Disclaimer : Aoyama Gosho
Warning : OOC, Gaje, Typo(s), BL, Sho-ai
Pairing : HeijixShinichi, KidxShinichi
DON'T LIKE, DON'T READ
Valentine Of Diamond
"Hei Kudo, aku bosan." Suara seorang cowok berkulit gelap mengganggu indera pendengaran Conan.
"Diamlah Heiji, jangan memanggilku sembarangan, disini tempat umum, untung saja paman dan Ran sedang memesan makanan." Conan melirik sekilas paman Kogoro yang sedang berselisih menu makanan dengan salah satu pramusaji, di sebelahnya Ran berusaha menenangkan ayahnya satu itu.
"Tapi aku benar-benar bosan. Lagipula, si pesulap sombong itu mengirimkan surat cinta padamu." Heiji menarik secarik kertas dari sakunya kemudian melihatnya dengan malas.
"Itu bukan surat cinta, itu tantangan." Ujar Conan memperbaiki kata-kata Heiji yang membuat bulu kuduk Conan berdiri untuk sesaat. Heiji hanya memutar bola matanya dengan malas kemudian beralih melihat-lihat kerumunan orang yang berada di luar restoran China.
"Tapi bagiku itu surat cinta penuh dengan kata-kata manis. Khas si pesulap sombong itu." Lanjut Heiji yang hanya ditanggapi Conan dengan gelengan kepala.
"Setidaknya jangan keluarkan kertas itu sembarangan, aku sudah capek-capek mengambil kertas itu dari polisi dengan berubah menjadi Shinichi dengan obat pemberian Ai." Conan melirik beberapa obat yang berada dalam botol kecil di saku celananya.
"Kenapa repot begitu? Kau tau'kan betapa bahayanya kalau terlalu sering menggunakan obat itu, kau bisa kebal dan tidak bisa menjadi Shinchi lagi." Heiji berusaha mengambil botol tadi dari tangan Conan tetapi bocah berkacamata itu lebih gesit, dengan cepat dimasukkannya kembali obat tadi ke saku celananya.
Heiji menampilkan wajah kesal dan cemberut ketika tangannya tidak bisa meraih obat itu. Sedangkan Conan hanya tersenyum sekilas padanya. "Kau tidak perlu khawatir, aku akan menggunakan sisa obat ini dengan baik." Biarpun Conan berkata begitu tetapi Heiji merasakan firasat yang sangat buruk kemudian berusaha mengusir pikiran anehnya itu.
"Berjanjilah satu hal Kudo. Jangan pernah menghilang dari pandanganku walaupun hanya sedetik." Heiji menatap Conan dengan serius dan sepertinya jiwa Shinichi di dalam tubuh bocah berkacamata itu kaget sesaat tetapi kemudian tersenyum sendu.
"Aku berjanji, Heiji." Suara Shinichi yang lembut keluar dari bibir mungil seorang bocah berkacamata yang kini sedang menggenggam erat botol obat ditangannya. Tatapannya nanar menatap obat tadi, jari jemarinya terasa sedikit sakit ketika tanpa sadar dirinya menggenggam botol itu dengan sekuat tenaga.
Heiji merasa tidak enak dengan suasana di sekitar mereka, dengan cepat dia berdiri dari kursi makan menuju kursi Conan yang tepat berada dihadapannya. Suara tepukan lembut di kepala Conan membuat bocah tadi agak sedikit tersentak.
"He..Heiji?"
"Tenanglah, aku tidak akan melepaskan pandanganku padamu, Kudo. Walaupun kau lari dariku, menjauh dariku bahkan menghindariku, aku pasti akan tetap mengejarmu. Aku berjanji." Suara lembut Heiji sedikit menenangkan Conan, senyum tipis mulai terlihat dibibir mungil bocah itu.
"Terima kasih Heiji." Kata itu meluncur saja tanpa kendali. Kata yang sangat sederhana tetapi sanggup membuat suasana di sekitar mereka menghangat. Bahkan Heiji pun mengakui kalau kata itu berupa hadiah yang mengagumkan dibandingkan benda apapun.
XXXxxxXXX
"Inspektur Hattori, kurasa kau cukup kelelahan ya?" Suara detektif Toyama lagi-lagi mengusik pria dengan perawakan tegas yang dipanggilnya inspektur tadi.
"Kau sedang apa disini?" Kata inspektur Hattori yang juga sebagai ayah dari Heiji Hattori. Detektif Toyama yang merupakan ayah Kazuha hanya tersenyum saja, dia sudah tau sifat dan kelakuan teman masa kecilnya ini. Selalu tegas dan tidak berbasa-basi.
"Aku juga harus menjaga sebuah permata yang berharga dari tangan lalat putih itu'kan? Kalau kau sendiri saja yang mengusiknya bakal bahaya." Ujar detektif Toyama sambil duduk di sebelah Inspektur Hattori. Mereka berada di daerah Benteng Osaka yang penuh penjagaan ketat dari kepolisian, karena beberapa hari lagi akan diadakan pameran besar-besaran oleh para pengusaha untuk menampilkan kekayaan mereka.
Permata, berlian dan benda berkilau dan juga berharga lainnya akan di pajang bebas di wilayah Benteng Osaka. Itu merupakan suatu perayaan bagi orang-orang kaya yang berusaha menampilkan jati diri dan derajat mereka yang bagi para polisi hanyalah suatu bentuk mencari masalah saja.
Siapapun pasti ingin mencuri benda-benda berharga itu apalagi mengingat harga yang sangat melewati batas kewajaran manusia. Karena itu peran kepolisian penting disini, apalagi Kid si pencuri sudah mengetahui hal ini dan dengan sengaja mengirimkan surat untuk mencuri berlian.
"Kau juga menunggu pencuri kecil itu?" Kata detektif Toyama memecah keheningan diantara mereka. Inspektur Hatorri hanya menatap langit hitam yang berada di atas kepalanya tanpa menjawab pertanyaan teman masa kecilnya itu.
Detektif Toyama mengerti kalau sekarang pria disebelahnya ini sedang resah mengingat dia yang bertanggung jawab untuk menjaga berlian berharga itu.
"Hei Hattori, bagaimana kalau setelah masalah ini selesai kita nikahkan saja anak kita? Kurasa Heiji dan Kazuha akan cocok, benar'kan?" Inspektur Hattori hanya menatap detektif Toyama yang sedang tersenyum dihadapannya. "Mereka masih kecil." Jawab Hattori sekenanya. "Hahaha~iya, iya, aku tau. aku hanya bercanda. Kau ini terlalu sensitive Hattori."
XXXxxxXXX
"Haatsyiii…" Heiji tiba-tiba bersin tanpa sebab yang membuat Conan menjadi kaget.
"Kau sakit Heiji?" Conan menatap Heiji khawatir tetapi sepertinya cowok SMA di hadapannya ini tidak terlalu peduli dan terus menatap 'surat cinta' dari Kaito Kid. "Aku tidak apa-apa Kudo." Jawab Heiji lagi sambil membalik-balikkan kertas tantangan itu.
"Apa kau mau minum dulu? Hari ini paman sedang sibuk dengan Inspektur Megure, Ran juga sedang menginap di tempat Sonoko." Conan berjalan ke arah kulkas dengan Heiji yang terus mengekor di belakangnya. Hari ini Heiji menginap di kediaman Kogoro Mouri, ayah Ran karena suatu alasan yang diduga Conan adalah akibat 'surat cinta' Kaito Kid.
"Kudo, aku bingung. Kenapa surat cinta ini terlihat sederhana? Tidak ada teka-teki sama sekali. Kalaupun ada, itu sangat mudah ditebak." Heiji mengangkat kertas tadi ke wajahnya, memutarnya, membaliknya tetapi tidak ada teka-teki apapun disana hanya tulisan sederhana yang menyatakan bahwa Kid akan mencuri permata yang akan di pamerkan di Benteng Osaka.
"Kau itu terlalu banyak berpikir Heiji. Dia hanya Kid si pencuri, dan tugas pencuri adalah mencuri bukan membuat teka-teki." Jawab Conan ngasal yang dapat sambutan wajah cemberut Heiji. "Tapi aku berpikir kalau dia akan melakukan teka-teki yang menarik hingga membuat kita kewalahan. Tapi sepertinya aku terlalu berharap banyak." Heiji merengganggkan otot-ototnya yang kaku, kemudian berdiri dan berjalan ke arah Conan yang masih berada di depan kulkas.
"Hei kudo, apa kau akan ke Osaka?" Heiji bersender pada pintu kulkas setelah Conan mengambil beberapa cemilan dan minuman dingin yang diperlukan oleh lambungnya.
"Kurasa… Mungkin." Jawab Conan sambil mengambil tempat duduk di depan tivi, Heiji ikut duduk di sebelah Conan kemudian mengambil minuman kaleng yang tadi dibawa Conan.
"Kalau menurutku, sebaiknya kau serahkan hal ini pada polisi saja. Sekali-sekali kau jangan berurusan dengan pencuri itu bukanlah dosa yang besar'kan. Kau itu manusia, bukan dewa yang bisa dimana dan kapan saja menghukum orang jahat." Heiji terus fokus pada gambar di layar tivi, tapi Conan tau kalau cowok berkulit gelap disebelahnya ini sedang mengkhawatirkannya.
"Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan apa-apa, Heiji. Lagipula ada kau yang berjanji tidak akan melepaskan pandanganmu dariku bahkan sedetik pun, ya'kan?" Conan memasukkan kue ketiga ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan, Heiji yang berada disebelahnya menangkap ketenangan dari pemuda manis ini. Sesaat Heiji seperti melihat Conan menjadi sosok Shinchi dengan wajah tenang dan damai, apa karena Shinichi percaya bahwa Heiji akan melindunginya?
Mengingat hal itu Heiji hanya tersenyum seakan-akan berterima kasih bahwa Shinchi memberikan kepercayaan penuh padanya. Sedikit demi sedikit kekhawatirannya memudar digantikan sikap cerianya yang seperti biasa.
.
Di atas meja, tergeletak kertas Kaito Kid yang mereka abaikan dengan tulisan…
Sikap kekasih adalah memberikan hadiah bagi orang yang disukainya. Hal itupun tidak lepas dari bunga dan permata. Ini karena perasaan manusia akan mudah disampaikan dengan hadiah yang mewah. Namun tidak semua kekasih seperti itu. Ingat, betapa berarti hadiah yang di berikan bagi orang yang kamu cintai? Ciuman juga merupakan sebuah kado yang bagus. Hadiah yang sesungguhnya bagiku adalah seperti kokohnya Benteng Osaka. Iringan musik dan kembang api juga dapat memeriahkan hadiah kejutan itu, bukan?
XXXxxxXXX
"Lalu~… Kenapa kau juga datang, Heiji?" Suara Kazuha terdengar kesal, disampingnya Ran hanya tersenyum saja. Sedangkan Paman Kogoro terlihat sedang asyik berbincang dengan beberapa wanita muda di sekitar halaman Benteng Osaka.
"Tentu saja aku harus datang, aku'kan detektif. Lagipula malam ini adalah malam pameran permata'kan, bisa saja pencuri sombong itu akan datang, ya'kan, Conan?" Kata Heiji yang meminta persetujuan Conan disampingnya. Conan sepertinya malas meladeni omongan Heiji, dia lebih asyik menatap beberapa orang yang sedang sibuk menata tempat pameran yang tepat diadakan di halaman Benteng Osaka.
.
"Raaann~.." Suara teriakan seorang cewek langsung membuat Ran berpaling ke arah asal suara.
"Sonoko? Sedang apa disini?" Tanya Ran ketika Sonoko mulai mendatanginya dengan tergesa-gesa kemudian memeluknya dengan semangat.
"Tentu saja mengikuti ayahku yang ikut dalam pameran permata. Lagipula, katanya malam ini akan ada Kaito Kid, Sang Pencuri Hatiku. Kyaaaa~ aku senang sekali. Semoga saja dia mencuri permata ayahku." Teriak Sonoko kesenangan yang ditanggapi lainnya dengan gelengan maklum.
Hei..hei… urus dulu otakmu Sonoko sebelum mengurusi soal permata. Pikir Conan yang menatap malas ke arah Sonoko.
.
"Oh Ran dan Conan rupanya." Detektif Toyama, ayah Kazuha tiba-tiba datang membuat Kazuha dan lainnya kaget untuk sesaat.
"Apa kabar, Paman." Seru Heiji sambil memperlihatkan senyum cerahnya, Detektif Toyama hanya menanggapi Heiji dengan senyuman juga. "Wah, sekarang kau sudah lumayan menjadi detektif besar ya, Heiji. Bisa-bisa kau melampaui ku sebagai detektif senior disini." Sambung ayah Kazuha tertawa ringan.
"Bocah ini bukanlah apa-apa dibandingkan dirimu dan Kogoro. Dia hanya sombong dan angkuh." Kali ini Inspektur Hattori membuka suara. Heiji yang merasa dilecehkan hanya menampilkan senyum masam.
"Lalu kenapa ayah disini?" Tanya Heiji basa-basi walaupun dia tau tugas ayahnya adalah menjaga permata disini tetapi tetap saja hal itu mengusiknya juga.
"Aku bertanggung jawab dalam pameran kali ini. Biarpun disini banyak para polisi dikerahkan tetapi tidak menutupi kemungkinan Kid berhasil mencuri permata." Jawab ayah Heiji tenang.
"Benar. Sebab kita tau, Kid adalah pencuri kelas kakap, kita tidak bisa menganggap remeh dia." Argumen kali ini dikeluarkan oleh Inspektur Nakamori yang selalu ingin memenjarakan Kid walaupun selalu gagal dan gagal lagi.
Inspektur Hattori hanya menatapnya tajam, dia tahu keberadaan Inspektur Nakamori selalu membuat kerisuhan yang tidak perlu, dia selalu ceroboh dalam hal menangkap Kaito Kid.
"Untuk apa kau datang ke Osaka. Ini bukan territorial kepolisian wilayahmu'kan?" sergah Inspektur Hattori yang hanya ditanggapi oleh Inspektur Nakamori dengan gelengan kepala meremehkan.
"Ya, ampun. Kau selalu dingin begitu ya Hattori. Aku disini bukan karena tugas, tetapi temanku yang juga ikut dalam pameran permata mengundangku kesini." Jawab Inspektur Nakamori enteng. Seakan tidak peduli dengan kehadiran Inspektur Hattori dia mulai meneruskan ocehannya tentang Kaito Kid.
"Apa kalian tau, Kid akan mencuri salah satu permata dari tiga permata yang akan dipajang? Salah satu permata yang menggambarkan cinta dan kasih sayang." Kata Inspektur Nakamori memandang Ran, Conan, Heiji, Sonoko dan Kazuha satu persatu dengan ekspresi yang dibuat tegang. Sonoko mendengarkan cerita Inspektur Nakamori dengan perasaan berdebar-debar, dia harap itu adalah permata milik ayahnya.
"Lalu apa nama permata itu?" Tanya Ran penasaran. Inspektur Nakamori menatap Ran sebentar kemudian memasang mimik wajah seakan-akan hanya dialah yang tau nama permata itu.
.
"Valentine Of Diamond, benar'kan?" Suara Kogoro memecah kesunyian yang ada sejak tadi, membuat Inspektur Nakamori dan lainnya menatapnya dengan bingung.
"Dari mana kau tau?" Tanya Inspektur Nakamori. Kogoro hanya memandang Inspektur Nakamori dengan malas,"Aku hanya bertanya dengan para petugas pameran, apa saja nama permata yang akan dipamerkan."
"Lalu mereka menjawab apa, paman?" Conan terlihat antusias dengan nama permata yang tadi disebutkan salah satunya oleh Kogoro. "Hallowen Of Jewel, Christmas Of Emerald, dan terakhir Valentine Of Diamond." Jawab Kogoro sambil mengancungkang tiga jarinya ke arah Conan.
"Tapi kenapa nama permata itu seperti nama hari peringatan saja? Kenapa tidak diberi nama lain yang lebih keren." Sergah Kazuha mengomentari.
"Entahlah, mungkin karena warna permatanya. Hallowen Of Jewel berwarna hitam, sedangkan yang Christmas berwarna merah dan Valentine berwarna pink." Jawab Inspektur Nakamori tidak peduli.
"Sudah, sudah… daripada itu, kau dan Conan cepat kembali ke hotel saja, soalnya malam ini pamerannya akan dibuka, sebelum itu kita harus istirahat cukup dulu." Kata paman Kogoro sambil menarik Conan dan menyerahkan bocah tadi ke Ran.
"Lalu ayah bagaimana?" Tanya Ran sambil terus memegangi Conan yang berontak karena tidak ingin kembali ke hotel. "Aku tetap berjaga disini bersama petugas polisi." Ujar Kogoro lagi.
"Aku tidak mau kembali ke hotel, Kak Ran. Aku masih mau disini." Conan berontak lagi.
"Jangan begitu Conan. Kau harus menurut." Ran masih tetap gigih memegangi Conan yang ingin kabur.
"Sudahlah Ran, biar Conan bersamaku saja. Kau dan Kazuha saja yang kembali ke hotel dulu. Biar aku yang menjaga bocah ini." Seru Heiji melerai pertikaian Ran dan Conan. "Benar kak Ran, aku dengan kak Heiji saja." Kata Conan semangat yang langsung berlari ke arah Heiji kemudian bersembunyi di belakang punggung cowok berkulit gelap itu.
"Apa boleh buat kalau begitu. Maaf ya Heiji jadi merepotkanmu." Ran membungkuk tanda terima kasih yang ditanggapi Heiji dengan cengiran khasnya.
.
Setelah mendapat persetujuan Ran kalau Conan boleh bermain-main sebentar, Heiji langsung membawa Shinichi melihat tenda-tenda megah untuk para tamu ketika melihat pameran. "Hei Heiji, kita sudah berkeliling disekitar sini dua kali. Aku mulai lelah." Gerutu Conan sambil memijat-mijat kakinya yang mulai kram.
"Bukankah kau yang minta aku mengajakmu berkeliling? Kenapa kau jadi mengeluh seperti itu?" Heiji yang berada disebelahnya hanya menatap Shinichi dengan malas.
"Dasar kau itu. Aku benar-benar capek tau."
"Sudahlah Kudo, jangan mengeluh terus, kau seperti anak kecil saja."
"Aku memang anak kecil sekarang. Kau buta ya?" Conan melingkarkan kedua lengannya di depan dada sambil terus melirik sadis ke arah Heiji.
"Benar-benar deh, baiklah tunggu disini dulu, aku akan membelikan minuman kaleng untukmu." Heiji segera meluncur ke arah stand minuman meninggalkan Conan yang masih memijat kakinya.
.
"Sendirian, Tantei-kun?" Suara itu.
Suara yang terus mengganggu pendengaran Shinichi, suara yang terdengar lembut dan manja itu tidak salah lagi milik seseorang yang sangat di kenal Shinichi.
-CRIK- suara pelatuk pistol ditarik membuat Conan tidak berani menoleh ke arah belakang tepat Kid sekarang berada.
"Jangan repot-repot untuk melihatku, Tantei-kun. Sekarang bukan waktunya aku beraksi, tunggulah aksiku yang mengagumkan nanti malam." Kata Kid sambil melirik ke arah jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 5 sore.
"Jadi itu benar, kau akan mencuri Valentine Of Diamond?" Conan berusaha memalingkan wajahnya ke belakang tetapi terhalang oleh mulut pistol. "Wah… wah.. kalau sudah ketahuan apa yang akan kucuri, pertunjukannya jadi tidak menarik'kan?" Suara Kid terdengar kecewa padahal Shinichi tau dia hanya berpura-pura saja.
"Jangan berlagak sakit hati seperti itu. Aku tau kau hanya berbohong. Apa yang kau rencana'kan?" Conan terus bersikap waspada, Kid yang tepat berada dibelakangnya hanya tersenyum tipis.
"Apa ya? Aku juga bingung dengan rencana nekatku ini." Kid terkikik geli mendengar pernyataanya sendiri tetapi itu tidak berpengaruh pada Conan, dia tetap waspada. "Katakan, Kid. Apa yang kau rencanakan?"
Kid lagi-lagi tersenyum mendengar nada penuh penasaran dari detektif yang selalu mengejarnya ini. "Yang kurencanakan adalah lebih dari sekedar mencuri permata." Moncong pistol terus terarah di belakang kepala Conan tanpa menyadari bahwa detektif itu sedang berpikir keras.
"Apa maksudmu dengan lebih dari sekedar mencuri permata? Katakan, Kid!" Ancam Conan yang terus berusaha melirik Kid yang tepat berada dibelakangnya.
"Kau tidak perlu tergesa-gesa, Tantei-Kun. Lagipula sepertinya temanmu sudah datang. Aku harus pergi." Kid menarik moncong pistolnya dari belakang kepala Conan membuat bocah itu langsung memaling wajahnya untuk melihat Kid. Tetapi nihil… Kid sudah kabur, membaur dengan kerumunan orang.
"Kau sedang apa dengan polisi tadi? Kau sedang bermain pistol-pistolan ya? Waah curang, tidak mengajakku bermain. Hahahaha~" Heiji tertawa seketika tetapi ekspresi Conan tetap datar. "Hei, Kudo? Kau kenapa?"
"Heiji.." Conan membuka suara sambil terus menatap sekelilingnya mencari sosok Kid,"Yang tadi itu bukan polisi, tetapi Kid yang sedang menyamar. Dan aku tidak mungkin bermain pistol-pistolan dengan Kid kecuali dia mengancamku." Pernyataan tegas dari Conan langsung membuat Heiji terbelalak seketika.
"Ka..kau serius? Tadi itu Kid?" Heiji menatap Conan tidak percaya tetapi mau tidak mau dia harus percaya ketika melihat tatapan aku-tidak-bercanda dari Conan.
"Arrghhh… kenapa kau tidak bilang, Kudo! Aku malah sempat dadah-dadahan sama polisi tadi. Argghhh…" Heiji mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
"Makanya sudah kubilang'kan, tidak mungkin polisi bermain dengan anak-anak dengan memakai pistol." Conan menatap malas ke Heiji yang makin terlihat uring-uringan.
Tapi, apa maksud Kid tadi? Dia ingin mencuri lebih dari sekedar pencurian permata? Sebenarnya apa yang direncanakannya… Conan terus berpikir hal itu tanpa menyadari sepasang mata menatapnya dengan seksama kemudian tersenyum simpul menandakan orang tersebut sedang asyik dalam permainan kejar-kejarannya.
.
.
~TBC~
Waahh... fic pertama saya di fandom ini... hahahaha
mohon bantuannya, senpai... soalnya fic saya sepertinya masih banyak kesalahan... hehehe
mohon Riview na pliss...
