Discleamer : 07-GHOST © Amemiya Yuki & Yukino Ichihara
Hanabi © NamiKaze-Naruni
Pairing : Mikage X Teito, Frau X Teito, Castor X Labrador
Genre: Romance/Action/Angst/Family/Humor (dikit)
Rated : T
WARNING : AU, Maybe OOC, Shou-ai, BoyXBoy, Typo. Chara Death, Don't Read If Don't Like..
.
.
.
Enjoy!
.
.
.
Chapter 1: Kembang Api
Barsburg senior high school. Merupakan salah satu sekolah atas terbaik di kota Tokyo yang memiliki fasilitas serta sarana-prasarana yang lengkap dan berkualitas. Prestasi para siswanya pun sangat luar biasa. Baik dari bidang akademik maupun non akademik. Tidak heran banyak siswa lulusan junior high memilih sekolah menengah atas ini sebagai pilihan belajar selanjutnya.
Dari ujung koridor terlihat seorang pemuda mungil berseragam BSHS dengan kemeja putih dilapisi blazer hitam lengkap dengan dasi merah dan celana panjang hitam serta sepatu pantopel hitam.
Mata emerald-nya yang memukau, wajah datar khasnya yang terlihat manis, berambut coklat dengan poni menutupi alisnya yang terbelah dibagian tengah dahinya. Warna kulit miliknya yang bewarna agak kecoklatan.
Satu kata.
Manis.
Teito Klein. 16 tahun. Murid teladan dan terkaya dari keluarga Klein yang juga pemegang perusahaan besar di Tokyo. Dikagumi banyak orang terlebih para wanita dan tak dipungkiri ada sebagian lelaki yang juga mengagumi putra semata wayang dari keluarga terpandang itu. Selain kepintaran yang dimilikinya dan wajah manisnya, ia juga memilik sifat yang agak dingin kalau berhadapan dengan orang lain yang menjadi magnet tersendiri bagi para pengagumnya. Tak heran banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi pasangannya walau tak satupun yang berhasil menarik perhatiannya. Melirik saja tidak, bagaimana membuat sang Klein takluk?
"Teitooo~!"
Mendengar suara tenor yang familiar di telinganya, Sang Klein menoleh.
Mikage Katsuya(1). 16 tahun. Yang merangkap pula sebagai, ehm! Kekasih sang Klein. Bertubuh lebih tinggi dari Teito. Berkulit tan, berambut pirang, bermata coklat musim gugur.
Rambut pirangnya bergerak karena ia berlari, begitu pun blezernya yang sengaja tidak dikancing, melambai seirama dengan gerakannya. Sebuah cengiran terlukis di wajah tannya.
Sesampainya di dekat pemuda bermata emerald itu, Mikage mengatur nafasnya yang sedikit tersengal karena berlari. Setelah cukup, ia pun berseru.
"Ohayou, Teito-sama!" katanya riang.
Teito mendengus, "Aku sudah bilang padamu, jangan panggil aku dengan tambahan 'sama', Mikage."
Mikage nyengir, "Hehe.. Oke, oke." kata Mikage langsung mengikuti langkah Teito yang mulai berjalan lagi.
"Ohayou gozaimasu, Teito-sama."
"Ohayou, Teito-sama."
"Ohayou gozaimasu, Klein-sama."
Disepanjang perjalan menuju kelasnya 11 IPA 1 yg terletak dilantai 2 gedung sekolah ini, Teito mendapat banyak sapaan hormat dari siswa-siswi lain di sekolah itu. Yang cukup dibalasnya dengan senyum kecil dengan anggukan kepala atau sebuah sapaan balik.
"Hei, Teito." panggil Mikage.
"Apa?" sahut pemuda bermata emerald itu.
"Kau tahu sekarang bulan apa kan?" tanya Mikage.
Teito yang baru akan menaiki tangga menuju lantai 2, langsung menghentikan langkahnya dan menoleh pada Mikage.
"Juli. Memang kenapa?" Teito malah balik bertanya pada pemuda berambut pirang itu.
Puk!
"Hei!" gusar Teito, ketika Mikage malah mengacak-ngacak rambutnya dengan wajah yang tersenyum. Melihat itu, Teito jadi blushing sendiri.
"Ini tanggal 19 Juli(2), lho.." kata Mikage.
"Lalu kenapa?"
"Perayaan Hanabi, Teito. Nanti malam akan ada perayaan Hanabi di Stadiun Jingu(3)."
"Terus apa hubungannya denganku?" tanya Teito cuek.
Mikage nyengir, "Tentu saja aku ingin mengajakmu kesana, Teito! Sekaliankencan. Hehehe.."
Blush!
"Ti-tidak mau! Aku sibuk!" kilah Teito sambil melangkah menaiki tangga.
"Heee.. Ayolah, Teito! Kau pasti datangkan ke perayaan Hanabi nanti malam kan?" tanya Mikage.
"Tidak. Aku tidak suka tempat ramai."
"Hei! Tunggu dulu, Teito!" sergah Mikage sambil menahan lengan Teito.
"Apa? Aku bi-,"
Kyuuung..~
"Ayolah..~" Teito terdiam saat memandang puppy eyes milik Mikage. Ukh. Dia benar-benar.
"Ba-baiklah! Aku ikut! Tapi hentikan menatapku seperti itu!" Teito akhirnya kalah dan menerima ajakan Mikage tu. Mikage yang mendengar itu tersenyum penuh kemenangan.
Mikage lalu menarik Teito mendekat, "Teito." bisik Mikage.
Teito tiba-tiba menjadi gugup ."A-apa lagi?"
Cup.
Satu kecupan singkat mendarat di bibir pemuda berambut coklat itu.
"Hehe.. Itu ucapan terimakasihku! Ingat, ya! Jam 7 nanti aku jemput, Teito!" dengan itu, sebelum ada 'cap 5 jari' yang menempel di pipinya, Mikage langsung berlari meninggalkan Teito yang masih terpaku di tangga.
Seulas senyum terlukis di wajah manis Teito.
".. Baka.."
~O~O~O~O~O~
-Mension Klein. At. 20.00 malam.-
"Sumimasen, Mikage-san. Sepertinya Teito-sama akan pulang terlambat," kata salah satu maid disana. Berambut berambut merah muda yg tersanggul rapih memiliki sepasang mata bewarna blue.
Mikage hanya memberikan cengiran khasnya. "Tak apa, Libelle-san. Aku sudah tahu kok."
"Maaf, anda perlu sesuatu yang, Mikage-san?" tanya salah satu maid yang lain berambut biru pendek, dengan mata bewarna violet.
"Hehe.. Terimakasih. Ini sudah cukup kok, Athena-san!" cengir Mikage.
Sesuai janjinya, Mikage malam ini datang ke rumah Teito untuk menjemputnya. Namun sayang, Teito tidak ada di rumah. Sebenarnya, tadi sore Teito sudah menghubungi kalau sepertinya ia tidak bisa datang. Tapi, bukan Mikage namanya kalau dia menyerah. Pemuda blonde itu tetap tidak peduli dan tetap datang sesuai janjinya. Jadilah sekarang ia menunggu Teito di mension keluarga Klein yang juga merupakan rumah Teito.
"Konbanwa, Mikage-kun?"
Semua kepala yang ada diruangan tamu itu menoleh. Mendapati seorang pemu-, ups! Seorang pria di bibir ruang tamu.
Libelle dan Athena segera membungkuk hormat. Begitu pula, Mikage yang langsung berdiri dan membungkuk.
"Konbanwa mo, Labrador-niisan," ujar Mikage sambil tersenyum.
Pria bernama Labrador itu tersenyum lembut sambil menghampiri Mikage, "Hmm.. 'Niisan' apa itu tidak berlebihan, Mikage-kun?" tanya Labrador.
Mikage nyengir salah tingkah, "Hehe.. habis, panggilan 'Niisan' masih cocok untuk Labrador-niisan."
'Ya, kan? Mana mungkin aku panggil 'Paman' pada orang yang masih terlihat seperti remaja berusia 18 tahun?' batin Mikage sweatdrop sendiri.
Yup! Labrador adalah Paman dari Teito. Merupakan adik laki-laki dari ayah Teito. Fea Kreuz Klein(4). Jika ditilik dari usia Labrador sekarang yang sudah 30 tahun, tentu secara umum pasti biasa di panggil 'Paman'. Tapi, lain hal jika yang bersangkutan masih terlihat seperti remaja berusia 18 tahun.
Mikage yang dulu baru pertama kali bertamu di mension pun, awalnya mengira kalau Labrador itu adalah kakak Teito. Waktu itu Labrador hanya tersenyum melihat Mikage yang baru sampai di pintu rumah dan langsung pergi menaiki mobil. Saat menanyakan hal itu pada Teito, Teito langsung berkata.
#####
"Kakak yang baru saja pergi naik mobil? Hoo.. Maksudmu Labrador-ojiisama? Dia pamanku, bukan kakakku, Mikage."
"Hooo.. Pam- PAMANMU? Serius?" Mikage yang berseru seperti itu di ruang tamu, langsung kena jitakan telak dari Teito di kepalanya.
"Jangan berisik! Memangnya kenapa, sih?" tanya Teito heran.
"Ti-tidak ada." sahut Mikage syok.
#####
Ok! Back to story.
"Ya kan, Libelle-san, Athena-san, ucapanku benar kan? Kalau panggilan Labrador-niisan cocok?" tanya Mikage pada dua maid di dekatnya, seolah minta persetujuan atas argumennya itu.
Dua maid itu hanya tertawa kecil mendapati pertanyaan Mikage.
"Jyah! Kenapa malah tertawa?" tanya Mikage.
"Haha.." Labrador ikut tertawa melihat Mikage.
"Hwee! Apa yang lucu, sih?" heran Mikage jadi malu sendiri
~O~O~O~O~O~
-Diwaktu yang sama-
Sebuah mobil melaju sedang di jalanan Tokyo yang cukup lenggang malam itu. Teito memandang ke arah luar jendela yang masih saja di padati oleh para pejalan kaki di pinggir jalan. mata emerald-nya bermain-main dengan memperhatikan setiap pejalan kaki yang tertangkap oleh pandangannya. Ada berbagai macam orang yang berbeda-beda yang ia lihat. baik dari gender maupun cara berpakaian mereka. Mungkin ia akan disangka orang yang kurang kerjaan yang memperhatikan orang-orang seperti itu. Tapi, bukan tidak ada gunanya memperhatikan orang seperti ini. Hanya saja, dengan begini Teito bisa mengetahui karakter orang itu seperti apa.
"Hahh.." Teito menghela nafas kecil.
"Apa ada masalah, Teito-sama?" tanya seorang pria berambut scarlet dengan warna mata yang senada dengan warna rambutnya.
"Tidak. boleh aku tahu sekarang jam berapa, Castor-san?" tanya Teito pada pria bernama Castor itu. pria yang memegang kemudi yang merupakan Butler dari keluarga Klein itu melirik jam yang tertera pada layar LCD GPS yang berada di sebelah radio mobil.
"Sekarang pukul 20.30 malam, Teito-sama. Apa anda ada keperluan ditempat lain?" tanya Castor sambil tersenyum saat melirik sang tuan mudanya itu tengah menghela nafas lagi.
Teito menggeleng, "Tidak ada. Kita kembali pulang."
"Baiklah." sahut Castor.
'Mikage. besok aku harus minta maaf padanya.' gumam Teito dalam hati.
~O~O~O~O~O~
"Teitooooo... Akhirnyaaa...~"
"Eh? Mi-Mikage?"
"Kau ini..~ Ayo cepat! kita terlambat melihat pertunjukkan kembang apinya!"
"Eh-hei!"
"Semuanya, aku pinjam Teitonya, ya! permisi!" seru Mikage sambil menarik Teito pergi.
"Tunggu sebentar!" seru Labrador.
"Eh? ada apa, Labrador-niisan?" tanya Mikage yang langsung berhenti. Labrador mendekati Mikage dan Teito. Lalu menaruh sesuatu di kantung mantel bewarna biru dongker yang kebetulan dipakai oleh Teito. Teito mengernyit heran melihat dua benda yang dimasukkan oleh Paman 'cantiknya' itu, "Sudah. hati-hati di jalan, Mikage-kun, Teito-kun." kata Labrador sambil melambaikan tangan kanannya.
"Iya. Permisi!" sahut Mikage.
"Jangan taik-tarik Mikage!" kesal Teito.
"Gomen!"
Setelah melihat Mikage dan Teito pergi, Labrador lalu menoleh pada Castor yang masih berdiri di dekat pintu mobil. menyadari tatapan mata yang tertuju padanya, Castor tersenyum.
"Apakah anda mau minum teh malam ini, Labrador-sama?" tanya Castor.
Labrador tersenyum lembut, "Boleh."
~O~O~O~O~O~
Perjalanan dari Mension Klein ke Stadiun Jingu memakan waktu hampir 30 menit. Mikage yang mengendarai mobil miliknya langsung saja ngebut ke tempat tujuan. Setelah hampir menabrak mobil lain di kota Tokyo dan sukses kena semprot Teito yang nyawanya tadi sempat 'terancam' karena ulah pemuda berambut pirang itu, akhirnya mereka sampai juga ke tempat tujuan. Namun sayang, ternyata pesta kembang apinya telah usai. Mikage yang melihat itu hanya menghela nafas. tidak dipungkirinya kalau ia agak kecewa sekarang.
"Oh, shit! Kita terlambat." gumam Mikage kecewa. Saat ia sudah sampai ke tempat perayaan hanabi. Yang didapatinya hanya para pedagang yang sedang membereskan stand-stand jualan mereka.
Teito hanya diam.
"Padahal hari ini sudah kutunggu-tunggu.." sambung Mikage sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
Teito memalingkan wajahnya ke arah kiri.
Mikage membalikan badan ke arah Teito.
"Ya, sudahlah.. Kita pulang, Teito." ajak Mikage kemudian.
Teito menoleh menatap mata Mikage yang jelas terbesit rasa kecewa di mata coklat itu. Ia menghela napas. Dan kembali menatap wajah Mikage.
"Tidak." tukas Teito singkat.
Mikage menautkan alisnya Heran.
"Ikut aku." tanpa diduga Teito menarik tangan kanan Mikage. Lalu berjalan menuju mobil.
"Hei, mau kemana, Teito?"tanya Mikage.
"Merayakan hanabi, bodoh." balas Teito.
"Hah? Tu-tunggu Tei-,"
"Diam. ikut saja." potong Teito. Pemuda berambut coklat itu lalu membuka pintu mobil milik Mikage, "Naik. Kita pergi dari sini."
"Eh? I-iya," Mikage langsung ciut saat sepasang mata emerald menatapnya dengan seram.
Tak lama kemudian, mobil hitam itu kembali berjalan menembus jalan kota Tokyo malam itu. Setelah sekitar 20 menit berjalan, Teito menyuruh agar Mikage menghentikan laju mobil mereka di tempat yang sangat sepi. Bukankah ini jalan menuju Hill? gumam Mikage dalam hati.
"Ayo, turun." ujar Teito.
"Eh? Turun? Baiklah,"
"Ayo!" seru Teito yang kini menarik lengan Mikage pergi.
"Eh?"
Mikage diam. Dia sudah tau, percuma saja melawan Teito dalam hal ini. Apa? tentu saja. Mikage seme disini. Jangan tanyakan itu.
Lama mereka berjalan yang dimanfaatkan oleh Mikage menggenggam lengan Teito yang semula menggenggam jadi digenggam. Jarang-jarang, man! Teito kayak gini. Biasanya, kalau nyentuh dikit aja bisa langsung kena cap tangan gratis di pipi. Ukh, bagian itu harap disensor dan akhirnya mereka pun sampai di puncak bukit tu.
Mikage buru-buru melepas genggaman tangannya saat Teito melirik sinis. Seakan berkata. 'Lepaskan-tanganmu-Mikage'
"Lalu, apa yang kita lakukan?" tanya Mikage kemudian.
Teito tidak menjawab. Ia malah merogoh saku mantel biru dongkernya dan mengeluarkan sesuatu yang tadi diberikan oleh Labrador. Lalu, memberikannya pada Mikage.
"..err.. Kembang api dan pemantik?" heran Mikage setelah melihat benda itu. Dan pemuda blonde itu akhirnya mengerti maksud Teito dengan senyum yang mengembang ia pun menerima kedua benda tu.
Mikage membuka bungkus kembang api itu dan mengambil 2 batang kembang api.
"Ini." lalu menyerahkan satu batang pada Teito. Teito pun menerimanya. "Thanks." balasnya.
Lalu mereka pun menyalakan kembang api tu hingga habis. Setelah itu, mereka duduk bersantai di atas permadani alam tersebut lengkap dengan pemandangan kota ditengah malam yang sangat memukau.
"..kembang api itu, kau dapat dari mana?" tanya Mikage yang memang tidak suka keheningan.
"Tadi lihat Labrador-ojiisan memasukkan sesuatui dalam mantelku kan?." tanya balik Teito.
Mikage mengangguk, "Ohh.. dari Labrador-niisan."
"Hn. Gomen.."
Mikage langsung memandang Teito yang tampak menundukan kepalanya bersalah.
"Aku tahu, ini gara-gara ku yang malah pergi meeting bersama klien-klien perusahaan Otou-sama. Padahal, kau menungguku lama di rumahkan? Ku akui aka memang egois dan sama sekali tidak memahami perasaanmu, Mikage. Aku sadari selama ini, kaulah yang selalu sabar menghadapi sikapku. Anggap saja ini sebagai balasannya." kata Teito langsung menatap mata coklat Mikage. 'Dan aku tidak ingin melihat tatapan kecewa itu lagi dari matamu.' tambah Teito dalam hati.
Mikage tertegun. Ia pun tersenyum sambil mendongak ke atas langit. "Coba lihat ke atas, Teito!"
Teito lalu mendongak ke atas dan terkesima dengan jutaan bintang yang bercahaya menghiasi angkasa.
Tiba-tiba Teito berseru. "Bintang jatuh, Mìkage!"
"Wah, kau benar. Jarang-jarang bisa lihat." timpal Mikage.
"Kau.. Tidak buat permohonan?"tanya pemuda bermata emerald tu.
Mikage menggeleng. "Tidak. Aku hanya akan mengatakan permohonanku mungkin, jika aku akan mati."
"jangan bicara yang tidak-tidak." dengus Teito.
"Haha.. bercanda! Kau sendiri, semenjak kapan kau percaya kalau bintang jatuh bisa mengabulkan permohonan? Kau kan selalu berpikìr rasional."
Teito mendongak menatap bintang lalu memejamkan matanya sambil tersenyum. "mungkin sejak aku mengenalmu, Mikage." ucapnya kemudian.
Mikage blushing mendengar penuturan dari pemuda berambut coklat itu. "Be-begitu."
"Jujur. Semenjak aku bergaul denganmu, pikiran rasionalku jadi tak berarti."kata Teito sarkas.
"Hah? Jadi maksudmu, pikiran ku ini primitif, ya?" pekik Mikage kagak terima.
"haha.." tawa Teito garìng. "..tapi, aku menikmatinya. Sungguh." lanjutnya kemudia sambil tersenyum pada Mikage.
Mikage kembali blushing. Lalu kembali menatap langit. "Kau tau, Teito.."
"Tentang apa?"
".. ternyata langit itu luas sekali ya. Kalau dilihat seperti ini, kita terlihat kecil sekali. Seakan kalau kita menjadi langit, kita bisa tahu segalanya di bumi ini." lanjutnya kemudian.
"Hm, kalau bicara seperti itu. Kau bakal dikira stalker tahu." timpal Teito.
"Haha, kau benar. Tapi, thanks, Teito. Ini malam hanabi yang menyenangkan!" seru Mikage nyengir pada Teito. "Tapi, tahun depan kita harus bisa melihat pertunjukan kembang api yang sungguhan, dan kau harus mau ku ajak!"
"Tidak mau." Teito melihat sekilas Mikage yang mengurucutkan bibirnya. Pemuda mungil itu tersenyum. "Bercanda. Ya, aku mau, Mikage." ucapnya kemudian menoleh pada pemuda pirang di sampingnya itu.
Mikage tersenyum senang dan menoleh pada Teito. "Sungguh! Janji ya ka-," perkataan Mikage terputus tak kala baru sadar kalau kini wajahnya sangat dekat dengan wajah Teito. Padahal tadi tidak sedekat ini. Mereka terdiam saling memandang, perlahan lengan Mikage bergerak menyentuh punggung tangan teito. Menggenggamnya dengan lembut. Terbawa suasana, Mikage makin memajukan wajahnya dengan perlahan. Teito yang mengerti maksud Mikage, lantas menutup kedua mata emerald-nya. Hingga sesuatu yang hangat ia rasakan di bibirnya. Terasa lembut dan manis secara bersamaan.
Ini bukanlah ciuman yang menuntut lebih. Tapi, sebagai ungkapan kasih sayang yang hangat untuk yang terkasih dan saat itu bintang jatuh kembali muncul menghiasi malam itu yang terasa hangat bagi mereka berdua.
~O~O~O~O~O~
"Kakak pulang, Maria(5)!" seru Mikage.
"Kakak!" melihat sang kakak yang baru saja pulang, Maria langsung memeluk Mikage dan menyembunyikan wajahnya.
"Lho, doushita?"
Maria tampak menggeleng pelan. Gadis berambut pirang yang di kepang 2 rendah itu lalu mendongak menatap wajah sang kakak.
"Kakak.. I-ibu, i-bu.." isak Maria.
"Kenapa dengan ibu?" sontak Mikage berlutut di depan sang adik.
"Ayah, bi-bilang.. ibu jatuh sakit, hiks.. dan kita berdua harus kembali ke Paris Rabu ini," jelas Maria.
"A-apa?"
"Kakak?"
Mikage terdiam. Bagaimana ini? Dia harus kembali ke Paris?
"Kakak, Ayah juga bilang, mulai Rabu ini kita akan menetap di Paris."
"Menetap? Kita akan meninggalkan Jepang?" tanya Mikage.
Maria mengangguk sambil menghapus air matanya, "Iya. Keadaan ibu memburuk, jadi kita berdua harus selalu disisinya. Kenapa. Kak?"
Mikage tersenyum, "Tidak. Kau tidurlah, ini sudah malam. Besok Kakak akan menghubungi ayah."
Maria mengangguk, "Iya. Oyasumi, Kak."
"Ya, Oyasumi, Maria."
Setelah melihat sang adik pergi ke lantai dua. Mikage mengepalkan tangannya erat.
Bagaimana dengan Teito? Jika ia harus pergi dan menetap di Paris? Tapi, Bagaimana pun, ia khawatir dengan keadaan Ibunya itu. Mikage lalu menundukkan kepalanya sedih.
"Maaf Teito, tahun depan nanti. Sepertinya,aku tak bisa melihat Hanabi bersamamu lagi."
~O~O~O~O~O~
-TBC-
~O~O~O~O~O~
-(1)Mikage katsuya: cuma nama biasa yang seenak udel Naru tambahin sebagai marga Mikage. Habis, Mikage-kun nggak punya nama marga, jadi Naru tambahin.. XDDDD #KICKED
-(2)Tanggal 19 Juli: Yang Naru tahu, biasanya masyarakat Jepang merayakan Hanabi pada tanggal itu. Tapi, kalau salah, mohon dimaafkan... #bows# #kicked
-(3)Stadiun Jingu: Tempat terkenal di Jepang yang merupakan stadiun olah raga yang biasanya di gunakan untuk perayaan Hanabi. Letaknya di tengah kota Tokyo.. ^^
-(4)Fea Kreuz Klein: Cuma kebetulan aja, dia Naru jadiin Ayahnya Teito.. XDDD #plak!
-(5)Maria: kalau nggak salah nama adik perempuan Mikage itu Maria.. == #Kicked
-A/N: Huwaaa.. akhirnya bisa publish fic di fandom 07-Ghost! Ureshiiii...~ T^T #motong tumpeng
Gomen kalau ada typo dan ceritanya gaje kayak gini.. T3T #Kicked
Lalu kemanakah Frau? Kukuku.. Dia akan muncul nanti.. XDDDD!
Hayooo... di warningnya, ada Chara Death.. kekekeke.. itu akan menjadi kejutan diakhir Chapter.. #evil smirk# #ditendang# ya udah lah, mohon reviewnyaaaaa...~! ^o^v #escape
