SoniCanvas presents...

a Granblue Fantasy cross-over...

with

DETROIT: Become Human

Starring: Gran, Lyria, Robomi, Nicholas(Shiro)[GBF]

Connor(RK800) and Hank Anderson[D:BH]

SUMMARY:

Sebuah pembantaian misterius terjadi di kediaman Elijah Kamski disertai hilangnya ratusan android dalam satu malam. Pelakunya bukanlah android maupun manusia, namun mereka akan mengungkap sesuatu yang bukan berasal dari dunia mereka...

Deviant Abomination

Prolog

Sebuah mobil sedan tua tampak terparkir di sebuah gedung megah berwarna putih di tengah badai salju yang menerpa wajah mereka. Tampak seorang lelaki tua dan sesosok pemuda android berjalan bersama menuju rumah megah yang diberi garis polisi hologram berwarna kekuningan.

"Elijah Kamski..." ucap sang lelaki tua dengan bibir dinginnya sinis. "Kita baru bertemu dengannya beberapa minggu yang lalu, lalu mati begitu saja..."

"Tepatnya dua minggu dan lima hari, Letnan." jawab pemuda android itu polos.

"Connor, kenapa kau harus merusak momenku? Bisakah kau diam sebentar saja?" Pria tua yang diketahui bernama Letnan Hank Anderson oleh si android bernama Connor menatapnya kesal. Sudah kesekian kalinya Connor merusak momennya untuk membuat sedikit sindiran atau ucapan kasar yang biasa dia lakukan.

"Maafkan aku, Letnan. Tapi aku masih tidak paham dengan "momen" yang selalu kau bicarakan itu." Connor memiringkan kepalanya bingung. lampu LED di samping kepalanya menunjukkan warna kuning tanda dirinya masih kesulitan memproses semua ucapan rekannya itu, ditambah kekacauan dari dingginnya badai salju. "Sebaiknya kita segera masuk sebelum kita berdua membeku disini..."

Hank menghela napas panjang, lalu menggeleng pelan dan segera berjalan menghampiri seorang polisi yang sedang bertugas.

"Seperti biasa, dia bersamaku untuk memeriksa TKP." Hank menunjuk Connor yang berdiri bersamanya, dan polisi tersebut membuka garis pembatas agar mereka berdua dapat masuk ke dalam TKP.

Mereka berjalan perlahan memasuki rumah tersebut. Sebagaimana tugas android yang dikirim untuk membantu polisi, Connor memindai ruang tengah sebelum masuk ke dalam ruangan berikutnya. Tampak sebuah jejak air yang tidak biasa. Otaknya berusaha memroses data dari jejak kaki tersebut, namun jejak ini tak memiliki identitas apapun yang tersedia dalam basis datanya. Satu hal yang pasti: jumlah mereka sangat banyak dan bergerombol tanpa menyeka salju dari kaki mereka lebih dahulu.

"Letnan!" sahut Connor pada Hank.

Lelaki tua itu kemudian menghampiri Connor yang masih menatap jejak tersebut.

"Ah, cepat sekali." ucap Hank datar, memicingkan matanya pada jejak salju yang sedang dilihat Connor. "Kau tahu pemilik jejak kaki ini?"

"Itulah yang ingin kukatakan padamu, Letnan. Tidak ada yang cocok dengan jejak manusia maupun android yang terdaftar dan tersimpan di dalam dataku. Namun dari banyaknya salju yang dibawa, mereka lebih dari satu pelaku." jelas Connor.

"Tepat seperti yang kupikirkan. Tapi, bagaimana dengan Kamski? Seharusnya ada metode pembunuhan atau motif yang menjelaskan tentang ini. Ayo ikut aku!" Hank kemudian memandu Connor menuju sebuah ruangan luas dengan kolam renang di tengahnya. Beberapa lukisan yang terpampang di dinding ternodai dengan darah, air kolam tampak berwarna keunguan dan seonggok mayat yang tergeletak membelakangi kolam.

Connor menghampiri mayat tersebut dan menunduk, lalu berkata, "Letnan, sebaiknya anda tak melihat ini."

"Astaga, apakah kau akan terus melakukan itu? Hank yang berdiri di samping Connor membuang mukanya. "Sebaiknya cepat sebelum aku muntah."

Connor memindai mayat tersebut, kemudian menjilat darah yang tercecer di sekitarnya. Tak diragukan lagi, itu adalah mayat Elijah Kamski.

"Menurut hasil pemindaianku, Kamski tak memberikan perlawanan saat pelaku menggosongkan isi perutnya...seakan mereka menembakkan laser raksasa ke tubuhnya hingga hangus terbakar dengan rapi. Jejak yang sama seperti yang kita lihat di ruang tengah juga terlihat disini. Hanya saja..."

"Tidak ada tanda-tanda kehadiran android miliknya." sambung Hank.

"Kecuali satu." Connor berdiri dan menunjuk sebuah kamar. "Aku melihat jejak darah biru mengarah ke kamar itu."

Mereka berdua menatap ruangan di ujung lorong. Berjalan perlahan menyusuri lorong tersebut menuju sebuah kamar tidur besar dengan tempat tidur yang besar. Jejak "darah biru" yang dilihat oleh Connor terhenti pada sebuah lemari kayu di samping jendela besar yang menghadap ke halaman depan rumah.

"Yang ini bagianku." Hank melangkah mendahului Connor. "Apapun yang ada di dalam sana bisa jadi saksi yang menguntungkan kita atau pelaku yang kita cari."

Ia kemudian membuka pintu lemari dengan perlahan dan pasti. Tiba-tiba...

"SHABAAAAAAAAA!"

Sesosok android menerkam Hank hingga jatuh tersungkur. Connor ikut menerjangnya secepat kilat. Wanita berambut pirang itu sekarang menerkamnya dan berusaha mencakar wajah Connor, namun belum sempat jemari berkuku tajam itu menyentuh wajah rupawannya, sebuah tembakan melesat ke dada android tersebut, membuka kesempatan pada Connor untuk menyentuh tangannya dan mengakses ingatannya. Ia kemudian melepaskan diri dengan mendorong sang android wanita hingga menghantam dinding dan tak sadarkan diri. Napas Connor terengah-engah dan air mukanya tampak ketakutan.

"Connor, kau baik-baik saja?" Hank berjalan menghampiri Connor dan menggoyangkan tubuhnya.

"Aku...takut..." tubuh Connor gemetar ketakutan. "Ada monster...menembakkan laser pada Kamski...lalu menusuk Chloe, dan...dan..."

"Pelan-pelan, Connor. Apa hal terakhir yang kau lihat dari ingatan Chloe?" Hank mengusap kepala Connor lembut untuk menenangkannya.

"Sekelompok android yang dibawa kabur oleh monster-monster itu...dan...plat nomor..." Connor berusaha menenangkan diri dan menyampaikan semua yang dilihatnya.

"Plat nomor?" Hank merogoh saku celananya, kemudian mengambil sebuah ponsel dan memberikannya pada Connor. "Pakai ponselku. Kau bisa mencatatkannya untukku?"

Connor mengangguk, lalu mengambil ponsel Hank untuk diretas olehnya. Ia memasukkan nomor polisi yang diingatnya, memroses setiap angkanya hingga memunculkan sebuah alamat dimana kendaraan tersebut terakhir terlihat. Selesai menjalankan tugasnya, ponsel itu dikembalikan pada rekan manusianya.

"Demi Tuhan aku tahu alamat ini." Hank melihat alamat yang tertera di ponselnya dan langsung mengenali alamat tersebut. "Kita akan ke rumah Zlatko Andronikov? Pria yang pernah terlibat kasus penggelapan uang dan penipuan?"

"Hanya itu informasi yang kudapatkan, Letnan." jawab Connor.

"Android yang diculik, pembunuhan petinggi CyberLife, dan seorang penipu. Bagaimana jika itu sebuah kebetulan?"

Lampu LED di kepala Connor kembali menyala kuning. Sebuah laporan baru kembali masuk ke dalam basis datanya.

"Aku baru mendapatkan laporan bahwa lebih dari 500.000 unit android dinyatakan hilang dalam satu malam. Kebanyakan di antaranya adalah deviant, tepat pada tanggal dan waktu yang sama dengan pembunuhan Kamski. Seseorang atau sesuatu berusaha mengalihkan perhatian polisi dari pencarian unit android yang hilang itu."

"Aku pernah dengar rumor tentang Zlatko yang kini membantu deviant. Bisa jadi... Connor, kita pergi sekarang!" Hank kemudian menggotong tubuh Connor yang terkulai lemas. Kesulitan menggotong tubuhnya yang berat, lelaki paruh baya itu kemudian menyeret tubuh Connor sekuat tenaga.

"Astaga, Connor. Apa yang ada di dalam tubuhmu itu? Untuk sebuah boneka plastik, kau berat sekali!" Hank mengeluh untuk mengalihkan penat di tubuhnya.

"Secara teknis, komponen luarku adalah silikon dengan rangka dalam dari serat karbon dan campuran baja ringan."

"AKU TIDAK MENYURUHMU UNTUK MENJAWAB!"

Hank masih terus menyeret Connor dengan susah payah hingga akhirnya berhasil keluar dan membawanya masuk ke dalam mobil berkarat yang diparkir tak jauh dari rumah itu. Hank kemudian menyalakan mobilnya dan mengeluarkan mobil tersebut dan berkendara menuju alamat yang tertera di ponselnya.

30 menit kemudian...

Mobil mereka berhenti pada sebuah rumah tua yang tampak tak terawat baik teras maupun halaman depannya.

"Tunggu. Disini." Hank menekankan setiap ucapannya pada Connor dan membuka pintu mobilnya. Seraya keluar dari mobil, Ia sudah mencium niat busuk setelah menyadari bahwa orang yang akan dikunjunginya pernah keluar masuk penjara.Dengan memantapkan hati, Hank berjalan menuju teras rumah tersebut.

TING TONG!

Ditekannya bel pintu yang ada di sisi pintu kayu yang tampak sudah reyot itu. Tak lama kemudian, tampak seorang pria Rusia bertubuh gempal yang membuka pintu besar tersebut.

"Selamat datang, Tuan-tuan. Ada yang bisa saya bantu?" sapa pria itu.

"Anda yang bernama Zla—"Tuan-tuan"? Saya sendirian kok kesini." Hank menatapnya bingung.

"Terus yang di sebelahmu itu siapa?" Pria bernama Zlatko tersebut menunjuk sesosok pemuda yang tanpa disadari sudah bersama Hank.

"ASTAGHFIRULLAHALADZIIIM!" Hank tersentak kaget melihat Connor yang tiba-tiba masih menguntitnya. "Connor, berapa kali harus kukatakan kau tak perlu mengikutiku terus seperti arwah penasaran?"

"Namaku Connor. Aku android yanh ditugaskan CyberLife untuk membantu Letnan Hank Anderson." Connor memperkenalkan dirinya pada Zlatko. "Kami dengar informasi tentang anda yang kini bekerja membantu android yang butuh tempat tinggal."

"Benar sekali. Bagaimana jika kita berbicara sambil minum kopi? Silakan masuk." Zlatko membuka pintunya lebar untuk mempersilakan Hank dan Connor masuk ke dalam rumahnya yang ternyata memiliki pemandangan dalam ruangan yang lebih megah dan membuat siapapun betah untuk tinggal di dalamnya. Di kanan dan kiri ruangan terdapat tangga dari pualam yang akan membawa mereka ke lamtai atas yang terdiri dari beberapa kamar. Ornamen bunga keemasan menghiasi setiap dinding rumah tersebut.

"Untuk sebuah rumah yang tampak reyot di luar, rumah ini cukup nyaman untuk ditinggali." kata Hank pada Zlatko seraya melihat sekeliling ruangan tengah rumah tersebut.

"Oh, aku hanya terlalu tua untuk membersihkan halaman depan seluas itu. Android datang dan pergi dan menggunakan tempat ini sebagai persinggahan sementara karena tak terlihat oleh polisi yang masih mencari android buronan bahkan setelah revolusi." jelas Zlatko. "Kalian boleh berkeliling dahulu sementara aku membuatkan kopi untukmu."

"Terima kasih. Kami hanya sebentar saja kok." kata Hank.

"Tidak masalah. Anggap saja ini rumahmu sendiri." Zlatko kemudian pergi meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke belakang menuju dapur.

Connor memindai rumah tersebut, menemukan jejak kaki yang sama seperti jejak di rumah Kamski, mengarah ke sebuah ruangan di kamar atas.

"Letnan, ayo ikut aku." bisik Connor pada Hank. "Ada jejak kaki yang mengarah ke atas."

"Kerja bagus, tapi jangan sampai kita ketahuan. Aku naik duluan dan berpura-pura tak terjadi apa-apa." Hank mengacungkan jempolnya, lalu berjalan dengan santainya menaiki tangga diikuti oleh Connor.

Mereka memeriksa satu pintu kamar ke pintu kamar yang lain. Connor menepuk pundak Hank dan menunjuk satu kamar di ujung lorong lantai atas. Hank mengangguk pelan dan perlahan meraih pintu itu. Namun belum sempat Hank membuka pintunya...

BZZZZZZZZZZZZZT!

Setruman listrik yang luar biasa kuat dari belakang membuat mereka berdua jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Zlatko kemudian menyeret mereka berdua menuju ruangan yang tadi akan dibuka oleh Hank, lalu menutupnya dengan rapat.

~TBC~