Summary : Setiap orang berhak jatuh cinta, termasuk orang yang cacat dalam hal fisik. Jellal adalah seorang tunarungu yang jatuh cinta pada Erza, seorang wanita yang amat terkenal di sekolahnya. Apakah dia mampu untuk mendapatkan Erza?
Fairy Tail bukan punya saya, tetapi punya Hiro Mashima.
A/N : Gomen ya gan, kalau aku sering lupa nulis Fairy Tail bukan punya saya, tanpa di tulis jg kalian kykny udh tw kalau itu pny Hiro Mashima. Semoga cerita ini bagus deh, riview please XD
Tunarungu, kata itu sangat melekat pada diri Jellal. Sudah jelas jika ia tidak bisa berbicara seperti orang normal kebanyakan, akan tetapi, ia memiliki sebuah kemampuan yang amat luar biasa. Hari ini adalah hari pertamanya masuk ke SMA, dengan kemampuannya tersebut ia berhasil masuk ke sekolah Fairy Tail, sebuah sekolah terkenal yang dipenuhi dengan murid-murid berprestasi. Sudah jelas, jika sekolah ini bukanlah SLB.
Jellal masih termangu di depan sekolahnya, apa ini benar-benar kenyataan? Sekolah itu akan ditempatinya selama 2 tahun kedepan. Tiba-tiba saja seseorang yang tidak dikenalinya menarik tangannya, berniat untuk mengajaknya masuk. Jellal sempat melihat wajahnya meski hanya sekilas, parasnya begitu cantik dan terlihat ramah, rambut pirang yang di kuncir setengah dan sebuah senyum. Sangat lengkap…
"Kenapa kamu hanya termangu di depan sekolah? Lebih baik kamu melihat kedalam, lebih hebat dari yang kamu bayangkan!"
Kira-kira itulah yang diucapkannya barusan, kini mereka berdua telah sampai di ruang kelas. Anak perempuan itu mencari namanya dan kemudian berteriak senang, jarinya menunjuk nama Lucy Heartfilia.
"Ah iya, siapa namamu?" Tanyanya ramah
Dengan seksama Jellal mencari namanya dari sekian banyak nama yang ada dan kemudian ia menunjuknya, rupanya mereka berdua sekelas. Lucy sendiri hanya mangut-mangut dan mengajaknya masuk kedalam kelas, di sana begitu ramai meskipun jam baru menunjukkan pukul 6 kurang 15 menit. Jellal memutuskan untuk duduk di paling depan, tiap menit demi menit yang berlalu hanya dia habiskan untuk berdiam diri. Akhirnya bel masuk pun berbunyi, seorang guru yang sepertinya wali kelas mereka masuk dan memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, nama saya Gildarts-sensei. Mengajar pelajaran sejarah, untuk satu tahun kedepan saya akan menjadi wali kelas kalian. Mohon bantuannya"
Mendengar perkenalan dari gurunya itu Jellal hanya mengganggukan kepala, entah karena apa, Gildarts-sensei menunjuknya dan menyuruhnya untuk maju kedepan. Sontak, Jellal menunjukkan ekspresi kaget yang sangat tidak biasa, bahkan beberapa murid tertawa melihat ekspresinya itu. Dengan langkah kaki yang gemetaran ia maju kedepan dan menunjuk-nunjuk dirinya sendiri, semua murid pun di buat bingung oleh tingkah lakunya.
"Jangan malu-malu, bicara saja"
Tangannya mengambil sebuah spidol yang tidak terlalu jauh, ia pun menuliskan namanya dan membungkukkan badannya, sebagai tanda salam kenal maksudnya. Gildarts-sensei hanya tersenyum dan menyuruhnya duduk kembali. Setelah semuanya memperkenalkan diri, bel pulang pun berbunyi. Saat berbenah, beberapa anak datang menghampirinya.
"Daritadi kamu belum mengucapkan sepatah kata pun, ada apa dengan mulutmu itu?"
"Mungkin dia malu karena harus menunjukkan giginya yang ompong semua" Ledek salah satu dari mereka
"Ha….Lucu, mungkin ini akan membuatmu bicara"
Anak itu mengeluarkan sebuah pensil yang amat runcing dari kantong celananya, karena merasa takut, ia menendang kursi dan berlari keluar dari kelas, bisa di bilang jika itu adalah gerak refleks. Karena terlalu terburu-buru, tanpa sengaja Jellal menabrak seorang wanita, dengan cepat ia membungkukkan badannya sebanyak 3x, sebagai tanda permintaan maaf maksudnya dan kemudian kembali lari. Anak-anak usil tadi sepertinya kehilangan jejak.
"Dasar sialan! Apa maksudnya menjatuhkan kursi hingga menimpa kakiku?!"
"Natsu, ada apa?" Tanya Lucy yang segera menghampiri Natsu karena merasa heran
"Tadi ada seorang anak yang menjatuhkan kursi dan itu menimpa kakiku"
"Itu karena kamu mengusilinya…" Ucap Lucy yang kemudian menghela nafas
"Eh?! Kamu tau?"
"Aku melihatnya tau, makanya jangan suka mengusili orang" Setelah mengucapkannya Lucy menjitak kepala Natsu pelan
"Ittai…Lagipula aku tidak akan menusuknya kok, aku kan hanya ingin mendengar suaranya"
"Mungkin dia sedang sakit tenggokoran dan juga kalian berdua, tidak baik mengusili murid baru"
"H'ai, h'ai"
"Emmm…Erza?"
"….." Menengok kearah datangnya suara
"Jidatmu kenapa?"
"Tadi ada seseorang yang menabarakku, setelah itu dia bertingkah laku aneh dan lari"
"Itu pasti Jellal! Aku akan menyusulnya, kalian pulang duluan saja!"
"Oii, Lucy!"
Teriakan itu sama sekali tidak dipedulikan olehnya, Natsu hanya mendengus kesal dan kemudian berjalan mendahului kedua temannya. Mereka adalah Gray dan Erza, di tambah Lucy maka menjadi tiga. Persahabatan mereka sudah terjalin selama 5 tahun lamanya dan sepertinya Natsu mulai menyukai Lucy, meski sebenarnya ia sudah menyukai wanita berambut pirang itu semenjak kelas 8 SMP.
"Tidak perlu kesal seperti itu, lagipula anak baru itu tidak akan merebut princessmu" Ucap Gray santai
"Tapi tetap saja, dia terlihat sangat peduli pada murid baru itu"
"Jadi, kamu cemburu?" Ledek Erza sambil tersenyum
"Ya! Aku cemburu, dia tidak pernah sepeduli itu padaku"
"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi"
Lucy POV
Setelah berlari kesana kemari, aku menemukan Jellal yang berada di halaman belakang sekolah. Segera aku menghampirinya dan berdiri disebelahnya. Aku harap dia sudah baikan, wajahnya tadi menunjukkan jika dia sangat ketakutan.
"Apa kamu sudah merasa lebih baik?"
Jellal hanya menganggukan kepalanya dan kemudian membungkukkan badannya sekali, aku menggelengkan kepala dan menyuruhnya berdiri kembali, aku merasa tidak melakukan hal yang heroik, untuk apa dia berterima kasih padaku.
"Mereka berdua itu bernama Natsu dan Gray, mereka tidak sejahat yang kamu bayangkan kok. Hanya saja terkadang suka usil apalagi sama anak baru, semoga kamu bisa segera beradaptasi di sini"
Lagi-lagi Jellal hanya mengganggukan kepalanya, kami berdua hanya terdiam sambil memandang awan yang begerak. Saat itu sekolah masih ramai, meski begitu hanya ada kami berdua di halaman belakang sekolah, berduaan di tempat yang sepi, jujur saja aku agak gugup jika harus begini.
"Aku bisa maklum kok kenapa kamu tidak bicara sedari tadi, kamu sedang sakit tenggorokan, bukan?"
Kepalanya menengok kearahku dan dia menunjukkan eksprsi yang terkesan bingung, apa aku salah? Tiba-tiba saja dia membungkukkan badannya lagi, aku jadi panik sendiri karena tidak mengerti. Apa dia berterima kasih? Atau apa?
"A…Apa maksudnya? Jangan membungkukkan badan terus, aku, aku bingung"
Dengan cekatan, Jellal mengeluarkan sebuah note dari dalam tasnya, ia menulis dan menunjukkannya padaku. Awalnya aku hanya menunjukkan ekspresi yang terkesan biasa, lalu kemudian aku terpekik dan berteriak.
"Kamu tunarungu?!"
Hanya itu yang bisa kukatakan, baru pertama kalinya ada anak tunarungu yang bersekolah di sini. Ekspresiku yang awalnya kaget tiba-tiba saja berubah menjadi kagum, aku menjabat tangannya dan mengeluarkan segala kekagumanku padanya.
"Kamu benar-benar hebat! Ini pertama kalinya ada anak tunarungu di sekolah kami, aku menyambutmu dengan baik. Jika ada anak nakal yang menganggumu, beritau saja padaku"
Lagi-lagi dia bingung, meski aku menyambutnya dengan baik belum tentu dengan yang lain, bisa saja dia di bully, rata-rata murid di sini adalah orang kaya dan pintar, jika ada yang berbeda maka akan di bully habis-habisan, mengerikan bukan?
"Sekolah ini tidak sebaik yang kamu bayangkan, jika ada apa-apa beritau saja. Sekarang sudah siang, ayo pulang" Ajakku yang disertai anggukan darinya
Kami berpisah di belokan dan pulang ke rumah masing-masing. Rupanya ponselku berdering, segera aku mengangkatnya dan mengangkat telepon.
"Moshi, moshi"
"Natsu? Ada perlu apa menelponku?"
"Tidak ada yang penting sih. Kamu berada di sekolah sangat lama, tentu saja aku khawatir, apa sangat sulit mencari anak itu?"
"Sebenarnya tidak sih, hanya saja aku mengobrol dengannya"
"Eh? Apa benar? Dia mau bicara denganmu?"
"E…Eto…Bagaimana mengatakannya ya, sebenarnya tidak bisa dikatakan mengobrol sih"
"Lalu? Kamu kencan dengannya?"
"Natsu! Apa-apaan kamu, aku baru saja mengenalnya!"
"Oh, gomen, gomen, jadi apa?"
"Asal kamu tau saja, sebenarnya Jellal itu seorang tunarungu"
"Tunarungu di sekolah kita? Sepertinya agak aneh"
"Memang, untuk kedepannya mungkin akan lebih sulit"
"Lucy, aku tau tidak seharusnya mengatakan hal ini padamu, hanya saja lebih baik kamu jangan berteman dengannya"
"Lho, kenapa?"
"Kamu tau bukan jika ada anak yang berbeda dari kita maka dia akan di bully habis-habisan, jika kamu berteman dengannya kamu akan ikut di bully. Aku tidak ingin hal itu terjadi"
"Tapi…Aku tidak bisa membiarkan dia begitu saja! Kamu tidak merasa kasian padanya?"
"Memang sih, cuman…"
"Cuman apa? Aku tau kamu tidak peduli padanya!"
"Aku tidak mengerti, mengapa kamu sangat peduli padanya?! Padahal kalian baru pertama kali bertemu"
"Lalu kenapa?"
"Apa kamu tidak sadar, aku cemburu!"
"Cemburu…?"
"Untuk kedepannya terserah kamu saja, aku tidak akan peduli"
Tut….Tut…Tut
Sepertinya Natsu telah menutup teleponnya, apa yang kulakukan salah sehingga membuatnya marah? Muncul perasaan bersalah dan bingung dalam hatiku, sekarang apa yang harus kulakukan?
Bersambung…
