Perfect Disaster, by CIAXX

Naruto Shippuden, dan seluruh karakter, by Masashi K.

Tolong diperhatikan; InsyaAllah Canon-AT, OOC, OOC, OOC, tidak menggunakan BAHASA BAKU, menggunakan sudut pandang pengarang yang serba(sok), humor abal, crack pairing, Don't Like Don't Read. Gak suka sama pairnya? Saya menghargai anda yang benci/suka sama pairnya, tapi kalau anda tidak suka, simple gak usah baca.


.

Kabar bahagia dirasakan seluruh warga dunia. Perang dunia ninja keempat telah berakhir. Tentu saja, pemenangnya dari para aliansi kelima negara. Meskipun banyak yang meninggal dan korban berjatuhan dari peperangan, usaha para ninja-ninja tersebut tidak sia-sia. Jatuhnya Tobi alias Obito—sang pemimpin aliansi musuh—menutup semua aktivitas peperangan. Setelah perang usai, para ninja melakukan selebrasi dengan melempar senjata dan peralatan perang yang mereka gunakan ke atas sambil bersorak gembira dan teriak "Aku lulus!" Lulus dari peperangan maksudnya.

Satu hal lagi yang membuat Uzumaki Naruto, sang pahlawan, begitu bahagia. Ia berhasil mendapatkan hati Uchiha Sasuke kembali. Ia berhasil membawa—tepatnya memaksa—Uchiha terakhir di dunia itu untuk kembali ke kampung halamannya, Konoha. Setelah menghadapi pertarungan singkat, Uzumaki Naruto berhasil membawa Uchiha Sasuke.

Keduanya dalam kondisi yang tidak baik saat ini. Kedua pemuda itu telah banyak kehilangan cakra, terutama bagi Uchiha Sasuke yang kalah dari rivalnya itu. Selama ini, ia memang selalu kalah dari Naruto. Ia hanya pernah menang sekali, dan itu beberapa tahun yang lalu.

Sekarang Uzumaki Naruto tengah mengangkat tubuh pemuda itu—membawanya pulang ke Konoha. Sasuke tidak mau kembali ke Konoha, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa karena tubuhnya sama sekali tidak dapat digerakkan. Ia hanya dapat menggerakan kedua bola mata onyx-nya yang bahkan masih terasa sakit akibat terlalu over menggunakan Magekyou Sharingan.

Namun di lain sisi, ia juga bingung akan melakukan apa di luar sana. Urusannya dengan Uchiha Itachi sudah selesai. Lantas? Apa yang akan ia lakukan selanjutnya? Bunuh diri? Itu sempat terlintas di benaknya, tetapi hal tersebut terlalu extreme. Apa... melanjutkan kehidupannya di Konoha? Namun ia terlalu sakit jika mengingat kenangannya dengan klan Uchiha yang hanya membuatnya semakin sakit hati, dan ujung-ujungnya bunuh diri juga. Lalu, ia harus bagaimana?

"Kita sudah sampai, Sasuke,"

Suara khas milik pemuda yang tengah menggendong tubuhnya itu sukses membangunkan Sasuke dari lamunannya. Matanya yang sedikit tertutup mencoba untuk melihat lebih jelas tempat yang berada tepat di depannya. Sasuke tidak dapat melihat jelas, sinar matahari cukup menghalangi penglihatannya. Yang ia lihat hanyalah sebuah tulisan bertuliskan 'Konoha', segerombolan orang-orang, dan sebuah teriakan yang Sasuke kenal betul milik siapa. Suara milik gadis berambut pink yang kini berlari kecil menghampiri dua insan itu.

Setelah itu, Sasuke benar-benar lupa apa yang terjadi.

.

.

Pemuda bersurai pirang itu menggebrak meja di hadapannya. "TIDAK BISA!" Uzumaki Naruto menjerit frustasi. Bagaimana bisa para tetua Konoha, Mitokado Homura dan Utatane Koharu, dengan seenaknya menjatuhkan hukuman mati kepada Uchiha Sasuke?

"Naruto, jaga sikapmu!" teriak Tsunade, sang Hokage kelima. Sikap Naruto kali ini sungguh keterlaluan.

"Kalian tidak bisa seenaknya menjatuhkan hukuman seperti itu! Aku bersusah payah membawa Sasuke kemari—"

"Kami tidak peduli akan usahamu, yang kami lakukan sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Kau tahu? Pemuda Uchiha itu sudah membuat kekacauan di negri ini. Ia adalah seorang kriminal kelas S yang patut diwaspadai. Ia berbahaya bagi kita semua. Jadi untuk apa mempertahankannya?" ucap Homura datar, ditanggapi dengan anggukan Koharu dan emosi Naruto yang kian memuncak.

"TIDAK BISA! KALIAN TIDAK MENGERTI! SASUKE HANYALAH KORBAN DARI KEJAHATAN KALIAN!"

Dan Tsunade hanya dapat memijit keningnya. Pusing dengan pemuda berambut pirang yang satu itu. Ia teledor sekali ketika sedang membicarakan masalah 'vonis hukuman mati untuk Sasuke' di ruang Hokage, dan tanpa sengaja ternyata Naruto tengah menguping pembicaraannya dengan Shizune. Mau tidak mau Tsunade harus mengambil tindakan untuk menghentikan pertengkaran yang tak akan berujung ini.

"Tenangkan dirimu, Uzumaki!" kali ini Tsunade berkata tegas. Naruto pun diam, tetapi emosinya belum reda. "Dan kalian, orang tua, seharusnya kalian hargai Naruto. Dia telah menyelamatkan Konoha, negri ini, dan negri-negri lainnya. Setidaknya turuti kemauannya," Tsunade mengambil nafas sejenak, "karena aku masih menjabat sebagai Hokage, aku putuskan untuk tetap menjatuhkan hukuman untuk Uchiha Sasuke,"

"Tsunade—"

"Tetapi bukan vonis hukuman mati," tegas Tsunade sebelum Naruto kembali mengeluarkan suaranya yang menurut Tsunade sangat mengganggu telinganya.

"Lalu?" tanya Koharu masih dengan ekspresi datarnya.

"Aku akan mengirimnya ke Hōzukijō,"

"APA?!" kedua bola mata safir itu membulat lebar. Hōzukijō adalah tempat dimana Blood Prison*)berada. Sepeninggalan Mui, penjara itu memang tidak semenakutkan dahulu, tetapi tetap saja, penjagaan di penjara itu begitu ketat, kejam, dan tidak sedikit tawanan yang mati karena tidak kuat bertahan di tempat itu.

Tsunade tahu, Naruto tetap tidak akan setuju. Hukuman mati dan menjerumuskan ke penjara adalah hal yang sama. Sama-sama berujung pada kematian. Hanya saja di dalam penjara, Sasuke mati secara perlahan. Namun wanita berumur lima puluh tahun itu tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa meringankan hukuman, tidak menghilangkan. Bagaimanapun juga, Uchiha Sasuke masih harus diwaspadai.

Ia bukanlah ninja sembarangan. Ia adalah ninja berdarah dan berhati dingin.

.

.

Dua minggu.

Uciha Sasuke memiliki dua minggu untuk memulihkan tubuhnya, menghabiskan waktunya di Konoha, dan di kediaman Uchiha sebelum ia pindah ke penjara. Saat mendengar kabar bahwa Sasuke akan dimasukkan ke penjara, ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk seakan hal tersebut bukanlah masalah besar. Sasuke tidak dapat menggunakan cakra dan kekuatannya setelah disegel oleh Konoha sendiri. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Sekali lagi, pemuda bersurai hitam jabrik itu tidak peduli. Ia tidak peduli dengan hidupnya. Tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan isakan tangis Haruno Sakura. Tidak peduli dengan Naruto yang terus menyalahkan dirinya. Tidak peduli dengan belas kasih mantan teman-teman seakademinya. Yang ia pedulikan sekarang, apa yang akan ia lakukan selama seminggu ini?

Seminggu telah ia lalui untuk memulihkan dirinya, berarti ia hanya punya seminggu untuk menjelajahi Konoha sebelum ia dikirim ke penjara. Uchiha Sasuke memutuskan untuk menikmati hidupnya sebentar. Tidak ada salahnya 'kan bersenang-senang sedikit? Sedingin apapun dirinya, ia tetaplah pemuda yang rapuh. Pemuda yang haus akan kasih sayang. Kasih sayang? Jelas saja ia haus akan kasih sayang, karena setelah tragedi klan Uchiha yang mengenaskan, ia tidak memiliki siapa-siapa. Seandainya ia memiliki orang yang tengah mengasihinya...

'Argh, apa yang kau pikirkan Sasuke,' Sasuke cepat-cepat menepis pikirannya. Saat ini Sasuke tengah menyusuri pasar. Berpasang-pasang mata tertuju padanya ketika ia melewati jajaran penuh manusia itu. Tentu saja, Uchiha Sasuke selalu menjadi pusat perhatian orang mengingat tindakan-tindakan kriminal yang dibuatnya. Sayangnya, Sasuke tidak mengindahkan hal tersebut.

Tibalah ia di tempat yang ia tuju, sebuah grocery. Tidak memerlukan waktu lama, ia sudah menemukan apa yang ia cari. Ia mengambil dua lusin buah tomat. "Ini berapa?" tanyanya datar.

"Lima puluh ribu ryo," jawab sang penjual santai.

Uchiha Sasuke tentu terkejut mendengarnya. Terakhir ia belanja di tempat ini Cuma dua puluh ribu ryo kok! "Hah? Mahal banget?"

"Mencari biji tomat susah sekarang. Ini semua gara-gara kau. Kalau kau tidak membuat perang, kita juga gak akan susah buat memanen tomat," protes sang penjual. Sasuke bagaikan menjilat ludahnya sendiri. Benar kata si penjual. Mengingat Konoha masih under construction, pasti para pedagang sayur, buah-buahan, dan yang lainnya akan mengalami kesulitan ekonomi.

Sasuke hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya. Akhirnya ia memutuskan untuk membayar kesalahannya—yang sebenarnya tidak memberi efek apa-apa—dengan membeli dua lusin tomat itu. Dengan berat hati, Sasukemerelakan lima puluh ribu ryonya. Semoga pedang sayuran itu sukses ke depannya. Amin.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Uchiha Sasuke lebih memilih kembali ke rumahnya. Lagi-lagi selama perjalanan ia melamun. Pikirannya selalu melayang entah kemana, dan selalu berujung dengan sebuah pertanyaan, 'Apa yang akan kulakukan selanjutnya?'

Tiba-tiba pertanyaannya terjawab ketika melihat gadis bersurai panjang yang selalu jalan menunduk. Entah mengapa, ketika menangkap sosok yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya itu, ia menemukan sebuah harapan baru.

Harapan untuk melanjutkan hidup.

.

.

Hyuuga Hinata menghela nafas berat. Misi yang baru saja ia jalankan menguras habis tenaganya. Ternyata, setelah perang dunia ninja keempat, masih banyak penjahat-penjahat yang berkeliaran, tetapi tidak sesulit penjahat-penjahat dahulu. Setelah mengucapkan salam perpisahan kepada Inuzuka Kiba dan Aburame Shino, Hinata kembali melangkah. Ingin rasanya cepat-cepat sampai rumah, mandi, dan istirahat.

Namun langkahnya terhenti ketika ia menangkap sosok bertubuh tinggi yang tengah berjalan ke arahnya. Sosok yang ia kenal betul, Uchiha Sasuke. Ia sempat bingung akan menyapa Sasuke atau tidak mengingat pemuda raven itu cukup menyeramkan. Namun jarak mereka yang semakin dekat memaksa Hinata untuk mengulum senyum. "Sa-Sasuke-kun,"

Yang dipanggil mendongakkan kepalanya lalu menghentikan langkahnya. "Hn?"

"Ka-kau mau ke-kemana, Sa-Sasuke-kun?" tanya Hinata masih dihiasi senyum manisnya, meskipun sang lawan bicara menanggapi dengan wajah dingin dan datar.

"Rumahku," jawab Sasuke singkat dan dingin seperti biasa.

"Oh..." dan Hinata bingung akan berkata apa lagi. Tidak enak rasanya jika ia langsung pergi begitu saja, namun ia juga bingung akan membuka topik apa lagi.

"Kau mau kemana?" Hinata mengucapkan syukur dalam hati ketika Sasuke mengajukan sebuah pertanyaan pertanyaan, meskipun singkat...

"Sa-Sama sepertimu, Sa-Sasuke-kun—"

Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "ke rumahku?"

Kedua pipi Hinata sukses merona. Bukan itu maksudnya. "A-ano—"

"Ya sudah, kita jalan bersama saja," lanjut Sasuke tanpa memberi Hinata kesempatan untuk berbicara.

"Ta-ta-tapi—"

"Ayo, cepat," ajak, atau lebih tepatnya, perintah Sasuke. Hyuuga Hinata hanya menghela nafas pasrah sebelum akhirnya menyamakan langkahnya dengan Sasuke. Ya sudah, untuk kali ini ia tunda waktu istirahatnya. Lagipula ia yakin Uchiha Sasuke tidak akan membunuh dirinya, mengingat cakra dan kekuatan Sasuke telah disegel.

Yah, semoga saja.

.

.

Sudah beberapa menit berlalu, tetapi dua insan itu tidak memulai percakapan sepatah dua kata pun. Sasuke sibuk dengan pikirannya. Hinata hanya bisa menunduk sembari meremas-remas celananya. Kenapa ia bisa terjebak dengan pemuda ini? Dan kenapa sulit sekali untuk menolak permintaan orang? Siapa sih yang mewariskan sikap pemalu kepada Hinata, mengingat kedua orang tuanya tidak memiliki sifat yang satu itu.

Hinata mencoba mencari topik untuk menghilangkan kecanggungan itu. 'Duh, apa ya,' Hinata ingin cepat-cepat pulang. 'Ayolah... topik, topik, topik,'

"Kau dari mana?" Sasuke mengeluarkan suaranya. Hyuuga Hinata menghela nafas lega.

"Se-seperti biasa, menjalankan misi yang diberikan Tsu-Tsunade-sama,"

"Wanita tua itu... masih hidup saja," guman Sasuke tiba-tiba setelah mendengar nama Hokage kelima itu. Saat peperangan, Sasuke sempat mendengar bahwa Tsunade hampir mati akibat ulah Madara, tetapi entah mengapa Tsunade sampai sekarang masih hidup.

"Tsu-Tsunade adalah wanita yang kuat," Hinata menanggapi gumaman Sasuke sembari memberanikan diri menatap pemuda berwajah stoic itu. "A-aku yakin, Tsu-Tsunade tidak akan menyerah semudah itu. Di-dia adalah wanita yang hebat," memang benar. Tsunade adalah salah satu sosok yang ia kagumi setelah Uzumaki Naruto, sang pujaan hati.

"Hmmm," Sasuke berpikir sejenak. Memang benar, cucu Hokage pertama itu terlalu kuat. Sudah berkali-kali ia dihampiri oleh ajal, namun ia selalu lolos. Tsunade salah satu Hokage terbaik yang dimiliki Konoha. Tegas, dan bijak.

"Bu-buktinya, ia bisa menghindarimu da-dari vonis hu-hukuman mati, 'kan?" lanjut Hinata inosen.

JLEB

Rasanya seperti sebuah busur tengah menusuk jantungnya ketika mendengar pernyataan Hyuuga Hinata. Kenapa rasanya... sakit banget waktu mendengarnya? Ok, do'i memang hanya dimasukkan ke penjara, tetapi penjara yang satu ini bukan sembarangan penjara! Lagipula, do'i belum siap mati! Baru saja Sasuke menemukan secercah harapan untuk hidup, sudah dibikin down lagi.

Kabar memilukan itu memang sudah menjadi rahasia umum. Wajar, hampir seluruh warga Konoha tahu bahwa Uchiha Sasuke akan dipenjarakan.

Menyadari akan kesalahannya, Hyuuga Hinata cepat-cepat meralat omongannya, "ma-maksudnya tidak seperti itu, a-ano," Hinata berpikir sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. Dengan hati-hati ia membuka mulutnya, "se-setidaknya dengan masuk Blood Prison, Sa-Sasuke-kun akan mati secara perlahan,"

DOUBLE AW

Sasuke hanya bisa meremas jantungnya. Sakit, bung!

Hinata lagi-lagi membuat kesalahan. Kali ini ia bingung harus berkata apa. Terlebih, raut wajah Sasuke yang kecewa dan ogah menatap dirinya. 'Baka! Baka!' Hinata merutuk dalam hati.

Dari kejadian itu, Hinata berjanji untuk lebih berhati-hati ketika berbicara dengan Sasuke.

.

.

Hari telah senja. Hyuuga Hinata memutuskan untuk pulang. Berjam-jam menetap di kediaman Uchiha tanpa berbicara dengan si empu rumah sangat membuang waktu. Waktunya ia habiskan sia-sia di rumah Sasuke. Sebenarnya, Uchiha Sasuke tidak berniat untuk nyuekin Hinata, tetapi karena kesalahan Hinata sendiri, Sasuke jadi malas membuka topik dan memilih untuk bungkam. Terpuruk. Kata-kata Hinata terus berputar di otaknya.

Hyuuga Hinata juga, saat itu, tidak berinisiatif untuk langsung kabur. Rasa bersalah terus menyelimuti hatinya. Ia ingin meminta maaf, tetapi lagi-lagi ia bingung harus berkata apa. Alhasil, diem-dieman lah.

Karena pegal duduk berjam-jam di teras rumah, Hyuuga Hinata memberanikan diri untuk pulang. Kalau Hinata gak move on-move on, bisa selamanya ia terperangkap di kediaman Uchiha.

"A-aku pulang, Sa-Sasuke-kun," pamit Hinata yang hanya mendapat respons 'Hn' dari Sasuke.

Hinata lagi-lagi merasa bersalah ketika melihat raut wajah sedih bertengger di wajah stoic Sasuke. 'Argh, baka!' Hinata hanya bisa mengutuk dirinya sendiri. Lagi-lagi ia menghentikan langkahnya. Setidaknya, ia harus mengucapkan sepatah dua kata sebelum ia pergi.

"A-ano, Sa-Sasuke-kun,"

Sasuke masih setia pada posisinya, "Hn?"

Hinata menghela nafas, "Ma-maafkan aku. A-aku tidak bermaksud," lalu menelan ludah, "su-sungguh, a-aku tidak senang saat mendengar kabar itu. Ju-jur, a-aku sedih jika harus kehilangan te-temanku lagi. Ka-kau sahabat terbaik yang pernah Naruto-kun miliki. Ja-jadi kumohon, sa-saat kau di penjara nanti, ja-jangan menyerah. A-aku yakin, Na-Naruto-kun akan membawa di-dirimu kembali seperti yang ia lakukan padamu saat usai perang kemarin," entah angin darimana Hinata akhirnya mendapat keberanian untuk mengeluarkan isi pikirannya. Ia menghela nafas lega ketika melihat raut wajah Sasuke berubah.

Sasuke mendongakkan kepalanya sejenak untuk melihat wajah Hinata yang tertunduk sebelum akhirnya berdiri. "Terima kasih, Hyuuga," hanya kalimat singkat itu yang keluar dari bibir tipisnya.

Kedua pipi Hinata merona ketika mendengar pernyataan Sasuke. Meskipun tanpa sebuah senyuman, Hinata yakin, Uchiha Sasuke benar-benar mendengar permintaan maafnya.

Ia yakin, Sasuke tidak akan menyerah begitu saja.

.

.

Naruto ingat betul saat dirinya terperangkap dalam penjara berdarah itu. Bagaimana suram dan kelamnya tempat yang hampir dihindari sebagian besar kriminal. Bahkan kriminal kelas kakap pun sangat menghindari tempat itu. Mereka lebih memilih dihukum mati, atau kalau boleh request, penjara yang biasa-biasa saja sudah cukup. Banyak yang mencoba melarikan diri, namun hasilnya selalu nihil. Banyak para tahanan yang mati karena tidak tahan di dalamnya. Beruntung, waktu itu Naruto benar-benar memperjuangkan hidupnya untuk segera keluar dari penjara menakutkan itu. Terlebih lagi, ia tidak salah apa-apa.

Namun bagi sahabatnya, Uchiha Sasuke?

Uzumaki Naruto hanya bisa menahan perih yang ia rasakan. Lagi-lagi, ia harus kehilangan sahabatnya. Selama bertahun-tahun ia mengejar Sasuke untuk membawanya kembali ke Konoha, tetapi ini imbalan yang ia dapat? Imbalan dari usahanya selama ini? Imbalan dari perluh keringat dan darah yang ia keluarkan untuk menyelamatkan negri tercintanya? Apakah Sasuke harus dikorbankan juga? Tetapi, Uzunaki Naruto tetaplah dirinya. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Berbagai macam rencana ia susun untuk membebaskan Uchiha Sasuke, kelak.

Namun untuk saat ini ia hanya bisa menatap punggung Sasuke yang tengah bersiap-siap untuk terakhir kalinya.

Menyadari raut wajah kecewa milik Naruto, Sasuke membuka suaranya.

"Kau tenang saja, aku pasti kembali."

TBC


Anggap saja 1000 ryo tuh sama saja dengan 1000 rupiah. Karena ini FFN jadi unleash imagination boleh dong? -PLAK-

*)Blood Prison, yang udah nonton Naruto: The Blood Prison pasti mengerti deh. Singkat cerita, dalam movie itu Naruto dijerumuskan dalam penjara. Coba saja cari-cari di wikipedia atau google buat yang belum tau hehe

NOTE: Tolong jangan bunuh saya:( Masih ada tiga cerita yang belum saya selesaikan... Why Did I Know You, The Sisterhood, sama Moving On. Ampun ya semua... Tapi kaya'nya The Sisterhood akan sangat lama dilanjutkannya, malah saya stop, mungkin? Itu tergantung reader semua. Untuk Moving On dan Perfect Disaster ini, ide masih matang di otak saya, jadi kemungkinan bisa update lebih cepat. Bahkan Perfect Disaster ini hanya twoshoot *semoga aja*. Moving On satu chapter lagi. Why Did I Know You, seperti biasa, agak lama karena harus masih saya pahami. Tugas dan kuis masih menumpuk, hiks...

Untuk masalah judul. Saya bingung deh, saya lancar banget nulis cerita ini, tetapi ngestuck setengah jam cuma buat mikirin judul. Akhirnya karena saya terpaksa harus segera tidur, saya tentukan judulnya Perfect Disaster duh...

Sekian curhatnya. Ditunggu kritikan, atau non kritikan. Review atau hanya sekedar baca. Kecuali flame, flame langsung di PM aja deh ya.

Thanks for reading and review!

27 September 2012