sambil menyeringai horror. Gerakkan patat Naruto yang mantul-mantul sungguh menggugah iman.

'tatatayayahatata' Naruto menoleh ke Itachi sambil mengerundel memproteksi pantat perawannya.

Tak mengubri Itachi. Naruto balik pada bayi raven yang masih diam mengamati. Bergerak merangkak, Naruto maju ke arah Sasuke pelan-pelan, soalnya popoknya berat, makannya pelan. Begitu jaraknya dengan Sasuke tinggal sejengkal dia berhenti, sambil memiringkan kepalanya, mengamati Sasuke dari dekat.

Itachi udah kembut-kembut liat imutnya dua bayi yang masih belum genap setahun itu. "Uwaa Sasuke. Uke-mu yang paling manis ini tingkahnya bikin mimisan."

'Norak lu, Aniki.' Batin Sasuke. Hayo loh Sasuke uda bisa mbatin, jenius amat nih bayi. Gak kuat dia liat ekspresi kakaknya. Tapi mukanya memerah liat Naruto entah kenapa. Feromonke-uke-an milik Naruto terlalu kuat. Sasuke gak kuat. Sekalipun udah memerah begitu, tapi raut wajah Sasuke masih datar.

Kedip.

Kedip.

Naruto cuma kedip-kedip. Si teflon kok gak berksperisi sih. Padahal biasanya Kaasan-nya bisa jejeritan kalau Naruto mendekat begini. Tangan tan mungilnya menarik dot biru Sasuke, sampai suara 'pwah' keluar dari bibir Sasuke. Naruto tertawa keras bisa merebut mainan milik si teflon. Dia mundur beberapa jengkal. Lalu dot tadi dimasukkan ke mulut mungilnya sendiri. Tersenyum sampai matanya menyipit, keenakan main dot dimulutnya.

Sasuke si korban, kicep. Wajahnya merah kesal. Itachi ngakak di luar box. "Bagus Naruto! Gangguin tuh muka triplek." Itachi menepuk-tepuk kepala Naruto bangga. Naruto balas bergumam-gumam kesenengan sama dot barunya. 'uhmmm...'

Tanpa suara, Sasuke bangkit. Mendekat kearah Naruto yang masih tengkurap. Dia duduk menjulang di depan bayi pirang. Naruto ikut bangkit dan mendudukkan diri.

'dtatatstata' Ujar Naruto. Nih maksudnya Naruto nantangin Sasuke gitu, sambil mengiming-imingi dot biru yang lagi di banggain.

"Jangan kasar-kasar sama uke-mu, Sasuke."

'datatatatata.' Naruto menimpali.

"Ngomong apaan, Naruto."

'tatadararatataa tatagafadaafh. Bahahagagata ita~'

Itachi mangut-manggut sok mengerti.

'chi!' Suara datar tapi keras, mengalihkan atensi Itachi pada adiknya. Matanya membualat.

"Whoah! Kau sudah bisa memanggilku, Sasuke!" Dan Itachi pun koprol keliling kamar. "Ototo-ku sayang sudah bisa manggil anikinya!" Sekarang Itachi roll depan.

"Sasuke-ku terhebat. Uwaa tousan, kaasan! Kalian hebat pas bikin Sasuke!" Dia jumpalitan. Muter-muter nyari kamera buat mengabadikan momen pertama kalinya Sasuke memanggil namanya.

Tak ingin tertinggal momen membahagiakan dimana adiknya mampu memanggil namanya sekalipun cuma suku kata terakhir. Ini harus di abadikan. Itachi gulung-gulung diatas karpen, bergerak kesana-kemari.

Naruto tertawa keras sambil tepuk tangan liat atraksi sirkus untuk pertama kalinya. Pantatnya sudah mendal-mendal terlalu girang. Sedangkan Sasuke sudah speechless liatnya, kedip-kedip doang. Yang bener aja.

'Chi!' Ujar Sasuke lagi.

Itachi yang mendengarnya menoleh cepat sampai terdengar bunyi tulang lehernya. "Iya Sasuke! Anikimu akan segera kembali!" Itachi bergerak lebih cepat mencari kamera. Ia mengumpat karena lupa menaruh dimana.

Melupakan tingkah Anikinya disana. Sasuke balik pada Naruto. Demi apapun Naruto lucu, bahkan Sasuke yang masih bayi kesemsem liat Naruto yang tertawa, bibirnya berrkedut minta menyunggingin senyum bareng Naruto. Tangannya getel pingin pegang pipi tembam Naruto, tapi sedetik kemudian belok. Oh ya! Dot-nya!

Naruto awas, melihat Sasuke. Wohoho enak aja teflon satu ini. Instingnya mengatakan kalau Sasuke bakal macem-macem. Tangan tan mungil itu berusaha menghalangi tangan mungil pucat yang mendekat itu. Dan merekapun rebutan dot kali ini.

'datadararadadafa.' Naruto berkata pada Sasuke, menghindari tangan pucat milik Sasuke yang terus mendekat.

'...'

'mamaaggatataa.'

'...'

'adafagapapapapapap'

'...'

Itachi gak ngeliat kalau dua bayi itu udah saling rebutan, gara-gara sibuk sirkus sambil nyari kamera.

Karena kebanyakan ngoceh dot biru dimulut Naruto dengan mudah di tarik oleh Sasuke. Bola mata bundar Naruto mendelik, sapphire nya kaget ala bayi unyu. Biasa Naruto kan agak bloon jadi bingung dulu baru ngeh.

Melihat ada iler di dot biru kesayangannya tangan mungil Sasuke bergerak mengelap-elap dotnya ke selimut kuning Naruto yang tergeletak di samping pantatnya. Biar masih sembilan bulan tapi Sasuke sudah tau kebersihan. Tampangnya udah garang, mandangi Naruto.

Dot kesayangannya di emut sama makhuk kuning abstrak. Mana bisa Sasuke diem aja.

Naruto kicep, Dia merengek pelan. Hikss..hikss..hiks..

Wajahnya memerah dengan bibir bergetar yang sebentar lagi meledakkan tangis. Dot yang tadi direbut sekarang hilang, di plototin si teflon lagi. Tangan tan Naruto mengucek matanya yang panas.

Melihat si kuning yang bergetar membuat Sasuke mendekat. Raut mukanya melunak, gak tega liatnya. Sadar muka kelewat ketusnya yang bikin si kuning abstrak hampir nagis. Tangan pucatnya mengulurkan dot biru yang tadi dibersihkan. Tadi Sasuke cuma sempat ngemut sebentar. Diarahkan dot itu pada Naruto. Tapi Naruto merem menahan tangis jadi tak melihat Sasuke yang berbaik hati.

'Ninini..' Ujar Sasuke, sambil tangannya mengelus helaian pirang Naruto. Mencoba menenangkan mate-nya.

Naruto membuka mata, sapphire nya nyaris basah. Dia melihat takut-takut pada Sasuke. Tangan pucat itu mengulurkan dot biru, manik biru itu memandangi dot tadi sambil berkedip perlahan. Sasuke mengarahkan dot tadi kedepan bibir plum Naruto. Sembari mengelus rambut pirang tersebut.

Kalau Sasuke sudah bisa bicara, dia pasti sudah berujar. 'Jangan nangis, dobe.'

Cklik..Jepret.. Jepret.. Cklik.. Jepret

Itachi sibuk memotret dua bayi tanggung sambil nyengir lebar. Bangga pada adiknya yang begitu gentle. Oh, sifat Itachi menurun. Dia menangis haru. Merasa menjadi kakak yang berhasil bagi adik tercintanya.

Dilain tempat Naruto menguap lebar. Dibawah belaian Sasuke dia mulai mengeliat dan mengulung diantara buntalan selimutnya. Bibirnya masih asik dengan dot biru sedangkan kelopak matanya sudah terkatup. Rasanya dia ngatuk. Sasuke yang melihatnya ikut membaringan diri di sebelah bayi abstrak paling hiper itu. Bibirnya ikut menguap ngantuk.

Sekelebat Sasuke melihat anikinya tersenyum manis penuh wibawa. Dan bibir anikinya itu menyapu kening Sasuke.

"Oyasuminasai, Sasuke."

.

?

Nate Xavela

?

.

Fugaku beserta kroni-kroninya pulang ke kediaman Uchiha. Dan begitu sampai di kamar Sasuke pemandangan paling indah tertambat di depan mata. Mikoto dan Kushina berbinar-binar.

Di dalama kamar tersebut baby box memang kosong. Tapi diatas tanami di gelar futon yang di lapisi selimut tebal. Disisi kanan kirinya ada guling yang menjaga. Sedangkan di bagian tengah tiga makhluk mungil meringkuk. Itachi ada di pojok paling kiri memeluk dua bayi pirang dan raven. Naruto ada di tengah, tangannya merentang diantara Itachi dan Sasuke. Mengenggam erat tangan mungil pucat milik Sasuke dan baju Itachi. Bajunya yang tersingkap memamerkan pusar Naruto yang ditutupi tangan Sasuke. Saling berpegangan seolah tak ingin terpisah. Mereka tidur pulas dengan wajah paling menentramkan.

Mikoto dan Kushina hampir berteriak girang melihatnya sebelum di tahan oleh suami masing-masing.

"Kawai!" Ujar Mikoto tertahan.

"Lucunyaaa!" Kushina ikut bergumam.

Dua mama muda bohai itu maju mengambil tempat yang pas untuk mengamati ketiga malaikat yang tertidur itu.

Minato tersenyum sampai matanya menyipit, sementara Fugaku hanya menaikkan bibir kurang dari semilimeter. Fugaku melirik kamera yang berada tak jauh di atas nakas. Niatnya ingin mengabadikan momen ini. Tapi matanya melihat sudah ada puluhan foto dua bayi. Dari mulai adegan bertengkar, pantat Naruto, pantat Sasuke, dua bayi berpelukan, foto Itachi dengan Sasuke dan Naruto, close up lubang hidung Naruto, pantat Sasuke, Naruto yang tidur, pantat Naruto, pantat Sasuke. Terus begitu, Oh Fugaku tahu ini ulah Itachi. 'Itachi punya fetis terhadap pantat?' Tanya Fugaku dalam hati. Foto pantat banyak banget disini. Ada foto Itachi dengan dua pantat montok pula disana.

Dari belakang punggungnya Minato terkekeh. "Mereka akur-akur saja sepertinya."

"Hn."

Fugaku maju ke depan melihat anak-anaknya dari dekat. Malaikat kesayangannya yang manis.

Jepret.

Mikoto dan Kushina yang mendengar suara jepretan kamera menoleh. Mendapati Fugaku yang asik dengan kameranya. Jemari lentik Mikoto merebut kamera tersebut dari sang suami.

"Selfie sama anak-anak! Ayo aku yang pegang kameranya."

Jepret.. Jepret.. Jepret..

.

OMAKE.

.

Keesokan harinya Itachi mengamati galeri foto di kameranya. Mendapati berpuluh-puluh foto disana. Senyumnya terkembang. Dan begitu sampai di foto terfavoritnya dia langsung bergegas menuju tempat cetak foto. Mencetak semua foto sekalipun harus menghabiskan uang jajanya selama sebulan. Kasian Itachi. Puasa ya nak besok.

"Yang ini di cetak 10R!"

Dan foto dimana Sasuke menenangkan Naruto yang sudah memerah menahan tangis, dengan Sasuke yang membelai rambut pirang itu tercetak paling besar diantara yang lainnya. Itachi nyengir lebar. Dia menulis di balik foto tersebut.

ITACHI SHIP SASUNARU! Jadi seme yang hebat ya, Sasuke.

Foto tersebut terpasang indah di meja belajar ninja terhebat tahun ini. Adiknya sudah dapat mate. Tugasnya sebagai aniki adalah menjaga mate ototo kesayangannya.

.

.

.

Thanks for reading! Semoga kalian suka. Nate gemes pas nulisnya mihihihi \('3')/

TBC OR THE END?

?

!Nate Xavela¡