Rou: Yosh! Fanfic saya yang kedua!

Lucy: Hei, kenapa aku ada disini?

Rou: Ah... Lucy-nee-san~ Kita kan mau bekerja sama untuk ngebuat fanfic ini~

Luna: Kalau ada dia, kenapa kita masih ada disini?

Soleil: Author-san ga ngerjain "Last Time with You" dulu?

Lucy: Iya... Bukannya nyelesain itu dulu...

Rou: A-a-a-aaaa... Aku mau publish ini dulu...

Luna: Nanti update nya bingung lho..

Lucy: Iya... Milih Fanfic yang mau di update itu susah...

Soleil: Author-san~ bentar lagi bulan puasa, lho~

Luna: Berarti "Last Time with You" nya di berhentiin pas bulan puasa?

Rou: Kayaknya... = ="

Lucy: Disclaimer, Katekyo Hitman Reborn is belong to Amano Akira.

Soleil: Eto... Kami hanya memiliki fanfic ini...

Luna: Kalau kita yang punya, Hibari bakal sering di munculin

Rou: Warning, Typo, gajhe, full of OC

Luna: Timeline di fanfic ini sekitar tahun 22xx

Soleil: Jauh amat... 200 tahun dari vongola decimo

Lucy: Kan 10 generasi... Dari primo ke decimo berapa tahun, emangnya?

Luna: Ga ta juga...

All: *sweatdrop*

Luna: Ah... Anggap aja uda lama banget...

All: Ayo mulai~


Vongola Ventesimo

Chapter 1: The Beginning

"Sekarang tahun 22xx. Dunia pernah hancur sekali karena ulah manusia yang serakah, ingin terus mendapat kan keuntungan. Sumber daya alam di kuras habis oleh manusia-manusia yang serakah. Hanya sedikit pohon-pohon yang bisa berdiri tegak. Lapisan ozon sudah hampir hilang. Keadaan saat itu sangat kacau. Lalu... Mereka... Para mafia sialan itu!" seseorang yang dari tadi ngejelasin tentang dunia ini ke para readers sekalian menggebrak meja di depannya. Shigeyoshi Ichigo, anak berumur 15 tahun, berambut coklat tua (yang lebih sering di kuncir) dan bermata karamel ini tinggal di panti asuhan karena orang tuanya sudah meninggal

"Hei.. Hei.. Jangan teriak-teriak disini!" seorang laki-laki berambut hitam dan bermata silver memarahi Ichigo. Akira Kuroichi, anak berumur 15 tahun ini, bisa di bilang orang yang paling perhtian terhadap Ichigo *ditendang*.

"Diam kau! Tako head!" ejek Ichigo

"Siapa yang kau bilang tako head?" balas Kuroichi

"Ichi-tan! Lanjutkan ceritanya!" protes seseorang. Akarui Rei, perempuan berumur 15 tahun. Rambutnya silver pendek, dan matanya biru gelap.

"Jangan panggil aku Ichi-tan! Ehm... Lalu...Ya... Para mafia itu kan punya banyak inventor. Jadi, mereka membuat barang-barang untuk bertahan hidup dan tentu saja menjual barang-barang tersebut dengan harga tinggi. Kau pasti tahu, kan, menara yang ada di tengah kota?" tanya Ichigo

"Ya tentu saja.." jawab Rei

"Menara itu terhubung dengan kota yang di bangun di atas. Kota yang benar-benar bebas dari polusi. Yang ku dengar juga kotanya terjaga kebersihannya," Ichigo berhenti sebentar dan melihat lingkungan sekitar "Tidak seperti di sini..."

"Lalu kenapa kau tidak kesana saja?" tanya Rei. Ichigo sweatdrop

"Kamu sudah 15 tahun tinggal disini! Peduli sedikit dengan lingkungan mu!" kata Kuroichi

"Ah... Nanti aku malah bingung sendiri... Lagi pula aku juga malas... Lebih baik menikmati apa yang kita dapatkan to the max!" Rei mengacungkan jempolnya

"Makanya, mumpung lagi bosen dan lagi mau cerita, aku jelasin! Lalu... Orang yang boleh naik kesana hanyalah orang terpandang, orang-orang penting, atau yang punya uang banyak!" Ichigo melanjutkan ceritanya

"Yang kudengar setiap kota di seluruh penjuru dunia punya kota bagian atas, dan juga bagian bawah... Iya, kan?" tanya Kuroichi memastikan

"Ya... Sekarang mafia sudah hampir menguasai perekonomian dunia," kata Ichigo "Haaaa... Curang nya penghuni kota atas boleh kesini. Tapi kita tidak boleh.." Lanjut Ichigo sambil memainkan sendok yang ia pegang

"Hei, kalian! Ayo, jangan diam saja!" seseorang meneriaki mereka. Sang pemilik panti asuhan yang namanya tidak perlu di ketahui itu *author di tendang* Ehm.. Oke, panggil aja Nanashi, menyuruh mereka untuk bekerja lagi. "Akira! Kau sudah selesaikan cucian belum?"

"Ba-baik!" Kuroichi langsung berlari keluar ruangan

"Akarui! Kau sudah menyiapkan makan siang?" tanya Nanashi

"Akan ku kerjakan~" Rei berlari ke arah dapur

"Shigeyoshi! Kerjakan apa yang harus kau lakukan!" perintah Nanashi lagi

"Ya.. Ya... Baik..." Ichigo berjalan keluar gedung panti asuhan untuk mengambil jemuran baju.


Ichigo's POV

Ya... Begini lah kehidupanku setelah ayah ku meninggalkan aku dan juga ibuku. Walaupun sepertinya dia mash hidup, aku tidak akan mengakuinya sebagai ayahku. Beberapa tahun setemah ayah ku pergi, ibuku yang ingin mencari ayah nekat pergi ke kota atas. Ibuku ketahuan menyusup kemudian di bunuh oleh para mafia itu... Kalau kau bertanya kenapa aku benci mafia, alasan pertama, mereka telah membunuh ibuku. Alasan kedua, mereka suka berbuat seenaknya disini. Aku tidak yakin kalau orang-orang mafia itu baik... Dan alasan terakhir... Aku pernah dengar kalau... Ayah ku itu yah.. semacam pemimpin mafia..

"Ichigo!" seseorang menepuk pundak ku dan membuyarkan lamunan ku

"Ah, ada apa, Kuroichi?" tanya ku

"Ini, kau meninggalkan ini lagi di kantong celana mu yang mau di cuci.." Kuroichi memberikanku sebuah cincin

"Ini kan... Cincin dari ibuku! Terima kasih, Kuroi-kun!"aku memeluk Kuroichi

"Kau tidak perlu mengekspresikan kebahagianmu seperti ini,," Kuroichi sweatdrop "Hei, aku ingin bertanya" lanjutnya

"Ada apa?" tanyaku

"Cincin itu kan dari ibumu. Aku baru berfikir, sebenarnya itu lambang apa?" tanya Kuroichi sambil menunjuk ke arah cincin yang kupegang

"Aku juga tidak tahu," aku menimbang-nimbang cincin itu "Intinya, ini pemberian ibuku dan ibuku menyuruh ku untuk menjaganya" aku memasukannya ke kantong celana ku

"*sigh* Kalau kau simpan di situ, kejadian ini akan terulang,," Kuroichi merogoh kantong celananya "Pakai ini" ia mengeluarkan sebuah rantai kecil

"Waah! Kuroi-kun memang baik!" aku langsung mengambil rantai itu

"Kuroi-nii! Ichigo-nee! Makan siang sudah siap!" seorang anak memanggil kami

"Ahah... Aku sudah lapar..." aku menaruh jemuran terakhir di keranjang dan membawa keranjang tersebut


Dinning room

Third person POV

Mereka sudah menyelesaikan makan siang mereka. Anak-anak panti asuhan yang lain kembali melakukan aktivitas mereka. Sedangkan Kuroichi dan Rei sedang membersihkan meja makan

"Aku jadi penasaran seperti apa kota di atas" Rei memulai pembicaraan

"Hmm... Aku juga," balas Kuroichi "Tapi kau harus lebih memperhatikan lingkungan mu terlebih dahulu"

"Aku sudah agak peduli kok"

"Che.. Tentang menara itu saja kau tidak tahu.."

"Ya memang tidak tahu, tako head"

"Kau mau nyari ribut?" Kuroichi mulai kesal

"Tapi menurutku kota Namimori ini sudah cukup bagus, kok" Rei tidak menjawab pertanyaan Kuroichi

"Ya.. Jadi, Namimori di atas pasti lebih bagus lagi" tiba-tiba Ichigo masuk ke ruang makan

"Seandainya aku di lahirkan disana..." kata Rei pelan

"Tapi inilah hidup kita... Kita hanya punya kemungkinan 1% untuk pergi dan tinggal di kota atas" balas Kuroichi

"1%, huh?" Ichigo menggoyang-goyang kursi yang ia duduki

"Lebih baik kita tidak buang-buang waktu disini... Nanti si Nanashi marah to the max" Rei yang baru selesai mencuci piring langsung mengelap tangan nya dengan handuk kecil

Ichigo hanya membalasnya dengan helaan nafas


Kota atas Namimori

Night

"Kau sudah mencari ke seluruh kota?" tanya seseorang berpakaian ala mafia kepada temannya

"Sudah! Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Vongola Ventesimo!" balas teman mafia A (sebut saja begitu)

"Ayo, kita harus menemukan nya!" kata si Mafia A

"Bagaimana dengan kota bawah Namimori?" usul teman mafia A

"Ah, benar juga! Kita belum cek kesana... Ayo!" Mafia A dan temannya langsung berlari ke tengah kota untuk memasuki Namimori corridor


Malam itu, Ichigo sedang duduk di bukit di dekat panti asuhannya. Sambil menikmati angin malam

"Ichigo!" panggil seseorang. Ichigo melihat kebawah bukit. Rei dan juga Kuroichi menghampirinya

"Wah... Udara di atas sini sangat sejuk to the max!" kata Rei sambil tersenyum lebar

"Kamu jangan suka ngilang gitu dong!" Kuroichi memarahi Ichigo

"Habisnya bosan di bawah sana,," Aku melihat ke arah langit yang di tutupi awan tebal "Namimori corridor ternyata tinggi juga, ya" komentar Ichigo

"Ya... Aku sekarang heran, bagaimana bisa, tanah yang luas, di topang dengan menara se kecil itu?" tanya Kuroichi

"Teknologi dari mafia..." balas Ichigo

"Aku jadi penasaran to the max!" seru Rei dengan semangat seperti biasanya


Meanwhile...

"Kita sudah sampai di sini..." kata Mafia A

"Kau terlalu terburu-buru.. Melewati Corridor itu kan sulit!" kata temannya

"Tapi kita harus cepat! Ini perintah dari dia!" kata mafia A "Kau tidak akan tahu apa yang ia lakukan kalau kita tidak bisa melakukan perintahnya..." lanjut mafia A sambil masang muka horror

"Ba-baiklah kalau begitu!"

"Kita mulai dari utara!" Mafia A dan temannya langsung bergerak mencari vongola ventesimo


Back to Ichigo and friends

"Wow... apa itu yang kamu kalungin?" tanya Rei

"Oh, ini,," Ichigo menunjukan cincin pemberian ibunya yang sudah terpasang si rantai kecil yang mengalungi lehernya "Cincin dari ibuku~"

"Oh, iya, ya... Kok aku sampai ga tau.." kata Rei

"Karena kau jarang memperhatikan kedaan sekitar mu!" ejek Kuroichi

"Memang kenapa kalau begitu, tako head?" balas Rei

"Jangan panggil aku tako head!" Kuroichi sudah marah

"Sudahlah... Ayo kita balik, nanti Nanashi marah-marah" Ichigo mulai berjalan menuruni bukit, diikuti Kuroichi dan Rei


"Kok kayaknya jarak dari bukit ke panti asuhan jadi terasa jauh?" keluh Ichigo

"Bukannya memang jauh?" tanya Kuroichi

"Ya..." balas Ichigo lesu

Tiba-tiba ada seseorang menabraknya

"Maaf kan saya!" kata orang itu. Ichigo mendongak dan menyipitkan matanya

"Kenapa mafia ada disini?" tanya Ichigo dengan nada kesal

"Maaf, tapi saya sedang terburu-buru" kata orang itu

"Kau tak, apa, Ichi-tan?" tanya Rei

"Tidak... Ayo pulang..." Ichigo yang kesal langsung berdiri

"H-hei! Bukan kah itu..." teman mafia A berbisik ke Mafia A

"Vongola ring! Akhirnya kita menemukannya! Nona!" panggil Mafia A

"Tch... Apa mau mu?" Ichigo menoleh ke belakang

"Ikutlah kami" kata Mafia A tanpa basa-basi

"Tidak" jawabnya singkat

"Kalau begitu... Saya akan memakai cara kasar..." Mafia A mengeluarkan sebuah pistol

"Ichigo! Rei! Ayo lari!" Kuroichi menarik tangan Ichigo dan juga Rei

"Jangan biarkan mereka lari!" teriak mafia A

"Bagaimana ini?" Rei terlihat panik

"Kita jangan lari ke panti asuhan! Nanti mereka semua disana terlibat!" kata Ichigo

"Lalu kita kemana?" tanya Kuroichi yang tidak kalah panik

"Akh! Terus lari saja!" Ichigo sudah kehabisan akal (kayaknya dari tadi juga ga ngeluarin ide)


"Kita dimana sekarang?" nafas Kuroichi tidak beraturan. Ia kelelahan

"Sepertinya dekat pusat kota..." Ichigo juga kelelahan

"Kita harus istirahat dulu to the max!" Rei duduk sambil mengatur nafas nya

"Sepertinya mereka sudah tidak mengejar.." Ichigo berhenti berlari

"Ya... Mungkin..." balas Kuroichi

"Nanashi pasti marah..." kata Rei

"Itu dia!" teriak mafia A yang baru saja menemukan mereka

"Che... Ayo lari lagi!" walaupun kelelahan, Kuroichi berlari lagi. Diikuti Rei dan juga Ichigo

Perasaan Ichigo campur aduk. Antara kesal, dan juga takut. Ia tak pernah mau lagi berurusan dengan mafia. Tapi, nyatanya, sekarang ia di kejar mafia. Kedua temannya yang tidak bersalah juga ikut di kejar. Ichigo sudah tidak bisa berpikir cepat. Ia terlalu panik.

"Che... di depan sudah Namimori Corridor... Kita mau kemana lagi?" tanya Kuroichi

"Ada apa ini? Aku tidak mengerti,," batin Ichigo "Beberapa menit yang lalu, aku tertawa bersama mereka.. Tapi sekarang, aku berlari bersama mereka, menghindari mafia!" ia memegang erat cincin pemberian ibunya

"Kita coba masuk Namimori corridor..." kata Ichigo pelan

"Eh? Kan hanya orang tertentu yang bisa masuk!" kata Rei

"Lagi pula, pintunya itu selalu tertutup. Setahu ku, kita memerlukan satu hal untuk membuka pintu itu. Dan... 'hal' itu jarang di temukan dikota bawah!" kata Kuroichi

"Tapi,," Ichigo menutup matanya " Aku yakin, kita bisa masuk!" katanya dengan lantang

"Tahu dari mana?" tanya Rei ragu-ragu

"Insting~" Ichigo cuma tertawa lebar, sedangkan Kuroichi dan Rei sweatdrop

"Tapi... Aku lah yang di incar... Kenapa teman-teman ku ikut terlibat? Aku tidak mau hidup mereka berantakan hanya karena aku... Aku ingin melindungi teman-teman ku,," Ichigo makin erat menggenggam cincin itu "Ya... Aku akan melindungi mereka.. Bagaimana pun caranya!"

Sebuah cahaya memancar dari sela-sela jari tangan Ichigo yang memegang cincin pemberian ibunya.

"Apa... Itu?" tanya Kuroichi takjub

Ichigo memgang tangan Rei dan Kuroichi sambil berlari ke arah Namimori corridor

"Ka-kau yakin... pintunya akan terbu-" Rei terdiam. Pintu Namimori corridor terbuka

"Lihat, kan~?" Ichigo tersenyum dan menarik ke dua temannya masuk ke Namimori corridor

~To be continued~


Rou: Yosh! Akhirnya selesai!

Lucy: Kok kamu hobi bikin ending kayak gini, sih?

Rou: Haha~ Biarin~!

Soleil: Kenapa menaranya di sebut corridor?

Rou: Itu Lucy-nee-san yang ngasih

Lucy: Itu aku dapet dari game Mana khemia. Jadi si corridor ini yang menghubungkan latar game (yang ada di atas langit) sama tanah di bawahnya.

Luna: terus, kenapa quote nya jadi 'to the max'?

Rou: Ya... ganti suasana~

Lucy: Itu kakak saya sering bilangnya to the max. Ya udah, saya pake aja...

Rou: Lucy-nee-san, nanti bikinin chara design nya, ya~

Lucy: *sigh* baiklah...

Soleil: Yak~ Para readers sekalian, kami sangat menghargai reviewnya!

All: klik tombol di bawah!