Title : Simple

Author : TaTianTae

Main Cast : VerKwan / HanKwan

Genre : Romance, hurt/comfort

Rate : T

Summary : Hanya kisah Seungcheol dan Jisoo. Seungcheol yang tidak tahu kebahagiaan yang berasal dari 'satu' kesederhanaan. Dan Jisoo yang memiliki 'satu' kesederhanaan itu yang menghasilkan kebahagiaan. Seungcheol menyia-nyiakan Jisoo, tapi hati ternyata membuat mereka bersatu. Seventeen-fic! Cheolsoo! Yaoi! Slight! Soonseok, Verkwan an others! Broke! Jicheol, Jihan!

.

.

.

Warning! YAOI!

.

.

DLDR!

.

.

Happy reading~ ^^

.

.

Pria dengan wajah manis itu masih menghasilkan bunyi-bunyi kecil. Masih mengetik di laptop kesayangannya. Tubuhnya masih setia duduk di bangku perpustakaan. Masih harus mengerjakan seluruh tugas-tugasnya. Menjadi seorang mahasiswa membuatnya jadi terlihat sangat sibuk. Tapi ia tidak sendiri, bersama dua sahabatnya juga. Mereka juga mengerjakan tugas, tugas yang sama sekali tidak ia mengerti. Ia tidak bodoh untuk mengerjakan tugas sendiri di perpustakaan kampus saat hari sudah gelap seperti ini. Ini memang masih belum larut, tapi tetap saja ia tidak mau sendirian di tempat yang kerap kali muncul di film-film horror yang sering ditonton kakak –angkat-perempuannya. Menurutnya ia bukan penakut, hanya was-was.

"Jisoo hyung, Soonyoung hyung! Ayo pulang! Hansol sudah menjemputku. "

Pria itu menoleh pada sumber suara, pada Seungkwan yang sekarang sedang membersihkan peralatannya. Lalu menoleh lagi pada sosok mata segaris yang tadi juga diajak Seungkwan untuk pulang.

"Seokmin juga sudah menjemputku, Hyung. Ayo kita pulang! " Soonyoung-si mata segaris- juga membersihkan peralatannya.

"Baiklah. Kita pulang, biar kalian bisa kencan malam ini. " Jisoo terkekeh kecil.

"Makanya, Hyung. Cari pacar cepat! Biar kita triple date. " Dan Seungkwan ber-high five dengan Soonyoung setelah melihat Jisoo mencebik kesal sambil memasukkan peralatannya ke dalam tas dengan kasar.

.

"Kami duluan, Hyung! " Soonyoung berteriak pada Jisoo yang menatap kepergiannya dengan Seokmin, Seungkwan dan Hansol sudah pergi duluan.

Dan Jisoo melambaikan tangannya. Lalu perlahan Jisoo mengayunkan dua kakinya. Menyusuri area pejalan kaki yang lengang, tapi tidak terlalu sepi. Sebenarnya tubuh Jisoo memintanya untuk naik taxi, tapi pikirannya merasa lebih baik kalau ia berjalan kaki. Jisoo merasa denagn berjalan kaki penatnya hanya terasa lebih berkurang. Jisoo mengedarkan pandangannya, ingin menikmati keadaan di sekitarnya. Masih belum terlalu malam, jadi masih aman untuk sedikit menunda-nunda waktu untuk pulang ke apartement-nya. Orang tuanya di Amerika, sedangkan Jisoo adalah anak rantau yang pergi dan tinggal di Seoul untuk melanjutkan pendidikannya setelah lulus SHS. Jisoo tinggal sendiri dan sekarang ia sudah menjadi mahasiswa semester 4. Sebenarnya Jisoo bisa tinggal bersama kakak –angkat- perempuannya, tapi kakaknya itu sudah menikah. Jadi, Jisoo tidak ingin kehadirannya malah sedikit menganggu waktu berdua kakaknya dan kakak iparnya. Tapi tiba-tiba Jisoo berhenti berjalan. Matanya sedikit memicing, memperhatikan bayangan di daerah samar-samar dekat gang dengan seksama. Disitu ada dua orang, seorang wanita dan seorang pria. Mereka sedang.. berciu.. man? BERCIUMAN?! Hell! Ini masih tempat umum!

"Dasar anak muda zaman sekarang! Pacaran tidak tahu tempat." Jisoo menggerutu. Sedikit jengkel dengan perbuatan dua orang tadi. Tapi sepertinya ia lupa kalau dirinya juga seorang anak muda zaman sekarang.

Dan entah kenapa sekarang pikirannya kembali merayap ke perkataan Seungkwan tadi.

'Makanya, Hyung. Cari pacar cepat! Biar kita triple date...'

"Cari pacar, ya? " Jisoo bergumam sendiri lalu tersenyum kecut.

Jisoo itu belok, tapi bukan itu masalahnya. Mereka yang belok sudah cukup banyak sekarang, tapi ia merasa dirinya tidak cukup menarik untuk mendapatkan pasangan belok yang cocok. Ayolah.. Jisoo memang ramah, tapi hanya punya sedikit sahabat. Jisoo memang sudah jadi mahasiswa, tapi hanya sering di rumah. Siapa yang mau dengan orang monoton sepertinya?

Drrt.. Drrt..

Dan getaran ponselnya berhasil menarik paksa Jisoo dari lamunannya. Jisoo dengan sedikit tergesa-gesa meraih ponsel di saku mantelnya. Takut-takut kalau terlambat getaran itu malah berhenti. Tapi kemudian kening Jisoo berkerut. Masalahnya yang menelepon ini adalah ibunya. Bukannya kenapa, hanya saja ibu –angkat- Jisoo itu tidak pernah sama sekali menelepon malam-malam begini, apalagi kalau hanya membicarakan sesuatu yang tidak terlalu penting. Tapi kemudian Jisoo memilih untuk mengangkat telepon itu.

"Iya, eomma?" Jisoo mengedarkan pandangannya sebentar lalu kembali melangkah.

"Dimana, Jis?" Suara ibunya terdengar sedikit kebingungan.

"Di jalan. Sedang jalan kaki setelah dari kampus. " Jisoo memasukkan satu tangannya ke dalam saku mantelnya setelah angin malam yang dingin bertiup melewati surai kecoklatannya.

"Cepat pulang!. Eomma menunggumu di apartement. Jangan mampir kemana-mana! Kau harus cepat sampai!" Kali ini suara ibu Jisoo terdengar tegas.

"Lho? Ada apa, eomma? " Jisoo mengernyit bingung. Bukannya Jisoo tidak mau pulang. Jisoo malah sangat ingin pulang dan merebahkan tubuh lelahnya di kasurnya yang sangat nyaman.

"Pulang saja! Jangan banyak bertanya!" Lalu telepon mereka diputuskan sepihak.

Jisoo berhenti melangkah lalu memandang ponselnya dengan kening berkerut. Jisoo tidak khawatir dengan ibunya bisa masuk apartement-nya atau tidak. Ia yakin, pasti kakaknya yang menjemput ibunya lalu mengantar ibunya ke apartement-nya. Well, ibu dan kakaknya sudah tahu sandi apartement-nya. Karena sandi apartement-nya adalah bulan, dan tahun lahirnya. Tapi yang buat kening Jisoo berkerut sebenarnya karena ibunya menyuruhnya cepat pulang. Jisoo rasa ia tidak ada buat masalah. Tidak juga meminta ibunya untuk datang. Jujur, ini jadi buat Jisoo sangat bingung. Dan akhirnya Jisoo memilih untuk melanjutkan langkahnya lagi. Jisoo pikir dengan cepat sampai di rumah ia juga akan segera mengetahui alasannya. Lagipula apartement Jisoo sudah dekat, tinggal belok kanan di pertigaan di depan.

.

"Aku pulang! " Jisoo berteriak sambil meletakkan sepatunya di rak sepatu.

Untung Jisoo rajin sekali bersih-bersih dan suka memasak. Jadi ia bisa lihat ibunya makan makanan yang dimasak kakaknya mengunakkan bahan-bahan dari lemari pendinginnya dengan tenang. Coba kalau apartement-nya berantakkan dan kosong dari bahan makanan sehat, bisa-bisa ibunya sudah memakinya sedari tadi.

"Oh? Sudah pulang, Jis? " Ibunya sedikit menoleh dari dapur, melihat Jisoo yang hanya lewat ke kamarnya sambil mengangguk.

"Cepat mandi, Jis. Lalu gunakan pakaian yang bagus. Kita akan ada tamu. " Kakak Jisoo berujuar cuek sambil membaca sekilas satu persatu halaman novel yang Jisoo pinjam dari Wonwoo.

"Tamu?" Jisoo mengernyit sedikit, langkahnya juga jadi terhenti. Pasalnya ini pertama kalinya ibunya menerima tamu di apartement-nya. Aneh dan terlalu tiba-tiba, itu yang Jisoo rasa. Apalagi sekarang Jisoo merasa sangat kelelahan. Tapi lagi-lagi Jisoo memilih menurut saja. Lagipula kalau tamunya sudah datang nanti Jisoo akan tahu sendirinya. Dan akhirnya Jisoo meraih handuknya lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Harus cepat-cepat bersiap untuk menyambut tamu yang ia tidak tahu siapa.

.

Jisoo sudah menggunakan bajunya. Terlalu malas untuk mengkuti apa yang kakaknya tadi katakan. Jisoo tidak memakai baju yang bagus, tapi cukup pantas untuk menerima tamu. Jisoo hanya pakai baju santainya, baju biru lengan panjang dan celana pendek berbahan denim. Dan setelah itu Jisoo merebahkan tubuhnya di kasur.

"Ahh.." Jisoo bisa rasa tubuhnya merasa sedikit nyaman dan lelahnya jadi benar-benar terasa.

Matanya sedikit bergerak menatap langit-langit kamarnya yang polos. Lalu perlahan-lahan tertutup seiring dengan rasa kantuk yang tiba-tiba datang dan membuat kelopak matanya terasa berat.

Tok tok tok.

"Jis! Cepat keluar! Tamunya sudah datang!" Suara kakaknya disertai dengan ketukan pintu membuat mata Jisoo kembali terbuka lebar.

"Iya!" Jisoo menyahut dengan sedikit berteriak dan sedetik setelahnya Jisoo bangun dengan helaan napas keras. Jisoo sangat mengantuk sekarang.

Jisoo kembali berdiri di depan cermin dan sedikit merapikan rambutnya. Setelah dirasa cukup rapi dan pantas untuk dipandang, Jisoo segera keluar dan berjalan mendekati tamu-tamunya.

"Annyeong haseyo " Jisoo membungkuk hormat sembilan puluh derajat.

Dan tamu-tamunya tersenyum lalu membungkuk sedikit, membalas salam Jisoo. Perlahan-lahan Jisoo mengangkat tubuhnya lalu memandang tamu-tamunya. Ada seorang pria dewasa, seorang wanita dewasa, dan seorang pria muda yang..

'Dia?! ' Tubuh Jisoo sedikit membatu setelah melihat seorang pria disana.

"Choi Seungcheol. " Orang itu menjulurkan tangannya.

Jisoo memandang orang itu dan tangan orang itu bergantian, masih cukup terkejut denga apa yang dilihatnya. Choi Seungcheol. Siapa yang tidak kenal pria itu? Terkhusus di kampusnya. Seorang pria yang memiliki banyak penggemar dan terkenal sebagai pemain hati banyak penggemarnya. Seorang yang selalu mendapat ajakan kencan setiap harinya, anak orang kaya yang juga selalu menghabiskan waktu santainya untuk berkencan dengan orang berbeda setiap harinya. Seorang flower boy. Tapi jangan salah, Jisoo bukan termasuk penggemarnya.

"Hong Jisoo. " Jisoo menjawab lembut sambil tersenyum setelah bisa mengendalikan rasa terkejutnya.

"Ayo duduk. " Ibu Jisoo mengintrupsi, membuat orang-orang disana duduk perlahan.

"Ekhem.. " Ayah Seungcheol berdehem.

"Jadi maksud kami.." Ayah Seungcheol menggantung kalimatnya, membuat Jisoo merasa gugup. Dan entah kenapa hatinya berkata ada sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

"Kami akan menjodohkan kalian berdua. Seungcheol dan Jisoo. "

"APA?! " Jisoo memekik kaget dan Seungcheol melebarkan matanya.

Tapi satu yang mereka tidak tahu, kalau Seungcheol itu sebenarnya...

.

.

.

TBC/END?

.

.

Hai! Aku balik lagi dengan fanfict Cheolsoo. Sebeumnya aku mau bilang kalau fict ini terinspirasi dari lagu Simple Seventeen dan ditambah dengan fict pertamaku yang udah aku remake. Judulnya itu 'One to reborn' cast-nya aku dulu pakai Nu'est, dan untungnya belum pernah aku post juga. Fict ini akan membuat kalian perlu tissue. Maksudku fict ini intens yang bisa membuat emosional. Jadi gimana menurut kalian? Lanjut? Kalau mau, aku bisa lanjut. Soalnya fict ini akan update tergantung dengan review. Kalau ending, aku bisa jamin ini happy ending. Soalnya 'One to reborn' juga happy ending. Hehe :D

.

Last, you reviewing and I writing~ ^^