Title : I'm Not a Liar
Desclaimer : Naruto Masashi Kishimoto
Pair : XXX x Naruto, All Seme x Menma, Menma x All Uke, Menma x Girls, Itachi x Kurama, etc (menyusul)
Rate : T (M for later)
Genre : Hurt & Family
WARNING! Yaoi, OOC, Typo, Bad!Menma (Bi Sex and playboy), Hurt!Naruto, Abuse, Mpreg, Death Chara.
So, Yang nggak suka boleh segera keluar dari dari cerita ini. Happy Reading.
.
.
.
Episode 1 : Aku tidak berbohong
.
.
.
"MMMMMggghhh...! Hhah.. Hah... MMMMgghhh!" Teriak seorang wanita kesakitan dengan nafas terengah – engah.
"Sedikit lagi Kushina! Berjuanglah!" Semangat suaminya sambil menggenggam tangan istrinya yang sedang kesakitan dalam proses persalinan ini.
Sekali lagi wanita itu mengambil napas dalam – dalam, "MMMGGHHAAAAaaaaaaa...!"
"Oeekkkk!" Berhasil! Wanita bernama Kushina itu berhasil dalam proses menyelamatkan seorang jiwa yang baru menyentuh bumi ini. Anak ketiganya itu lahir dengan selamat.
Suaminya segera memeluk istrinya, "Terima kasih sayang. Kau telah berjuang keras untuk menyelamatkan malaikat kita." Ucapnya dengan perasaan lega dan senyum mengembang disertai air mata yang mengalir dari kedua iris birunya. Istrinya dengan lemas membalas pelukan itu dengan senyum tipis dan tangis bahagia.
"Selamat Tuan dan Nyonya Namikaze. Anda telah berjuang keras untuk melahirkan kedua bayi lelaki ini nyonya. Dari tangisan mereka berdua, mereka pasti akan menjadi anak yang begitu bersemangat dan sehat." Ucap seorang dokter yang membantu dalam persalinan ini. Di tangannya terdapat sesosok bayi mungil yang sudah berbungkus kain karena baru saja di mandikan olehnya, sehingga kini jelas bahwa bayi tersebut memiliki rambut pirang secerah ayahnya dan berkulit tan kemerah – merahan serta memiliki tanda seperti 3 kumis kucing di kedua pipi kanan dan kirinya. Ia begitu imut dan lucu, membuat Kushina yang melihatnya segera meminta dokter untuk meletakkan di sebelahnya. Terlihat sekali binar kebahagian di mata lelahnya, Kushina segera mengelus pelan pipi anaknya tersebut.
Sementara itu, anaknya yang ia perjuangkan kelahirannya 1 jam yang lalu di gendong oleh sang suami. Ya, Kushina melahirkan anak kembar. Malaikat mereka yang ini memiliki rambut yang sama dengan adiknya dan memiliki tanda juga dikedua pipinya. Hanya saja ia berkulit putih. Minato menggendongnya dengan sangat hati – hati. Ia juga menatap anaknya itu dengan tatapan bahagia yang terkira. Bagaimanapun, kebahagiaan orang tua adalah ketika menyambut buah hati mereka terlahir ke dunia ini bukan? Kushina menatap Minato dengan air mata yang masih keluar dari kedua irisnya.
"Minato. Apa kamu sudah mempersiapkan nama untuk kedua anak kita ini sayang?" tanya Kushina di sela – sela senyumnya yang penuh kebahagiaan itu.
"Tentu saja Kushina!" Ucap Minato semangat. Ia menatap anak dalam gendongannya, "Yang ini bernama Menma.. dan yang kecil bernama.." Minato menatap bayi yang terdapat di sebelah Kushina, "..Naruto."
Kushina tersenyum lebar dan segera menatap kedua bayinya.
"Selamat datang malaikat – malaikat kecil kami! Menma Namikaze dan Naruto Namikaze! Kalian pasti akan menjadi anak yang sehat, semangat, saling mengasihi dan Jujur!" ucapnya dengan penuh keyakinan.
.
.
.
1 tahun kemudian
.
.
.
"saa..tuu... du..aaa... tiii..."
'BUK'
"HUUUWAAAA!" Naruto menangis dengan sangat kencang secara tiba – tiba.
"Ada apa Kurama?" Teriak Kushina dan Minato secara bersemaan dengan lari terburu – buru menuju ruang main anak – anak di rumah mereka. Kushina segera menggendong Naruto dan menepok pantatnya pelan – pelan untuk menenangkannya.
"Aku nggak tahu ma. Tiba – tiba saja Naruto nangis. Padahal dia lagi main sendiri di sana dengan mainan kodok karet itu." Ucap Kurama dengan kalang kabut. Lalu ia menengok ke arah Menma yang sedang mengemut jari jempol tangan kirinya sambil duduk di lantai, "Aku sedang menghitung langkah Menma waktu dia berjalan. Tapi saat Menma terjatuh dengan keras, malah Naruto yang menangis ma." Ucap bocah berumur 7 tahun itu.
Kushina dan Minato hanya saling tatap mendengar ucapan Kurama. Kushina pun menatap Naruto yang ada di gendongannya.
"Mana yang sakit sayang? Sudah – sudah.. Sakit nya hilang.. Sakitnya hilang.." Kushina mencoba menenangkan Naruto dengan mengusap – usap punggungnya pelan. Perlahan – lahan tangisan Naruto berhenti. Kushina yang sudah merasa lebih lega hanya menghela napas. Ia tidak tahu kenapa alasan Naruto menangis. Sekali lagi ia menatap Minato yang d balas Minato dengan senyum tipis sambil mengangkat bahunya.
"Sudah, Naruto main dulu ya. Mama sedang masak. Kamu hati – hati mainnya sayang." Ucap Minato sambil mengambil Naruto dari gendongan Kushina dan menurunkannya ke tempat tadi ia main. Tentu saja naruto tidak membalas apa – apa, tapi saat diturunkan, sekali lagi ia main dengan kodok karetnya yang bisa berbunyi sambil tersenyum riang, "Daa..da...daa.." ucapnya tidak jelas.
Minato menatap Kurama, "Tolong jaga adik – adikmu lagi ya Kurama." Ucap Minato pada anak sulungnya tersebut.
"Tentu saja pa! Serahkan padaku!" Ucapnya semangat dan cengiran lebarnya sambil mengepalkan tangannya di dada. Sementara Menma sekali lagi mencoba berdiri dengan bantuan bangku dan mencoba untuk jalan kembali. Sekali lagi, ketika Menma akan memasuki langkah ketiga...
'BUK!'
"HUUWAAAA!"
Lagi – lagi Naruto menangis dengan keras. Kurama panik. Kushina dan Minato hanya bisa menggeleng – gelengkan kepala mereka mendengar suara anak bungsunya yang sangat cengeng.
.
.
.
4 tahun kemudian (Naruto dan Menma berumur 5 tahun dan Kurama 11 tahun)
.
.
.
Bulan ini adalah bulan dimana salju turun dan pada hari ini, hujan salju itu telah berhenti dan meninggalkan jejak saljunya yang menumpuk sangat banyak di luar gedung. Hal ini menggoda anak – anak untuk bermain salju bersama teman-temannya di lapangan maupun untuk keluarga di halaman rumah mereka masing – masing.
"Wahhhh! SALJUUU!" Teriak Menma dengan semangat. Ia berlari dari pintu rumahnya menuju halaman rumahnya. Lalu berguling – guling di atas tumpukkan salju yang begitu banyak.
"Ayo kita buat boneka salju Menma!" Kurama tak kalah semangat untuk bermain di tumpukkan salju tersebut. Ia segera berlari menyusul Menma yang sudah guling – guling di tumpukkan salju tersebut.
Mereka berdua tampak menikmati permainan yang mereka mainkan. Tawa bahagia terdengar sangat jelas hingga ke dalam rumah. Kushina dan Minato tersenyum melihat kedua anaknya yang bermain dengan sangat riang di halaman rumah mereka tersebut.
Di satu sisi, anak berambut pirang dan berkulit tan hanya bisa menatap sendu kedua saudaranya yang bermain dengan akrab melalui jendela dari ruang keluarga rumahnya. Senyum tipis dan terlihat sedih tercetak jelas di wajahnya. Ia juga ingin bermain bersama kedua kakaknya. Tetapi kedua orang tuanya tidak mengizinkannya karena dia sedang di hukum. Bagaimanapun, Kurama dan Menma pada dasarnya tidak menyukai dirinya, jadi Naruto tidak memaksa kedua orang tuanya untuk mengizinkan dirinya ikut bermain di luar dan meminta keringanan hukumannya. Ia lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah dan menatap kedua saudaranya bermain dengan asik. Melihatnya saja Naruto merasa cukup. Ia merasa tak perlu di perhatikan, tapi cukup melihat keluarganya bahagia saja sudah cukup.
"Kamu tak perlu melihat keluar dengan pandangan seperti itu Naruto. Mama tidak akan mengizinkan kamu untuk keluar bermain." Ucap Kushina terhadap Naruto sambil melipat kedua tangannya di dada dengan wajah tegas.
Naruto menatap wajah mama nya dengan tatapan sedih, namun ia tersenyum tipis, "Tidak ma.. Nalu cukup liyat dali cini caja cukup." Ucapnya pelan. Ia sedikit takut dengan tatapan tajam dari mama nya.
Kushina menatap Naruto dengan tatapan menuntut, "Jadi Naru. Bisakah kamu tidak berbohong dan mencari perhatian seperti itu? Kau membuat mama malu di sekolah dengan alasan konyol mu yang kesakitan tanpa sebab. Mama tidak pernah mengajarimu seperti itu!" ucap Kushina keras.
Sementara Minato hanya menatap sedikit malas ke anak bungsunya. Bukan tidak peduli, tetapi ia sudah merasa sangat lelah dengan tingkah laku Naruto selama ini. Hal ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Setiap Menma yang terluka, pasti Naruto yang akan nangis dan mengatakan sakit. Padahal bukan dia yang terluka, tapi Naruto terlihat mencari perhatian dengan cara di buat – buat seperti itu.
Naruto sedikit bergetar takut. Ia tak pernah berbohong. Ia tahu mama nya selalu mengajarkannya untuk berbicara dengan jujur. Ia juga selalu mengatakan apa yang dirasakannya. "Tapi Nalu tidak boong ma." Ucapnya dengan suara bergetar. Sedikit air mata telah mengenang di kedua pelupuk matanya.
Ya, Naruto sangat yakin bahwa dia tak berbohong kepada siapapun.
Tapi hal ini malah membuat Kushina naik pitam. Ia merasa Naruto tidak jujur kepada dirinya. Dengan kesabaran yang telah habis, Kushina mengangkat tangan kanannya dan memukul pipi kiri Naruto sedikit keras.
'PLAAAK!'
Naruto terkejut. Ia sangat terkejut. Kini pipinya terasa panas dan air mata yang sudah di tahannya daritadi akhirnya mengalir keluar.
"Kamu harus jujur Naruto! Atau mama pukul lagi?!" bentak Kushina keras ke Naruto.
"Hiiksss... Nalu.. hiks.. ga boong... hiks.. cama mama.." ucapnya di sela – sela tangisnya yang ia tahan. Tangan kirinya memegang pipi kirinya yang terasa sangat berdenyut. Saat ini pipinya sudah merah dan panas.
"Masih tidak mau jujur juga?!" Geram Kushina.
Sekali lagi ia mengayunkan tangannya, kali ini tangan kirinya ingin menuju pipi kanan Naruto.
"MENMAAA!"
'PLAAK!'
Suara tamparan dan teriakan Kurama berbunyi bersamaan.
Kushina yang kaget dengan teriakan Kurama segera meninggalkan Naruto yang telah ambruk di tempat. Ia segera berlari keluar rumah bersamaan dengan Minato yang terlihat panik menuju halaman rumahnya.
"Menmaaa!" teriak Kushina dan Minato berbarengan. Minato segera menggendong Menma yang keningnya berdarah karena terbentur batu akibat terpeleset. Segera Kurama, Kushina serta Minato memasuki rumah menuju kamar Menma dan Naruto.
Naruto yag masih tertidur tengkurap di lantai ruang keluarga hanya dapat menatap nanar keluarganya yang tampak mengkhawatirkan Menma.
"Kepala... pipi Nalu.. cakit..." gumamnya pelan. Tak ada seorang pun yang dapat mendengar suaranya.
Perlahan pandangannya mengabur dan matanya terpejam erat. Ia pingsan.
'Aku tidak pelnah boong cama mama.' Ucap Naruto dalam hatinya.
Sementara itu, Menma yang sedang di rawat oleh mama papa dan kakaknya sedikit menggerutu sakit dan perlahan rasa sakit itu hilang. "Sudah ma, pa. Kepala Menma sudah tidak sakit lagi kok. Sepertinya sudah menutup lukanya."
"Syukurlah.." ucap ketiga orang yang mendampingi Menma saat ini. Terlihat sekali wajah lega ketiga orang tersebut setelah sebelumnya mereka tampak sangat tengang karena takut Menma kenapa - kenapa.
Ya, memang benar luka Menma telah menutup perlahan – lahan seolah-olah tidak ada luka di sana. Hal ini bukanlah hal yang mengejutkan untuk keluarga Namikaze ini. Mereka semua mengetahui bahwa regenerasi milik Menma memang sangat cepat. Luka yang di alaminya akan segera tertutup. Awalnya mereka sempat takut, tapi setelah melakukan pengecekkan ke dokter, dokter mengatakan bahwa jaringan darah milik Menma sangat bagus dan lebih cepat pembentukkannya dibandingkan orang biasa. Dokter itu mengatakan bahwa itu bukanlah penyakit, tetapi sebuah berkah yang telah diberikan kepada Menma. Tentu saja hal ini mendapat respon yang sangat baik dari Kushina dan Minato. Oleh karena itu juga, Menma menjadi anak kesayangan Kushina dan Minato. Berbanding terbalik dengan kembarannya, Naruto yang selalu di marahi dan dicueki oleh kedua orang tuanya.
Bagaimanapun, keluarga itu tidak mengetahui, bahwa Naruto dan Menma memiliki ikatan yang sangat kuat satu sama lain dengan Naruto sebagai porosnya. Awalnya Kushina khawatir dengan Naruto yang selalu merasakan sakit di saat Menma yang terluka. Setelah di cek ke dokter, Naruto dinyatakan tidak memiliki penyakit apapun. Dokter mengatakan bahwa Naruto hanya mencari perhatian kedua orang tuanya saja untuk memonopoli perhatian mereka. Oleh sebab itu Kushina dan Minato tidak pernah lagi percaya jika Naruto tiba – tiba kesakitan apabila Menma yang terluka. Mereka berpikir bahwa Naruto hanya memiliki rasa ego yang lebih tinggi untuk selalu di perhatikan. Oleh karena itu, Naruto selalu di marahi apabila ia mengatakan kesakitan dan dikatakan seorang anak pembohong.
Padahal mereka tidak tahu kenyataan yang akan membuat mereka menyesal di masa depan nanti saat sosok yang mereka diamkan itu tidak akan bisa mereka temukan kembali bagaimanapun caranya.
.
.
.
To be Continue
Mind if Review after Reading? Thank You.
