.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
PRAKATA!
Annyeong Reader-nim!
FF Ini saya buat sebagai pengganti dari satu FF yang saya hapus (Speak Now Luhan)
dan satu FF yang terpaksa harus Discontinue (A lady's pleasure) Karena novel aslinya sudah tidak ada di tangan saya.
UNTUK SAAT INI HANYA 4 FF YANG MASIH SAYA KERJAKAN.
Jadi mohon bantuan dan dukungannya! Annyeong!
-PinkupinkuHunnie-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
PinkuPinkuHunnie present
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Snow White Tears"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Main Cast :
Xi Lu Han (GS)
Oh Sehun
Huang Zitao(GS)
Park Chanyeol
Kim Jongin
Kim Junmyeon (GS)
.
Other EXO's member
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
WARNING!:
RATE M! NC
Maybe full of Dirty Talk and Sorry for Typo(s), OOC, abal abal story and other
.
.
.
.
.
.
Silahkan baca profil saya sebelum membaca dan mereview ff ini! :3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ONE
.
.
.
.
.
.
.
Ini adalah tahun keenam hubungan Sehun dan Zitao. Mereka sedang merencanakan sesuatu yang lebih serius dari ini, pernikahan. Yeah, walau tanpa menikahpun akan sama saja. Mereka berdua lahir dari orang tua yang kaya raya dan sempurna. Namun, keadaan membuat Zitao pergi meninggalkan keluarganya dan hidup seorang diri. menjadi gadis bengal, tanpa adat dan sopan santun. Rokok, alkohol, narkotika, dan sex adalah kehidupannya. Ia bahkan rela mengorbankan keperawanannya untuk seorang pemuda yang baru saja ia temui, Sehun, dan sampai saat ini mereka tetap bersama dan menjalin cinta. Bukan hanya Sehun yang pernah menikmati tubuhnya. Lelaki playboy paling berengsek di Gangnam, Park Chanyeol, Memberinya sebuah mobil mewah dan uang ratusan juta won untuk satu malam bersama Zitao. Jangan Lupakan pria lainnya, Kim Jongin, si pemilik bar dan bos pembunuh bayaran paling fenomenal di Seoul itu pun sukses membuat Zitao menjadi wanita paling glamor di seluruh penjuru kota. Zitao mendapatkan semuanya dari ketiga pria itu, Sehun, Chanyeol, dan Jongin. Mereka berempat menjadi dekat dan bersahabat. Meski bukan dalam konotasi yang baik, Sehun dan Zitao tidak pernah memikirkan perasaan cemburu sedikitpun.
Jangan kau pikir Sehun adalah pria baik baik. Dia pria mengerikan dengan tempramen tinggi, pemilih, high class dan menjadi laki laki paling diminati seluruh wanita di Korea Selatan. Bahkan mereka rela mati untuk satujam bersama Sehun. Ayahnya Kris Wu adalah seorang pengusaha besar yang memiliki berpuluh puluh cabang perusahaan. Ia adalah orang paling kaya raya kesepuluh di Asia. Dan Sehun adalah pewaris tunggal semua harta ayahnya. Bagi Sehun dan ayahnya, harta dan tahta adalah segalanya.
"Apapun yang Ibu lakukan aku akan tetap menikahinya." Sehun membuat suasana pagi itu menjadi panas dan penuh amarah.
"Sehun, kali ini saja bisakah kau mendengarkan Ibu?" Junmyeon, ibunya berhenti dari kegiatan rutinnya-memotong buah- dipagi hari.
"Apa Ibu sebegitu pentingnya untuk hidupku?" Sehun berucap malas.
"Ibu ingin kau menikahi wanita yang lebih baik Sehun."
"Apa Zitao tidak baik dimatamu huh?!" Sehun lagi lagi menggebrak meja makan kaca itu.
Ibunya terlonjak, dan menarik nafas. "Dia gadis nakal yang akan membawamu kejalan yang buruk Sehun."
"Sayangnya aku sudah ada dijalannya. Dan ibu akan mengatakan bahwa aku anak yang buruk? Begitu? Hmm?"
Junmyeon tidak menjawab, dia tidak tahu bagaimana lagi caranya agar memisahkan Sehun dengan Zitao. Karena baginya Zitao adalah pembawa keburukkan bagi anaknya.
Suara langkah kaki Kris terhenti saat melihat kesunyian diantara sepasang Ibu dan anak itu. "Ada apa lagi pagi ini, Hmm?" Dia masih mengancingkan lengan kemejanya.
Sehun menatap ibunya tajam dan Junmyeon hanya mengalihkan pandangannya. "Tidak ada apa apa. Good Morning Kris." Junmyeon tersenyum.
"Morning Sweetheart." Kris mendekat pada Istrinya, dan mencium bibirnya singkat.
"Morning Ayah." Sehun menatap ayahnya sekilas.
Junmyeon berdiri menyiapkan sarapan untuk suami dan anak tunggalnya. Tanpa mengatakan sepatah katapun lagi untuk balasan perkataan anaknya.
"Hari ini aku akan berangkat ke Singapura. Dan dua hari lagi ke China. Pastikan kau menjaga Ibumu dengan baik, Sehun." Kris memotong rotinya.
"Ya, akan kuusahakan." Sehun berdiri dan mengambil jas hitamnya, kemudian pergi begitu saja setelah melahap sarapannya.
"Dia selalu begitu?" Kris menatap Istrinya.
"Iya, semenjak aku tidak menyetujui keinginannya."
"Untuk?"
"Menikah dengan Zitao." Junmyeon terlihat lelah saat mengatakan itu.
"Ohok ohok!" Kris terbatuk saat meminum jus lemon dengan madu favoritnya. Junmyeon mengusap punggung suaminya pelan.
"Aku.. juga tidak menyetujuinya Sayang. Gadis itu terlalu buruk."
"Tapi aku tidak tahu lagi bagaimana melarangnya. Ia terus bersikukuh." Junmyeon menutup wajah dengan kedua tangannya, ia lelah.
"Tenangkan dirimu sayang. Tetap larang dia. Dan aku akan menemukan caranya saat kembali ke Seoul." Kris berdiri untuk memeluk Istinya, dan mengusap rambut panjang nan indah itu.
.
.
.
.
Sebuah Stilleto merah tua berbunyi anggun saat melangkah menuju ruang kerja Sehun. Gadis itu masuk dan menaruh beberapa berkas untuk atasannya.
"Sajangnim, semua ini yang harus anda tanda tangani." Dia Baekhyun, sekertaris Sehun yang ceria dan penyuh senyum.
"Mendekatlah." Sehun menyilangkan kakinya.
Baekhyun mengedipkan matanya berkali kali sampai akhirnya ia menurut, mendekat kearah Sehun.
"Berikan aku morning kissmu. Kemudian akan kutandatangani ini." Sehun mengangkat sebelah alisnya.
"Tapi.. saya tidak seharusnya melakukan itu sajangnim." Baekhyun menolak.
"Hanya satu kali, itu tidak sulit bukan? Aku tahu kau bukan wanita yang sepolos itu." Sehun mberucap dengan nada menghina khasnya.
Baekhyun merasa seperti ditusuk hatinya. Tentu saja dia wanita baik baik! "Maaf saya permisi."
Sehun hanya tertawa sinis dan berdiri. "Satu."
Baekhyun berhenti dari langkahnya, padahal ia sudah mencapai pintu keluar.
"Dua." Hitung Sehun
Baekhyun meremas jemarinya.
"Tiga." Baekhyun berbalik dan sedikit berlari kearah Sehun yang tersenyum penuh kemenangan.
Satu ciuman ia layangkan ke bibir atasannya itu. Baekhyun tidak mau lagi melakukan permintaaan seperti ini dari atasannya. Terakhir kali Baekhyun melakukannya, ia nyaris ditelanjangi dan direnggut keperawannannya.
Sehun mendorong tubuh Baekhyun hingga ke dinding, kemudian meremas kedua payudara sintal milik Baekhyun yang terpahat jelas dari balik kemejanya.
Baekhyun mendorong pelan tubuh Sehun saat pria itu mulai menyentuh bagian bawahnya yang sensitif. Kemudian gadis itu berlari keluar ruangan.
Dan Sehun tertawa puas melihat ketakutannya.
.
.
.
.
"Pagi, sayang." Chanyeol berbisik sambil menepuk bokong sintal yang terbalut rok span pendek menggoda.
Wanita itu memejamkan matanya geram, membuat Chanyeol semakin gencar memberi serangan nakal padanya.
"Kau semakin seksi." Chanyeol menghirup aroma bunga dari rambut wanita itu.
"Ini bahkan sudah hampir siang Chanyeol." Wanita itu menjauh dengan risih.
Dia adalah Wanita idaman seorang lelaki berengsek bernama Park Chanyeol. Namanya Do Kyungsoo, seorang karyawan baru di kantornya. Semunjak dua bulan lalu, Chanyeol jatuh hati pada wanita ini, namun Kyungsoo dingin dan ketus. Belum lagi Kyungsoo wanita baik baik dan jelas sekali ia tidak menyukai lelaki semacam Chanyeol.
"Hei hei hei, kenapa kau selalu menghindariku, huh?"
Kyungsoo tidak menjawab dan naik ke lift, Chanyeol mengikutinya. Sampai Lift terhenti di lantai yang dijutu, Kyungsoo tetap bungkam. Chanyeol menggertakkan giginya dan menarik lengan mulus Kyungsoo.
"Jawab aku."
Kyungsoo menatapnya tanpa minat. "Haruskah?"
Chanyeol tertawa remeh. "Ya."
"Percuma, kau tidak pernah berubah." Kyungsoo menghempaskan tangannya, dan berbalik dengan wajah kecewanya, membuat Chanyeol diam disana.
Kyungsoo tidak benci Chanyeol. Kyungsoo menyukainya, menyukai perhatian dan cinta Chanyeol padanya. Namun Chanyeol terlalu gelap baginya. Chanyeol hobi bermain main dengan wanita, secara tidak langsung menimbulkan keraguan dalam perasaan Kyungsoo padanya. Kyungsoo menjadi ragu dan takut padanya. Hanya saja Kyungsoo menutupinya dengan wajah ketus dan dinginnya. Padahal wajah itu sangat lucu saat tersenyum. Kyungsoo tidak peduli lagi.
"Pria macam apa dia?! Satu hari bilang cinta, sehari kemudian pesta pesta dengan wanita lain. Mana bisa aku percaya dengan cintanya?!" Kyungsoo mendudukkan bokongnya ke kursi hitam empuknya. Ocehannya soal Chanyeol sukses membuat rekan kerjanya menoleh padanya.
Ia terus memaki maki atasannya itu, sampai sebuah telepon datang ke ponselnya, sebuah telepon masuk yang membuat hati Kyungsoo berbunga bunga dan tersenyum lebar tiada tara, telepon dari Tuan Xi.
Bukan, Tuan Xi bukanlah lelaki tambatan hati Kyungsoo. Tuan Xi adalah seorang lelaki tua, yang mempekerjakan Kyungsoo di mansionnya. Hanya saja tuan Xi berada di China sejak tiga bulan lalu, sehingga Kyungsoo harus mencari pekerjaan selagi ia tidak berada di tepat tuan Xi, maka dari itu dia disini.
.
.
.
.
Snow White Tears Chapter 1
.
.
.
.
Malam itu Zitao sedang menikmati hisapan demi hisapan pada rokoknya. Bunyi bel membuatnya sedikit kesal. Tapi saat bel itu berbunyi tiga kali dengan tempo cepat Zitao langsung mematikkan rokoknya dan memakai kimono tidurnya asal, saat di rumah Zitao tidak suka memakai bra, dia lebih memilih telanjang dan hanya berbalut celana jeans atau celana dalam saja. Ia tahu, bila bel berbunyi tiga kali dengan jeda yang cukup panjang, itu Kai. Jika bel berbunyi tidak mengikuti musik dan terburu buru, maka itu Chanyeol. Dan jika bel berbunyi tiga kali saja, maka itu Sehun. Zitao membuka pintu dengan pose seksinya, dan jackpot. Dia bahkan kedatangan ketiganya. Zitao tidak tersenyum sedikitpun. Dia harus melambaikan tangan pada angan angan sexnya bersama Sehun. Jika ketiganya datang, mungkin saja mereka akan bermain bersama sama diatas ranjang king size milik Zitao. Oh ayolah, Zitao bahkan sudah pernah merasakan dihujam oleh Ketiganya secara bersamaan. Satu di mulut, satu di vaginanya, dan yang terakhir di lubang anusnya. Dan ia tidak pernah merasa keberatan dengan itu.
"Ck.. aku tidak butuh harimau putih dan beruang malam ini. Aku hanya ingin srigalaku. Jadi kalian berdua bisa pulang dari tempatku. Mengerti?" Zitao menyisir rambut pirangnya dengan jari.
Chanyeol hanya tertawa sambil terus masuk kedalam kediaman Zitao, yang sudah seperti kediaman ketiganya.
"Tenangah panda, kami tidak akan menghujam vagina basahmu, atau lubang lubangmu yang lainnya malam ini." Chanyeol dengan perkatan frontalnya seperti biasa.
"Kalau kau ingin malam panas bersama srigalamu, maka kami berdua takkan mengganggu." Kai dengan tawa mesumnya menatap Zitao dalam.
"Persetan aku tidak percaya omongan kalian berdua keparat!" Zitao menggandeng tangan Sehun , yang sedari tadi hanya diam seribu bahasa.
Sehun terduduk di sebelah Zitao setelah melepaskan jas hitamnya. Dia terus memikirkan perkatan Ibunya, yang paling tidak menyetujui hubungan seriusnya dengan Zitao.
Sehun baru mau membuka mulut saat ia melihat Chanyeol sibuk dengan Rokok elektrik dengan varian rasa favoritnya, dan Kai atau Jongin berjalan sambil telanjang dada ke kamar mandi.
"Kurasa kau harus mendekati kedua orang tuaku." Sehun menatap Zitao lekat.
Zitao berpindah kepangkuan lelakinya sambil menggantungkan kedua tangannya ke leher Sehun. "Tidak masalah."
Dan Sehun mengangguk. "Kau baik sayang?" Zitao mengusap pipi Sehun dan lelaki itu hanya diam.
"Entahlah." Jawabnya singkat sambil mengusap wajahnya kasar.
"Kau lelah? Mau Sex?" Zitao berbisik sambil tersenyum.
"Oh fuck! Mendengarnya saja sudah membuatku tegang." Sehun tersenyum singkat.
"Jadi~~?" Zitao mengelus ngelus dada Sehun dengan telunjuknya.
"Aku lelah Zizi.."
"Biar aku yang bekerja."
"Kalau begitu. Oke saja."
.
.
.
.
.
.
"Anghh—kau bilang kauhh lelahhn..ahhh.." Zitao membenamkan wajahnya ke bantal saat bokong sintalnya terus bergerak seirama dengan hujaman penis Sehun di vaginanya.
"Hahaha.. persetan dear. Vaginamu terlalu nikmat." Sehun meremas bokong Zitao dan terus menamparnya keras keras.
"Aw—sakithhh bod..ohhn..aaahh-!"
"Oh ya? Bagaimana dengan ini?" Tangan Sehun meraih kedua bongkahan payudara Zitao dan meremasnya kuat, sambil mencium punggung penuh tatto milik wanitanya.
"Arghhnnn—shit! Kenapa sentuhanmu malah terasa nikmat! Owhhnn-!" Zitao menahan tubuh dengan kedua lengannya, masih dengan pinggul maju-mundur.
BRAK BRAK BRAK—pintu itu dipukul dan ditendang keras oleh seseorang diluar sana.
"Diam keparat! Aku sedang memanjakan Penisku!" Tutur Sehun frontal.
"Oh Fuck! Apa yang kalian lakukan? Sex lagi? Ayolah Zizi sudah terlalu longgar! Hahaha!" Suara berat Chanyeol menggelegar saat ia tertawa dan berteria
"Berengsek kau! Kau pikir ini karena siapaa? Penis kalian bertiga terlalu besar!" Zitao berteriak dari dalam kamarnya.
Chanyeol dan Kai tertawa jahat bersamaan dengan desahan panjang dari Zitao, tanda berakhirnya permainan mereka.
.
.
.
.
.
"Aku akan ke New York."
"Sendirian?" Sehun membenarkan letak kacamatanya, sambil terus memandang kearah MacBook nya.
"Kai memberiku tiket pesawat dan voucher belanja dengan cuma cuma disana."
"Hmm begitu.. berhati-hatilah." Sehun, masih dengan nada datarnya.
"Kau tidak khawatir?" Zitao menggembungkan pipinya.
"Aku sibuk Zi. Diamlah."
"Terserah kau saja." Zitao menyerah dengan sikap dingin Sehun dan lebih memilih membanting tubuhnya ke ranjang, ke sebelah Sehun.
.
.
.
.
.
.
Snow White Tears Chapter 1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selama Kris pergi, entah kenapa Sehun malas sekali pulang kerumah. Dia bahkan tidak memberi kabar pada Junmyeon, Ibunya, dan terus menerus menolak panggilan dari sang Ibu. Sehun tidak suka Ibunya, setelah Ibunya menolak keras hubungannya dengan Zitao. Memang ada wanita lain? Begitulah pikir Sehun. Singkat. Sehun hanya tidak mau membuang waktu untuk vagina vagina wanita lain yang sama sekali tidak menarik dimatanya. Sehun bukan Kai yang dengan mudahnya bersetubuh dengan wanita, lalu melupakannya. Sehun juga bukan Chanyeol, yang mencintai seorang wanita tetapi masih bisa bersama wanita lain dengan mudahnya. Sehun adalah Sehun, pemilih, idealis, dan loyal.
"Sajangnim. Anda terlambat dua menit hari ini. Anda baik?" Baekhyun mengekori Sehun saat pria itu baru saja keluar dari mobilnya.
"Hanya karena kau kuperlakukan sedikit spesial dari wanita lainnya bukan berarti kau bisa bertanya seenaknya padaku Baekhyun."
Baekhyun menunduk. "Maaf sajangnim. Saya lancang."
"Kau tidak kumaafkan." Ucapnya ketus sambil terus berjalan, tanpa mengindahi keberadaan Baekhyun.
Ini fatal, Jika sehun sudah mengatakan itu maka hanaya ada dua kemungkinan, dipecat atau turun jabatan menjadi karyawan biasa. Oh itu mimpi buruk. Tentu saja!
"Apa yang harus saya lakukan agar Sajangnim memaafkan saya?" Baekhyun berucap lirih sambil setengah berlari.
Sehun tersenyum jahat sebelum akhirnya membalikan badan, menatap Baekhyun dengan mata sayu nya. "Datang ke tempatku sepulang kantor."
"Tempatmu?" Baekhyun mengulang.
"Ya. Alamatnya ditempel di meja kerjaku, ambil dan datanglah malam ini."
Baekhyun ragu. Peluh menghiasi wajah cantiknya. Ia tidak punya pilihan, ini cara agar mempertahankan posisinya dengan gaji yang fantastis. Baekhyun bukannya gila uang, ia hanya harus membiayai keluarganya, ia punya banyak adik. Dan mereka semua masih kecil.
"Baiklah."
"Bagus." Sehun kembali melangkahkan kaki.
Bukan, itu bukan kediaman Sehun. Membawa wanita dan memberi 'pelajaran' pada wanita itu dirumahnya, sama saja bunuh diri. ia bisa digantung di perapian kamar Ayahnya. Tentu saja, itu kediaman Zitao. Kediaman Zitao sudah seperti kediaman Sehun, Kai dan Chanyeol. Dan sore ini Zitao akan pergi bersama Kai. Itu berarti Chanyeol dan Sehun bisa menggunakan kediaman Zitao semau keduanya. Toh,Zitao tidak masalah dengan itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Baekhyun keluar dari ruang rapatnya tepat saat jam makan siang. Baekhyun menyempatkan diri keluar dari kawasan perkantorannya dan menjauh sedikit kearah pusat kota. Baekhyun datang ke sebuah restoran China untuk bertemu dengan seseorang. Saudara Kembarnya. Mereka bukan kembar identik, mereka tidak terlalu mirip. Kau pasti pernah melihat tipe kember seperti ini. Seperti Sol A dan Soo A, anak kembar pesepakbola Lee Dong Gook. Mereka kembar, tapi sama sekali tidak sama.
"Unnie!" Ucap seseorang didalam sana.
Baekhyun menangkap mata itu dan tersenyum lebar. Ia berlari kearah gadis diujung sana. "Sudah kubilang jangan panggil aku Unnie! Kita lahir di hari yang sama!" Baekhyun memukul pundak gadis itu pelan.
"Kau lahirpukul sebelas lewat lima puluh lima menit di malam hari. Dan aku lahir sepuluh menit setelahnya. kita bahkan punya tanggal lahir yang berbeda."
"Ayolah Kyung. Hanya karena hal itu! Kau tidak berubah, tetap detail seperti dulu." Baekhyun memeluk saudara kembarnya Kyungsoo.
Mereka berdua saudara kembar yang dipisahkan. Kyungsoo diambil oleh keluarga Do dan menjadi anak dari keluarga itu sebagai bayaran dari tuan Do yang memberi jaminan hidup untuk keluarga Byun. Dan dengan itu Keluarga Baekhyun tidak terlalu kesulitan. Yeah, itu sebelum ayahnya pergi dari hidupnya, meninggalkan Ibunya Heenim yang cantik jelita. Kesendirian membuat ibunya menjadi wanita tidak beradab. Ibunya gila uang, stress, mabuk mabukan, dan menjadi simpanan duda duda kaya raya diluar sana. tapi ia sama sekali tak memberikan sepeserpun uang untuk anak anaknya. Disaat saat sulit itulah Kyungsoo, selalu datang membantu Baekhyun dan adik adik mereka.
"Hari hariku semakin berat. Sajangnim punya tempramen tinggi. Dia pemarah dan seenaknya."
Baekhyun merajuk pada Kyungsoo yang sedari tadi sibuk dengan tumpukan mandu dihadapannya.
"Heii.. kau dengar aku kan?" Baekhyun menaruh dagu diatas meja sambil terus cemberut.
Baekhyun memang begitu, dia manis, lucu dan lembut. Sementara Kyungsoo dingin, tegas, dan pemberani. Bukan berarti Kyungsoo jelek, Kyungsoo juga cantik, manis dan lucu, jika saja ia lebih percaya diri. Kyungsoo sedikit tertutup, tetapi Park Chanyeol bisa dengan mudah menemukan titik indah dari seorang Kyungsoo. Dimata Chanyeol Kyungsoo adalah wanita paling indah. Setidaknya untuk saat ini, karena mungkin saja lelaki super playboy itu pindah ke lain hati.
"Aku dengar Baekii, dan ngomong ngomong aku sangat penasaran dengan sajangnim mu itu?" Kyungsoo menaruh sumpitnya.
"Oh—"
Kyungsoo memicingkan matanya.
"—Sehun." Sambung Baekhyun datar.
"Oh sial! Pantas saja!"
"Wae Wae wae? Kau tahu soalnya?"
"Bukan, aku bahkan tidak mengenalnya. Tapi, ayolah seorang Oh Sehun. Semua orang bahkan tahu sifatnya. Itusudah menjadi rahasia publik Baek."
"Sulit sekali mempertahankan posisi sebagai sekertarisnya. Dia sangat—"
"Mesum?" tebak Kyungsoo.
"Yeah. Kau benar." Baekhyunmenundukkan kepalanya.
Kyungsoo tersenyum dan mengusap puncak kepala saudara kembarnya. "Kau harus kuat Baekki."
"Thanks." Baekhyun tersenyum setelah mendapat tepukan kepala dari saudarinya.
"Lalu kau? Masih dengan nona mudamu?" Baekhyun menyuapidaging sapi rebus dan sayuran ke mulutnya.
"Nona muda dan tuan Xi sedang berada di China. Mereka akan pulang. Aku senang bisa kembali pada keluarga Xi." Ucap Kyungsoo yang tanpa sadar terus tersenyum.
"Aku juga ikut senang. Nona mudamu sangat baik hati, dia juga sangat cantik."
"Iya, terkadang semua orang takut dan jijik melihatnya. Tapi aku tidak begitu. Aku sangat.. mengaguminya."
Baekhyun tersenyum, dan Kyungsoo sedikit tertawa malu. "Baekhyun.."
"Ya?"
"Aku jatuh cinta."
Baekhyun mendongak melihat wajah merah milik adiknya. "Jinjja? Hoaa—siapa lelaki yang menarik perhatian Kyungsooku yang dingin ini?"
"Atasanku."
"Atasanmu? T—tuan Xi?" Baekhyun berucap ragu.
"Bukan! Aku bekerja di sebuah perusahaan selama tuan Xi berada di China."
"Oh begitu. Jadi siapa dia?"
Kyungsoo mengeluarkan sebuah foto yang diambil di depan sebuah gedung. Itu fotonya bersama Park Chanyeol, saat pertama kali ia memasuki perusahaan itu.
"Woa—dia sangat tampan." Puji Baekhyun
"Benarkah? Dia atasanku, Park Chanyeol."
"Hmm~bagaimana bisa kau menyukainya?"
"Dia duluan yang memulai, dia terus menatapku dan mendekatiku. Dan sebulan kemudian dia menyatakan cinta. Tapi aku belum menerimanya. Dia masih mendekatiku, mungkin saat dia menyatakan cintanya lagi. Aku akan menjawab, iya." Kyungsoo tertunduk malu malu.
"Aku ikut senang Kyung! Aku harap kalian bisa benar benar berhubungan." Baekhyun tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya didepan Kyungsoo. ia senang Kyungsoo jatuh cinta. Karena selama ini Kyungsoo terlalu kaku.
Dengan bertemu Kyungsoo, Baekhyun bisa lebih tenang. Setidaknya ia bisa melupakan hukuman dari Sehun yang menantinya malam ini, Baekhyun tidak tahu dengan baik hukuman macam apa itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Baekhyun melangkahkan kakinya dengan gugup malam itu. Kediaman Zitao ada di kawasan perumahan elit di Seoul. Tidak banyak orang keluar pada malam hari. Baekhyun dengan debaran kencang di dadanya menekan bel.
Zitao membuka pintu dengan malas, dan menatap Baekhyun sinis. "Siapa?" Tanya Zitao ketus.
"Baekhyun imnida. Aku diminta kemari oleh Sehun Sajangnim."
"Hmm.. sialan, kau jalangnya? Shit! Keparat dia!" Zitao melempar rokok yang baru saja ia beri beberapa hisapan.
"Bu—bukan! Aku sekertarisnya. Sehun sajangnim memintaku kemari."
"Hooh. Dia tidak ada. Dan aku kekasihnya. Sekarang kau pulanglah dada besar!"
Mendengar itu Baekhyun spontan menutupi dadanya dengan kedua tangan. Mungkin kemeja kerjanya terlalu tipis. Baekhyun sedikit membungkuk dan membalikkan badannya.
BRUUK—
"Ahh-!"
Baekhyun justru menubruk orang lain yang berjalan kearahnya. Ia nyaris saja jautuh, kalau tangan kokoh itu tidak menggenggam lengannya.
"Eits—kau baik?" suara berat itu kedengaran begitu menggoda ditelinganya.
Baekhyun masih mematung. Ya tentu saja! Sebelah tangan lelaki itu justru digunakan untuk meremas sebelah payudara Baekhyun. Tangan besar pria itu rasanya benar benar pas dengan ukuran payudara Baekhyun.
"Bbbb—baik tuan. A—aanu.. tangannya." Baekhyun memberanikan diri mendongak. Menatap pria itu.
Dia tampan, tubuhnya tinggi tegap. Dan senyumannya mematikan. Baekhyun tersipu. Lelaki itu berambut merah, ya...itu Chanyeol.
"Mencari siapa nona cantik?" Chanyeol melepas genggamannya dan membantu Baekhyun berdiri tegap kembali.
"Dia mencari Sehun. Kubilang dia tidak ada." Zitao kembali dengan nada kesalnya.
Seperti mendapatkan mangsa, Chanyeol menatap Baekhyun dengan kilatan nafsu birahi dan ia menjilat bibirnya. "Hmm.. kalau begitu kenapa tidak menunggu di dalam? Aku bisa menemanimu." Chanyeol tersenyum miring.
Baekhyun spontan menggeleng dan berjalan menjauh. "Saya permisi." Ucapnya terburu-buru.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jika ayahnya tidak menghubungi Sehun mungkin ia takkan pulang kerumah. Bagi Sehun, lebih baik memberi hukuman pada Baekhyun dan menghujam lubang perawannya selama semalaman dibandingkan harus pulang dan melihat ibunya. Tapi menghukum Baekhyun dan lubang perawannya sudah bukan apa apa jika ayahnya sudah bicara. Sehun terpaksa harus menghukum Baekhyun dilain hari.
"Kau pulang Sehun-ah?"
"Ibu tidak buta kan?" Balasnya ketus.
Ibunya menggeleng pelan.
"Kalau begitu kenapa bertanya." Sehun pergi begitu saja sambil membentur pundak Ibunya.
Junmyeon hanya terdiam. Wanita cantik itu tahu, terus menolak permintaan anaknya adalah yang terbaik. Junmyeon tidak akan menyia nyiakan hidupnya untuk membiarkan anak semata wayangnya menikah dengan perempuan berantakan yang tidak punya adat.
Sehun masuk ke kamarnya. Kamar dengan dua pintu dan ukuran eksta besar. Kamarnay rapi dan bersih. Tapi tetap saja, ia lebih memilih tidur di kediaman Zitao ketimbang di kediamannya sendiri.
Sehun menaruh Jas dan tas kantornya di kursi kerjanya. Matanya menangkap sesuatu diatas tempat tidurnya. Sehun mendekat dan mengambilnya, sebuah buku? Bukan ini bukan buku biasa. Ini buku tahunan. Saat ia masih taman kanak kanak. Buku ini sudah sangat tua dan lama. Bahkan di beberapa bagian sudah luntur terkena air atau robek dimakan rayap. Tapi Kenapa ini bisa ada disini? Ah! Sehun tahu! Pasti ulah ibunya! Tidak salah lagi!
Pas sekali! Sehun mendengar seseorang naik keatas tangga dan lama kelamaan mendekat. Ibunya membuka pintukamarnya.
"Sehun-ah. Ibu mengambilnya dari lemarimu. Apa boleh ibu ambil?"
Sehun tahu yang ibunya maksud adalah buku tahunan itu. Dia berdiri dan memberikan itu pada Ibunya. Kemudian Ibunya pergi dengan sopan.
Sebenarnya Kris yang meminta Jnmyeon mengambil buku itu. Tapi Junmyeon tidak tahu untuk apa. Ia ingin menelepon suaminya itu, tetapi ia tahu suaminya masih sibuk. Jadi ia lebih memilih tidur dan menanyakannya esok hari.
.
.
.
Junmyeon terbangun dari tidurnya di tengah malam. Ia berjalan kearah meja makan dan membuka tudung saji yang terbuat dari rotan itu,. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya ketika melihat anaknya tetap memakan semua masakannya. Ia percaya Sehun akan luluh suatu saat nanti.. suatu hari nanti.
Junmyeon jadi teringat maksud Kris tadi sore. Jadi setelah mengambil secangkir teh Junmyeon kembali ke kamarnya. Ia membuka handphonenya, dan pas sekali! Kris menghubuninya.
Sudah tidur?
Begitulah isi pesannya, dan Junmyeon terseyum. Tak lama kemudian Kris meneleponnya.
"Yeobo.. aku bertemu tuan Xi. Kenalan lamaku. Kau ingat?"
"Tentu saja." Junmyeon tersenyum, akhirnya ia bisa mendengar suara suaminya.
"Kau ingat cucunya?"
Junmyeon membulatkan matanya, tuan Xi? Cucunya? Junmyeon mencoba mengingat ngingat, namun nihil. "Aku tidak ingat."
"Cucunya pernah lulus di taman kanak kanak yang sama dengan Sehun. Kau pasti mengingatnya!"
"Ah! Aku ingat! Rambutnya pirang! Ah! Astaga bagaimana bisa aku melupakan gadis cantik dan baik hati itu." Junmyeon menepuk pelipisnya pelan.
"Meskipun sebenarnya dia berbeda dua tahun dengan Sehun. Tapi dia masih kelihatan segar dan cantik."
"Iya, aku ingin bertemu dengannya lagi."
"Aku menemukannya sayang.."
"Menemukan? Apa maksudmu?" Junmyeon sedikit mengerutkan dahinya.
"Pengganti Zitao."
Junmyeon kehabisan kata kata, penantiannya selama ini akan terganti, penolakannya selama ini berbuah hasil.
"Sehun aku jodohkan dengan cucu tuan Xi."
.
.
.
.
.
.
.
"..Namanya Luhan. Xi Lu Han..."
.
.
.
.
.
Snow White Tears Chapter 1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini Zitao akan pergi ke New York bersama Kai. Dan wanita itu bersikukuh bahwa ia ingin Sehun mengantarnya ke Bandara. Padahal malam itu Sehun masih ada pertemuan. Pada Akhirnya ia harus pergi ketempat Zitao, dan meninggalkan kantornya lebih awal.
"Sa—sajangnim!" Baekhyun memanggilnya.
"Cih! Kau selalu saja menghambatku. Katakan apa maumu hari ini huh?!" Ucapnya sedikit kasar.
"Malam ini ada pertemuan. Lalu.. kemarin.. soal hukuman itu.. bisa saya menerimanya hari ini? Saya masih ingin bekerja sajangnim.." Baekhyun kalut dalam perasaannya, sampai ia begitu terbata bata.
"Wakili aku malam ini.. dan.."
"Temui aku malam ini juga, seusai rapat. Datang ketempat kemarin. Pastikan kau menghubungiku setelah sampai disana. arra!"
"Arraseo sajangnim."
Sehun sedikit mempercepat langkahnya, meninggalkan Baekhyun yang menunduk hormat padanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau tidak pernah menceritakan padaku soal wanita itu."
"Aku sudah berkali kali menceritakannya padamu, namanya Byun Baekhyun dan dia sekertarisku." Sehun memberhentikan laju mobilnya dan menatap manik hazel Zitao dalam, seakan ia bisa menyelam kedalam sana.
Sulit dipercaya, Zitao tidak pergi bersama Kai. Mereka menunda penerbangan menjadi hari ini, karena Kai masih punya beberapa urusan di Korea kemarin.
Sehun yakin Zitao tidak cemburu, mungkin Zitao hanya kesal. Kau perlu tahu bahwa Zitao orang yang mudah marah hanya karena hal kecil.
"Jadi berhentilah cemberut Zizi." Ia kembali memutar setir mobilnya, membawa Zitao ke Bandara.
"Ada satu Syarat!"
"Apa itu?" Sehun tahu, ini akan menguras lagi isi dompet atau tabungannya. Tapi ayolah itu hanya hal kecil. Yeah, itu hanya hal kecil sebelum Zitao dan Sehun merencanakan pernikahan.
"Beri aku uang saku selama sepuluh hari di New York."
"Tiga puluh juta won? Lima puluh juta won?"
"Beri aku separuh dari isi black cardmu." Ucap Zitao santai.
"Tidak masalah." Sehun berucap santai.
"Tapi jangan pernah minta apapun padaku lagi. Termasuk impianmu menikah, buang itu jauh jauh." Sambung lelaki itu dengan dingin.
Zitao menghela nafas berat dan kembali cemberut. Bahkan lebih parah dari sebelumnya. Yeah, Zitao memang memiliki sifat buruk lebih banyak ketimbang sifat baiknya.
"Bukankah aku sudah memberimu uang saku? Kurasa itu bahkan bisa dipakai untuk menonton konser selama satu bulan setiap harinya. Hilangkan sedikit sofat borosmu itu Zizi."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sehun memberi sebuah ciuman di bibir merah Zitao. Wanitanya memeluk begitu erat, sebagai tanda permintaan maaf atas sikapnya di perjalanan tadi.
"Aku menjaganya, jadi kau tenang saja." Kai menepuk pundak Sahabatnya.
Sehun tersenyum samar pada Kai. "ya, aku mengandalkanmu kawan."
Zitao melambaikan tangannya pada Sehun yang tetap berdiri tanpa ekspresi. Setelah keduanya berjalan dan tak terlihat lagi. Barulah Sehun angkat kaki dari tempat itu. Beberapa orang kelihatan berbisik bisik malam itu. Ada juga yang berlari lari membawa kamera, memotret sesuatu. Padahal Sehun yakin, tidak ada artis manapun yang sedang melakukan sesi pengambilan gambar di tempat itu.
.
.
.
Sehun dengan gestur angkuhnya tetap berjalan diantara keramaian, sampai seseorang berdiri disampingnya dengan nafas memburu. Sehun menoleh pada orang itu, seorang wanita dengan topi pantai lebar berwarna putih yang kelihatannya sedang menghindari sesuatu. Wanita itu berjalan terburu buru dan kelihatan panik, sangat panik. Hingga ia terjatuh dan menghalangi jalan Sehun.
"Tch—sialan sekali kau ini. Minggir... kau menghalangi jalanku."
Wanita itu membenarkan letak topinya, ia mendongak kearah Sehun sambil memegangi topinya.
"Mi..Mianhae." ucap wanita itu.
Tunggu, Sehun mengerutkan dahinya. Apa dia orang asing? Kenapa kulitnya begitu putih kemerahan? Kenapa rambut dan alisnya berwarna pirang? Tunggu, itu bukan warna pirang.. itu.. warna putih.
.
.
.
.
.
.
.
.
Putih?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be Continue
.
.
.
.
.
.
.
.
.
