jadi... setelah saya lihat dan baca dan teliti, ternyata youichi agak ooc semua..
tapi yah, itu kemampuan saya saat ini. jadi yah, mohon bantuannya...
silakan.. ^^
Disclaimer: Reiichiro Inagaki & Yusuke Murata
Satu Lagi Kebahagiaan
Mata Youichi langsung terbuka dan dia mendongak ketika dia merasakan sentuhan lembut serupa belaian di rambutnya. Laki laki itu tertidur dengan posisi menelungkup disamping ranjang berseprei biru langit itu sejak mungkin dua atau tiga jam yang lalu. Pandangan Youichi langsung fokus pada sebingkai wajah lemah tapi ayu yang kini sedang memberikan senyum lemahnya padanya. Youichi menggenggam jemari wanita itu tanpa bicara.
Wanita itu adalah Mamori. Dia tengah berbaring diatas ranjang yang hanya muat untuk satu orang. Selimut biru langit menyelimuti kaki sampai atas perutnya. Wajah wanita itu terlihat pucat dan lelah juga lemah meski selang kecil berisi cairan infus sudah memasuki tubuhnya melalui pergelangan tangan kirinya.
"Bagaimana?" tanya wanita itu lirih. Suaranya jelas menyatakan kelelahan yang masih tersisa.
Youichi mengamatai wajah kuyu Mamori penuh arti dan bergumam,"Baik-baik saja," tanpa mangalihkan pandangan.
Rasanya tatapan mata Youichi kali ini begitu cair, ringan, dan tanpa beban seolah tidak ada lagi yang perlu dia khawatirkan di dunia ini. Mata itu juga sekarang memperlihatkan kebahagiaan yang luar biasa besar meski mimik wajahnya masih terlihat tenang sejak enam jam yang lalu. Memang sih, enam jam yang lalu wajahnya tidak setenang ini. Wajahnya bisa dibilang panik.
"Aku hebat, kan?" tanya Mamori kembali masih dengan suara lelah. Senyumnya yang lemah juga kembali terlihat.
Youichi tak menyahut. Dia kemudia mengusap rambut auburn Mamori yang agak kusut dengan tangannya yang bebas. Sentuhan lembut yang begitu banyak perasaan sayang terdapat di dalamnya.
"Jangan bicara terus, tidur saja," bujuk Youichi kemudian, meski tak terdengar seperti bujukan.
"Aku baik-baik saja," tukas wanita itu bersikeras.
Youichi mengerutkan alis tidak setuju karena yang dia lihat diwajah wanita-yang-kini-telah-menjadi-istrinya itu adalah kebalikannya.
"Ayo, aku ingin melihatnya!" lanjut Mamori.
"Besok saja."
"Aku kangen..."
Youichi memutar bola matanya tapi dia bangkit juga. Laki laki itu menarik kursi roda yang telah dia pinjam sebelumnya mendekat ke ranjang , tahu kalau sang istri pasti akan meminta ini. Denagn hati-hati Youichi membopong Mamori dan mendudukkannya dikursi. Tak lupa meraih kantong infus dan menggantungkannya di gantungan yang menyatu dengan kursi roda. Dia pun mendorong kursi Mamori keluar kamar inap sang istri, melewati beberapa lorong sebelum akhirnya berhenti di depan ruangan dengan kaca besar yang memperlihatkan isi dari ruangan itu.
Wajah Mamori langsung berbinar sembari matanya mencermati satu demi satu.
"Yang itu," tunjuk Youichi pada boks nomor dua dari kiri.
Mamori tersenyum lebar saat melihat boks yang ditunjuk suaminya. Dia melihat bayi mungil yang masih terlihat merah kulitnya dan memiliki rambut blonde tengah terlelap didalamnya. Tanpa di suruh pun air mata Mamori menitik satu satu bersamaan saat Youichi berjongkok disampingnya.
"Oh, lihat! Dia menguap," bisik Mamori pada Youichi disela air mata bahagianya. "Dia mirip denganmu, tampan. Dia pasti akan jadi sekeren dirimu kalau sudah besar nanti."
"Dia bahkan belum 24 jam menghurup udara... Hm, tapi dia memang mirip denganku."
Senyum Mamori pun makin lebar saja karenanya.
~fin~
