Halo semua! Ini fic pertama DeiLu nih..! Maap kalo kata-katanya agak *?* gak nyambung! DeiLu bakalan latihan lagi biar bisa lebih baik!
Warning : Di sini, Dei-chan jadi cewek! (DeiLu naksir berat kalo Dei-chan jadi cewek! *nosebleed*)
Dei : "Yah ela...masak jadi cewek,un? Gak asik,un!"
DeiLu : "Udah...masalah ganti –ehem- biar DeiLu aja yang bayar (sok kaya, padahal rumah masih NUMPANG sama ortu). Jadi gak repot-repot lagi ngubah suara kau itu."
Dei : *sigh*
Mohon dukungan, bantuan, kritik, saran, dan pentujuknya ya! ^^v
Maap kalo tata bahasanya lama-kelamaan jadi ngawur…
Okeh! Langsung aja ke ceritanya...HAPPY WEDDING! Eh salah maksudnya HAPPY READING!
Disclaimer : Oom Masashi Kisihimoto
Cerita, DeiLu punya!
oOo
(First Day)
Bangun pagi...sekitar jam 3 pagi, ya dari situ saja aku sudah merapikan semua bagian ruangan yang luasnya hampir sama seperti luas tanahnya White House-nya presiden Amrik gitu. Ya tidaklah...mungkin cuma 1/354-nya aja -?-. Itu juga terdiri dari kamar tidur, dapur, sama kamar mandi. Walaupun cuma segitu aja ruangannya, tapi luasnya beeuhh...edun euy!
Gak kerasa memang kalau kerjaannya bersihin kamar, tapi waktu yang dikhawatirkan. Selesai membersihkan ruangan-ruangan, tak terasa sudah pukul 5 pagi. Apa? Bersihkan ruangan saja menghabiskan waktu 2 jam! Mmhh...wajar, beginilah repotnya jika tinggal di sebuah apartemen.
Setelah itu mandi, dan makan pagi walaupun dengan sepotong roti dengan selai coklat, tapi tak apalah yang penting ada juga pengganjal perut di pagi hari.
Dari apartemen menuju ke sekolah saja membutuhkan waktu 1,5 jam, itu juga agak jauh dari tempatku sekarang menuju Konoha. Nama sekolah itu namanya Konoha Gakuen High School. Aku anak baru di sana. Lebih tepatnya hari pertamaku masuk ke sekolah itu.
oOo
Pukul 7.15 pagi
"Waaa! Jangan jam setengah 8 dulu sih..." ucapku melihat jam tanganku dengan terburu-buru walaupun aku sudah memasuki sekolah.
"10-B... 10-B..." gumamku mencari kelas yang kusebut daritadi.
Tak lama, akhirnya ditemukan juga kelas yang sedari tadi aku cari. Ketika aku memasuki kelas itu, beberapa orang melihatku dengan tidak biasanya. Apakah ada yang aneh denganku? Baju kemeja putih dengan satu kancing dibuka pada bagian atas, dasi biru tua, rompi berwarna cokelat krim, jam tangan berwarna putih, tas selempang putih bergambar bayangan kucing, rok berwarna biru tua seperti dasi, kaos kaki loose putih polos, dan sepatu loafer seperti anak perempuan yang lainnya. Menurutku tidak ada yang aneh dariku, aku sama seperti anak perempuan yang lain.
Di antara yang lainnya, mataku tertuju ke arah satu tempat duduk yang di sebelahnya ada seorang gadis berambut ungu dengan aksesoris mawar di kepalanya.
"Bolehkah aku duduk di sini, un?" tanyaku dengan wajah yang penuh harap.
"Baik! Silahkan!" jawab gadis itu dengan senyuman yang ramah.
"Ngomong-ngomong, namamu siapa, un? Kenalkan namaku Deidara, un!" ucapku sambil menjulurkan tanganku.
"Namaku Konan. Salam kenal!" ucap gadis yang bernama Konan tersebut.
Tak lama kemudian datang seorang guru kimia dan kami pun belajar.
Hari-hari pun telah berlalu, aku dan Konan mulai akrab. Dan hari ini pelajaran pertama adalah olahraga.
TING TONG
Seseorang datang ke kelas kami, "PAGI SEMUA *tring*!" teriak guru berambut bob hitam itu yang bermaksud untuk menyapa anak-anak di kelas.
"Pagi pak..." jawab mereka (dan juga aku) dengan nada kaget. Tidak biasanya kami semua disapa seperti itu.
"Perkenalkan! Nama guru adalah Maito Guy! Kalian boleh memanggil guru dengan sebutan Guru Guy! Oke semua *tring*!" ucap guru itu sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Baik, Pak!"
"Oh ya, guru di sini mengajar olahraga. Guru ingin membuat peraturan. Hanya satu hukuman yang akan guru berikan!"
Terlihat semua anak-anak (kecuali aku dan Konan) tampak ribut membicarakan itu. Kemudian mereka diam dengan wajah yang merendahakan.
"Kalian pasti akan bisa melakukannya. Ini tidak terlalu berat untuk pelajaran olahraga." Ucap guru itu dengan wajah sinis.
"Aku tidak yakin dengan hukuman yang akan diberikan guru ini mudah." Bisik Konan.
Aku hanya bisa tersenyum yang menendakan jawaban 'Ya'.
"Dan hukuman yang akan guru berikan yaitu...keliling lapangan sebanyak 200 kali!" ucap guru itu.
"WTF?" teriak beberapa murid dengan nada kaget. Beberapa wajah yang menandakan merendahkan kini menjadi wajah kaget dan ketakutan.
"Oke! Sekarang ganti baju seragam kalian! Guru hanya memberi waktu 5 menit untuk ganti baju!"
Semua anak-anak kelas pun lari kocar-kacir ke ruang ganti.
"Hey! Cepetan dong ganti bajunya!"
"Oi! Lama amat kali! Dandanan dulu ya?"
Yah mungkin seperti itulah suara yang terdengar di ruang ganti perempuan (pastinya). Aku dan Konan hanya bisa bersabar dengan kelakuan mereka.
Aku dan Konan hanya bisa bersikap santai, walau sebenarnya kami berdua juga diburu oleh waktu.
Di salah satu kamar ganti, seseorang keluar dan kami berdua segera menuju ke kamar itu.
"Kau saja duluan."
"Tidak, kau saja yang duluan, un."
"Tidak apa-apa nih?"
Aku pun mengangguk.
Sekitar 2 menit kemudian Konan keluar. Aku masuk ke kamar ganti yang dimasukinya.
Tak lama kemudian aku keluar, ternyata masih banyak juga anak perempuan yang belum menyalin baju mereka. Akhirnya kami meninggalkan ruangan ganti itu.
Tak lama semuanya pun sudah berada pada lapangan sekolah.
"Baik! Karena semuanya tepat waktu, jadi kita akan mulai pelajarannya!"
"Luas lapangan ini..." terang guru tersebut.
Sekitar 1 jam pelajaran kami hanya berdiri sambil mendengar omongan guru itu.
"Huu...selama ini hanya mendengarkan ocehan itu saja, un? Lebih baik aku tidak usah ikut olahraga saja, un!" ucapku kesal.
TING TONG
"Yak karena sudah istirahat berarti pelajaran kita hari ini dianggap selesai! Selamat istirahat *tring*!" ucap guru itu (dan lagi) mengacungkan jempolnya dengan giginya yang sangat menyilaukan.
Sama seperti sebelumnya, kembali lagi ke ruang ganti.
Kemudian, aku dan Konan ingin pergi ke kantin hanya sekedar me-refreshing saja. Tak tahunya ingin juga makan.
Kami berdua asik dengan pembicaraan tentang diri masing-masing.
Tak lama aku melihat seseorang, bukan seseorang, tapi segerombolan orang yang ketika mereka masuk, wajah anak-anak perempuan langsung terpikat oleh mereka. Hanya terdiri dari 3 orang saja, anak-anak perempuan bisa tepar ditempat karena melihat mereka.
"Siapa mereka, un?" jawabku santai dengan wajah innocent.
"Kau tak tahu mereka? Mereka adalah 3 orang terkeren di sekolah ini. Itu menurut anak-anak perempuan yang lain, aku tidak. Menurutku mereka hanya orang biasa yang penampilannya dilebih-lebihkan." Ucap Konan.
"Mmm...menurutku tidak, un. Mereka sepertinya penampilannya biasa-biasa saja, un. Tapi kenapa anak-anak perempuan jadi aneh begitu, un?"
"Itu karena mereka suka banget sama mereka bertiga itu Dei-chaan...mm oh ya, dia populer karena kepintarannya. Katanya sih, nanti kalu ada pemilihan ketua osis, dia yang akan dicalonkan menjadi ketua osis. Hebat ya, padahal baru beberapa hari di sekolah mau dicalonkan! Ada juga salah satu dari anak-anak perempuan di sini ada yang ngaku-ngaku jadi pacar orang itu. Bukan satu lagi, tapi sudah beberapa." Ucapnya sambil menunjuk ke arah seseorang laki-laki berambut hitam panjang diikat dan mempunyai mata onyx.
"Siapa namanya, un?"
"Itachi."
"O ya yang satu lagi, dan satu-satunya yang ada di sekolah ini. Manusia setengah hiu. Aku salut dengannya karena mempunyai kulit dan matanya yang mirip seperti hiu. Namanya Kisame." Ucap Konan lagi.
"Dasar, un." Ucapku. Sementara Konan asik menunjuk-nunjuk, tidak sadar aku melihat ke arah seseorang bertubuh tinggi (yah kira-kira 180-an lah), berambut merah, bermata coklat, dengan baju kemeja putih dengan satu kancing dibuka pada bagian atas, dasi biru tua, pada bagian lengan ditekuk (mungkin hanya 2 tekukan), kemeja dibiarkan terurai setengah, celana coklat, dan sepatu sneaker berwarna hitam puith.
Orang itu sedang memandang ke arah sekitar untuk mencari tempat duduknya dan 2 temannya. Saat orang itu sedang celingak-celinguk, walaupun terlihat dari wajahnya kalau orang itu mempunyai sifat yang cuek bebek. Tak sadar pandangan kami bertemu.
"Hey...hey Deidara. Oi..." sahut Konan yang sedang melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku tersadar dari lamunanku, entah aku sedang memikirkan apa. Kemudian aku mengalihkan pandanganku.
"Hei? Kau suka dengan orang itu?" ucapnya.
"E...emm...tidak ko." Ucapku dengan sedikit ke-blushing-an di pipiku.
"Orang itu namanya..." ucapannya terputus karena aku segera pergi meninggalkan kantin dengan wajah yang merah semerah buah ceri.
"Benarkan, kau memang suka padanya." Ucap Konan yang masih berada di kantin.
O To Be Continue O
Yah, itu baru chapter pertamanya…
Nanti bakal ada chapter keduanya ko!
DeiLu nerima flame, tapi gak terlalu pedes-pedes amat…
Di tempat DeiLu aernya lagi kritis *ditimpuk keran*
Okeh…para senpai sekalian…
Maukah…
Senpai sekalian…
R
E
V
I
E
W
Please? ^^
