The Last Good Bye

by Racchie

This is a story about reunion.

1. Main Part

Yo! Pakabar minna-san, kaget ketemu sama gue lagi ea ea? (Readers: CUIH!) Sudah lama sekali gak publish ff, karena saking gabutnya sampai gatau mau ngapain. Nggak ding, gue Cuma kangen aja buat ff gajelas dan pengen buat ff rf 4 lagi, dan karena libur panjang, gue mau manfaatin momen-momen terakhir liburan buat bikin cerita ini guys! Enjoy kids, review dan kalo mau flame saja hamba~

Title : The Final Good Bye

Summary : This is a story about reunion

Rating : T aja, berhubung gua udah kolot gini (?)

Genre : Fantasy, Comedy,Friendship, Romance, General..

Warning : OC, AU, ganjen (trio ini pasti ada di ff gue), spoiler dikit lah, OC's POV, reviewnya mas?

Disclaimer : Rune Factory 4- marvelous inc.

TETEW

Hari itu, aku terbangun karena sakit perut. Ditambah dengan cahaya yang menembus jendela membuatku silau dan terpaksa untuk bangun dari tempat tidurku.

Waktu itu rasanya sudah tak terjadi hal-hal aneh yang sering terjadi padaku. Hidupku berlangsung normal, sama seperti keadaanku sebelum memasuki dunia yang lama telah kutinggalkan.

"Hari ini ya..." Gumamku sambil melihat ke arah smartphone -ku. Hari ini tepat tanggal 7 Februari. Ini adalah hari ulang tahunku- yang kuanggap tidak begitu spesial. "Berarti udah hampir 2 tahun aku meninggalkan Selphia."

Pikiranku terus berkecamuk setelah memikirkan Selphia. Aku jadi penasaran, gimana ya keadaan kota itu sekarang? Pasti kalo aku kembali ke sana, semua bakal kangen-kangenin gue! (Lest: geer banget sih lo)

Hari itu bukanlah hari libur, aku akan pergi ke sekolah. Sejujurnya males gara-gara ngebosenin, tapi mau gimana lagi, ujian umum sudah tinggal dua minggu lagi. Sedikit persiapan tidak akan menyakitkan kok #eaa.

Aku pun berangkat dengan membawa kuda kebanggaanku (baca: motor). Sayangnya kudaku itu kayak yang belum sarapan, walhasil jadi perlu didorong ke pom bensin untuk dicarikan bahan bakar (Dylas: gile lu kuda dikasih minum bensin?! Author: ni kuda emang pengertian kalo sesama kuda! *ditrample*).

Setelah itu, aku pun berangkat menuju sekolah. Karena aku lewat pom bensin, jalurnya jadi berbeda dari biasanya. Kulihat jam orang lain, sudah hampir pukul 06.45. Waduh, hampir telat, bisa gawat aku kalo telat lagi. Tanpa banyak basa-basi, aku tancap gas ke sekolah.

Eh taunya pas di pertigaan deket sekolah ada aja motor yang berani ngebut. Karena kebiasaan ngerem pake rem tangan, jadinya tuh kuda kepeleset di jalan berdebu. Hadeuh, udah mah tangan pegal gara-gara kopling, ini yang satunya sakit kegesek aspal. Emosi, tapi ga bisa ngelampiasinnya. Si pengendara sialan itu terlalu ngebut, jadinya aku ditinggal gitu aja :'(

Berusaha gak memikirkannya, aku melanjutkan perjalanan ke sekolah. Aku mulai ngebut, dari gigi satu ke gigi empat Cuma butuh sekitar delapan detik! (gile juga lu ya ternyata.. Author: kebiasaan..)

Saking cepatnya ke sekolah, aku jadi tidak memperhatikan kalo ada yang aneh dengan kota ini sekarang!

"Kok sepi sih? (bgm: TETETETETERERET)" gumamku bingung, jangan-jangan saking cepatnya melaju sekarang aku udah ada di dimensi yang berbeda?

"Loh, kok.."

Momen itu, adalah momen yang tak akan aku pernah lupakan. Hari itu juga, takdir mengatakan kalau aku akan kembali lagi..

"Loh.. AMBER?!" kataku setengah mati.

"Racchi?" Katanya berbarengan. "Kok bisa ada di sini?"

"Lah, harusnya aku yang nanya kaya gitu!"

"Kok gitu? Aku ke sini mau lihat bunga-bunga yang indah.. Tempat ini kukira hanya aku yang tahu!"

Hm? Aneh sekali. Kok dia bisa pergi ke dunia tempat aku tinggal?

"Kamu tau tempat ini? Emang ini di mana? (sok-sokan tolol HAHAHAH)" Tanyaku makin penasaran.

"Di Yokmir Forest, pernah ada suatu portal, ketika aku memasukinya, aku ada di sini!" Katanya dengan wajah cerianya itu. "Sebenernya aku juga ga tau sih ini di mana."

Di depan gerbang ini ada tulisan Sekolah Menengah Atas, kerjaan lu makan jukut sama nyabut bunga doang ye?

"Hey, sebenernya ini tempat dari duniaku berasal loh.." Ucapku pelan, sambil duduk. "Aku bingung ke mana orang lain?"

"Oh... RACCHI?! INI BENERAN RACCHI?!"

"Eh?"

"UDAH LAMA SEKALI! Hey, hey! Gimana kabarmu?"

"Uh... baik?" Ucapku seadanya, gatau juga kalo misal aku gabisa kembali ke duniaku yang asli.

"Kamu mengubah warna dan memotong rambut ya? Pantas saja aku tak bisa mengenalmu!"

Oh, iya dulu di Selphia rambutku panjang sekali dan konon... warnanya pink (Author: DIEEM! Selera gua itu!). Ya kalo di dunia nyata mana bisa aku mengubah warna dan memanjangkan rambutku seperti itu. Di dimensi sekarang ini, rambutku pun masih pendek seperti biasanya.

"Aslinya gini sih kalo di duniaku. Tapi kok, barusan kamu tau, toh, namaku?"

"Ih, dari tadi aku gak ngerti, duniamu berarti duniaku juga dong! Memang apa bedanya? Wajahnya sama-sama saja kok!" Katanya tidak paham. "Hey, orang-orang pasti bakal kaget ketemu lagi sama kamu. Mau kuantar ke Selphia?"

Sebenernya khawatir juga karena mabal pada saat-saat seperti ini, tapi karena kurangnya pengetahuan (dan kemampuan menganalisa 'apa yang sedang terjadi'), alhasil aku pun terpaksa untuk ikut Amber ke Selphia. Asik banget, mabal tapi ke Selphia!

"Boleh.." Ucapku pelan.

"Ayo!" Katanya sambil menarik lenganku, membawaku ke luar dimensi ini.

"Aah! Jangan kasar-kasar! Sakit, barusan abis jatuh nih."

"Eeeh, gomen gomen!"

So, this is it. Aku sama sekali ga menyangka bisa balik lagi ke sini. Di kala rasa khawatir karena gatau apakah aku bisa balik lagi ke duniaku sebelumnya atau engga, namun yang muncul adalah perasaan senang, dan rindu yang meluap ingin bertemu dengan teman-teman terbaikku.

"Kita sampai!" Kata Amber. "Selamat datang kembali, Racchi-kun!"

Aku melihat sekitar, nampaknya Yokmir Forest itu tidak banyak berubah dari sebelumnya- atau gara-gara dirawat sama bocil satu ini?

"Hm? Mana orang yang tadi?" Kata Amber bingung.

"Loh, aku di sini, kan-" Taunya begitu aku ke sini, penampilanku juga berubah. "HAAA?!"

"Eh, kenapa Racch.."

"Ga.. ga kenapa-napa. Kaget aja."

"Hm.. kamu belom ketemu yang lain aja udah kaget!" Katanya ceria. "Ayo kita ke Plaza, kita liat siapa aja yang bisa kamu temui di sana!"

Aku mengikutinya dengan langkah malu-maluku. Sebab, rasanya lama sekali aku tidak ke sini, aku jadi penasaran apa yang akan mereka katakan setelah bertemu lagi denganku?

"Hey.. bukankah itu.."

"Racchi? RACCHIE YA?!"

Seketika, perasaan itu melumat jiwaku sampai habis.

"Panggilnya biasa aja.." Kataku menyapa butler idiotik yang pertama memanggilku- Vishnal.

"LOH KAMU KE MANA AJA." Katanya histeris. "MAIN KE LUAR GA NGAJAK-NGAJAK."

"Hehehe.. gitulah."

"Pakabar Racchii.." Ucap seseorang dengan wajah kantuknya yang ada di sebelah Vishnal- Clorica.

"Baik.. kamu sendiri gimana? Masih ngerasa kurang tidur?"

"Bisa aja.." katanya sambil menutup mulutnya yang terbuka itu.

"Kok dia bisa bersamamu?" Tanya Vishnal pada Amber.

"Aku ketemu dia pas aku lagi asyiknya liat bunga!"

"Oh, sekarang sukanya sama bunga ya Racch."

"Apa-apaan, Cuma kebetulan tau aku bisa ada di sana!"

"Heee? Kupikir setelah lama menghilang kamu doyannya main-main ke sana ya?"

"Engga kok-"

"Ada ribut-ribut apa ini?" Kata seseorang dengan baju zirah- oh, itu pasti Forte.

"Hey, Forte-san! Liat siapa yang kutemui di jalan!" Kata Amber ceria.

"KAMU INI APA-APAAN, ENAK BANGET NGILANG TERUS DATENG GA ADA BERITA." Katanya sambil mencabut pedangnya.

"Eh- nanti aku ceritain!"

"YA KALO UDAH TARUNG ONE ON ONE LAWAN GUA! BUKTIKAN KAMU MASIH RACCHI YANG DULU!"

"Lah!"

"Hey hey bukannya tidak sopan menyambut orang yang telah lama ngilang." Kata seorang laki pirang sambil menepuk pundaknya- ini si idiot Kiel.

"Eh? JANGAN GANGGU!"

"Tenaaang, tenaaang. Aku tau hari ini bukan hari yang bagus untukmu kan, Forte Nee-san? Biar aku yang menyapanya kali ini, kakak tenanglah dulu."

"Bisa-bisanya dia ngomong kaya gitu." Ucap Vishnal.

"Yo, Racch. Apa kabar?" Katanya mencoba meraih tanganku- yang justru terlihat awkward.

"Baik- eh, AAAARGH!" Tiba-tiba si kutu buku itu mencoba meremas tanganku.

"KE MANA AJA HAAAAH?!" Kata Kiel murka. Salah gua apa, haduh. "GARA-GARA KAMU, CUMA AKU YANG DIJAILIN LEST DAN DOUG, SIALAAAN!"

"Lah, murkanya ke mereka dong!" Teriakku sambil menahan serangan dadakan itu.

"Hehehe." Katanya terkekeh sambil melepaskan genggamannya. "Makanya kalo kabur jangan seenaknya Racch!"

"Kamu kali yang kabur, hahahah."

Tiba-tiba dari arah istana, ke luar seseorang yang terlihat- bangsul bagiku.

"Hoo kirain ada apa toh rame-rame di sini." Katanya. "Lama gak berjumpa, Racch!"

"Apa kabar, Lest?" Tanyaku. "Masih sibuk jadi pangeran?"

"Yah, begitulah.. Hey, aku sempet ngawatirin kamu pas ngilang. Kalo kamu ngilang lagi kayak dulu, gue cabut hak tanah milik lo!" Kata Lest yang bisa-bisanya pake logat gaul kids zaman now.

"Kejamnya!"

"Dih, bisa-bisanya kamu ngawatirin nih bocah tengil." Kata Vishnal nista.

"Anyway.. gimana.. Venti?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Huh.. ya, dia baik-baik aja. Dia makin belagak kayak raja, asal kamu tau aja."

"Wah, ga bisa sembarangan dong, ya.."

"Sebenernya Venti udah tau soal kedatangan kamu ke sini, jadi dia bilang padaku kalo kamu boleh menemuinya dua hari lagi."

"Hmm, sekarang hari apa emangnya?"

"Sabtu, 5 Winter."

Mendengar gitu, semua langsung berteriak, "OH, JADI GITU MAKSUDNYA!"

"Pantesan, kirain si Venti biar keren aja taunya... gitu toh." Kata Lest tenang.

"Padahal di duniaku justru hari ini aku berulang tahun." Gumamku pelan hingga tak ada yang mendengarnya.

"Ngomong-ngomong, pasti kamu ga tahan di sini terus kan? Pasti ada yang pingin kamu temui, kan?" Tanya Lest sok keren, kaya boss mafia kebanyakan ngebir.

"Iya ya, kamu darting setengah idup sama dia masa gak ketemuan lagi? Nanti bilang gitu, 'aku kangen banget sama kamu,' atau 'kamu ga ngelupain aku sama sekali kan-'" Kata Kiel sambil meledekku, yang kubalas dengan hantaman di kepala.

"Tenang, tenang, yang manis pasti bakal ditaro di akhir! Sekarang, ayo jalan-jalan, Racch!" Kata Lest sambil memukul pinggangku untuk berjalan.

"Hey, Kiel, ikut yuk!" Kata Vishnal. "Kita comblangin."

"Hehehehe ayo deh."

"Aku ikut, siapa tau kalian bakal tiba-tiba lepas senjata." Kata Forte memegang gagang pedangnya.

"Kurasa tak perlu berlebihan seperti itu..." Kata Clorica pelan.

"Aku juga ikut!" Kata Amber.

Maka yang terjadi berikutnya, aku digiring secara kasar untuk memasuki rumah-rumah warga, kayak gue jadi warga baru aja. Bedanya, ini ditemani bareng langsung sama pangeran sekota. Rasanya sedikit bangga, tapi mengingat ini adalah Lest, dia tetap bahan cemoohanku di luar tugas kepangeranannya.

"Wey, gembrot! Liat siapa yang gua bawa nih!" Teriak Kiel.

"Siapa yang loe sebut itu gembrot?!" Teriak seorang elf yang asik makan nasi- Doug. "Eh, ada cewek!"

"Sekarang, siapa yang lo maksud itu cewek?!"

"Aku gagal jadi feminin.." gumam Forte yang kemudian dihibur Amber seadanya.

Kemudian, kita masuk ke Porcoline's Kitchen.

"Woy, kuda! Gua bawa homoan lu nih!" Teriak Doug.

"Astaga- amit-amit lu sumpah!" ledekku. Ya, siapa juga yang rela jadiin bahkan untuk gay friendnya Dylas? *disepak*

"APA KUDA, KUDA, SIALAN!" Teriak Dylas sambil ke luar membawa... pancingan. Begitu liat gue, pandangannya langsung berubah. Dia tak berbicara apapun, lalu kembali ke dalam restoran.

Sedetik kemudian, ke luarlah sosok yang lebih mengerikan, "RACCCHIEEEAAEHH" ucap Meg dengan nada yang sama dengan I Will Always Love You-nya Whitney Houston.

Sudah hampir semua penduduk kutemui, dan rasanya lebih ke ngeri gara-gara tiba-tiba kota yang aku kangeni berubah jadi gila Cuma karena aku muncul dan mengatakan, "Apa kabar?" pada mereka.

"Berarti tinggal dia.." bisik Lest pada Kiel dan Vishnal.

"Heheheh, kita tinggal di sini aja, kita comblangin diem-diem." Bisik Doug yang nguping.

"Kalian ngomong apaan?!" Tanyaku.

"Nanti, abis ini kita makan di Porco, yuk." Ajak Lest yang berusaha mengalihkan sesuatu. Tanpa sadar, dia malah membuka jebakan untuk dirinya sendiri.

"Eh? Asiiik, dibayarin Lest!" Girang Frey- kenapa dia bisa ikut-ikutan? Entahlah, namanya juga princess.

"Er..." Ucap Lest menyesal. Kalo ngomong kaya gitu kudu liat dulu ada si Frey atau kagak. Kan akhirnya jadi gini.

"Yeee salah ngomong ya lu!" Teriak Doug.

"Duh, parah ih. Ini gara-gara Racchi! Eh, dia kan udah lama ngilang, kenapa gak minta aja ama dia?" Kata Lest melindungi dirinya. Enak banget ya, bengal.

"Lah kok jadi gua!"

"Plis, gue ga ada anggaran buat bayarin mereka makan, Racch."

"Gue juga bokek, gue ke sini Cuma bawa ceban! (dengan kurs di rl)"

Hari sudah mulai senja, tapi belum terlalu redup. Saat itu, aku telah digiring hingga depan klinik. Gue juga ga ngerti kenapa klinik dilewatin (pura-pura bodo lo bengal). Yang jelas, aku sempat liat Nancy ama Jones di luar. Berarti yang mestinya sekarang jaga, Dolce ya? Hatiku udah mulai dag-dig-doug, apalagi ini gue bawa massa yang mirip ngarakin pengantin pria. Ya, ngomong gini Author jadi pengen cepet nikah.. (yaelah baru aja lulus SMA udah kebelet lagi)

"Masa depan sudah di depan mata!" Ucap Lest. Aku dipaksa membuka pintu. "Tapi sebelum itu.."

Slash! Dia menebasku dengan Rune Blade. Aku shock, aku baru ingat kalau aku tidak menggunakan kekuatanku setelah datang ke sini. Men, sakit banget rasanya.

"Anggap aja hukuman, ya, Racch." Kata Lest dengan wajah tanpa dosanya- yang menyebalkan itu. "Oh ya, sebagai pemanis juga. Sekarang, masuklah!"

Belum sempat pulih, aku sudah terjatuh berlutut begitu masuk ke klinik. Hooo, jadi ini tujuanmu Lest -_-

"Apa ngga berlebihan?" Tanya Forte.

"Sengaja sih, tapi aku juga kesal dengan sikapnya itu." Kata Lest. "Tenang aja, keadaannya sekarang pasti setimpal. Gatau lebih.."

"Gini-gini lu bisa nyeremin juga ya ternyata." Ucap Frey.

"Ga usah terlalu dipikirin, kita kan bro." Kata Vishnal. "Kita punya caranya sendiri."

"Tapi, kupikir itu terlalu berlebihan!" Kata Amber.

"Tenanglah, lagipula si Racchi itu kebal sama cahaya!" Kata Lest kesal. "Apa sejujurnya kalian ga mengerti perasaan dia sekarang?!"

"Loh, kok tiba-tiba kesal, sih?" Tanya Frey.

"Ya, karena Cuma aku yang ngerti sedangkan kalian engga!"

"Tenang, aku ga bisa ngadepin mood swing kaya gini Lest. Bisa ceritain apa yang terjadi?" Kata Doug, tumben formal.

"Ini masalah masa lalu." Kata Lest menatap nanar ke arah pintu klinik. "Kalau penasaran, aku bakal cerita semua masalah itu. Malam nanti, kalian boleh datang ke ruanganku."

Semua orang jadi bingung bercampur penasaran. Sementara itu, aku dalam kondisi yang belum pulih, masih menahan rasa sakit. Lalu tiba-tiba muncul sesosok gadis yang sudah tak asing bagiku lagi.

Ada hening sebentar, kemudian dengan wajahnya yang agak sedih, dia berkata, "Racchi..?"

Kulihat wajahnya yang oh-so-cute itu, ku bergumam "Haaaah.." kuberpikir, inilah wajah yang akan merenggut jiwaku.

"Dolce ya? Masih ingat aku, rupanya?" Ucapku tersenyum sambil tetap menahan sakit. Abis ini gua bales itu tebasan, dasar pangeran gaul.

"Kamu ini ngomong apa..?" Katanya, kali ini dengan wajah yang memaksakan untuk nahan nangis. Jangan nangis nanti Author juga sedih :( (Readers: AUTHOR DIAM AJA NGAPA YA). "Bukannya kita janji kalo terpisah bakal saling jemput.."

Aku Cuma menghela nafas, menggunakan pertanyaan yang sama untuk meledek, "Kamu ini ngomong apa.." kemudian aku berusaha mengangkat badanku, namun terengah-engah. Merangsang refleks Dolce untuk meraih tubuhku. "Yang, jelas, kamu ga kenapa napa kan selama aku ngilang?"

"Aku kira kamu ga bakal ke sini lagi.."

"Aku rindu.." kataku yang hanya mempermanis suasana- Author bisaan ya bikin ff romance gini, padahal di rl doi udh jomblo 18 tahun! *dilempar bantal,Author mojok di kasur* "Aku kangen semua orang yang ada di sini. Mereka lebih mengasyikkan daripada di sana."

"Emangnya, kamu habis dari mana, sih?" Katanya sambil membantuku berjalan. "Jangan buat aku khawatir lagi.."

"Ceritanya panjang, ah, sini, Dolce..." Ucapku, begitu duduk di tempat tidur.

"Hey, apa mau kubuatkan minuman hangat..?" Tawarnya sambil berusaha melepaskan pegangannya dari bahuku.

"Tak perlu.." Ucapku kewalahan. Aku menggenggam tangannya kembali. "Dolce.."

"E.. E-eh?" Katanya dengan wajah kemerahan. Matanya melihatku tajam.

"...tetap di sini.." Sambil kupaksa dia untuk tetap duduk di sampingku, aku yang hampir tak sadarkan diri itu berbisik, "I just want you.. don't leave me here.."

TETEW

"SO SWEET BANGET YA?!" bisik Frey agak histeris di balik jendela. Tampaknya dari tadi mereka ngintip percakapan bucin itu. Hadeuh, meski princess tapi tetep aja ya, sisi kewanitaannya -_-

"Iya. Mau dicomblangin rasanya ga rela." Kata Doug melipat tangannya ke belakang.

"Dua-duanya, tuh! Terjebak ruang rindu! Hahahaha!" Celetuk Amber- wait, kok Amber ngerti ya ngomong ginian? Biarlah, namanya juga AU.

"Hmmmph, agaknya kejam juga, ya. Jadi ngerasa bersalah.." Kata Lest, sedikit menyesal dengan senyuman 'mematikan'-nya. "Jadi ga rela ngumbarin permasalahannya itu."

"Emang, kenapa sih?" Tanya Forte. "Kupikir momennya pas, dia tak akan terlalu memperhatikan karena asik duaan."

"Pada dasarnya, aku Cuma kesal gara-gara dia pergi seenaknya. Tapi, agak bersalah juga. Kan aku ga tau kenapa dan gimana dia bisa ngilang." Jelas Lest, mantap ea, pangeran kita yang gaul kini udah dewasa!

"Cuma kesal doang? Kok sampe segitunya?" Ucap Amber.

"Iya, nih, rasanya aku juga ga percaya kok kamu bisa kaya gitu?" Kata Frey sambil menyenggol sikutnya pada Lest. Sedangkan si pangeran gaul itu hanya memasang wajah nanar.

"Masalah tanggung jawab pekerjaan.." Kata Lest sambil menghela nafas, lalu membungkukkan kepalanya. Tanda kalo dia udah males ngobrolin.

"Pekerjaan? Gua kira si Racchi itu Cuma ngibul kalo di sini." Kata Vishnal, sedetik kemudian dia langsung ngerasa bersalah. Lah, padahal ga diapa-apain toh, dia bisa ngerasa bersalah?

"Oh, jadi kalian ga tau ya?"

"Hmmm, berarti ini masalah negara." Gumam Frey.

"Hah, kok kita baru tau sih? Kenapa Cuma kamu yang tau?" Tanya Kiel.

"Aku juga ga tau."

"BOHONG BANGET!"

"Hadeeeuh, ya udah deh." Jawab Lest. "Kalian sebenernya tau ga sih kenapa Racchi bisa datang ke sini?"

"Wah, itu sih, udah lama banget." Kata Forte.

"Venti pernah bilang, dia adalah semacam 'Guardian,' tapi bukan bagi dirinya, melainkan bagi kota ini."

"Jadi.. dia paling bertanggung jawab sama apa yang terjadi di kota ini?" pikir Doug.

"Kurang lebih kaya gitu.."

"Kok dia malah asik dua-duaan sama Dolce?" celetuk Meg- Author gak yakin dia emangnya dari tadi nguntutin rombongan ini gitu?

"DUH NGOMONGNYA KOK GITU SIH?! ITU DI DALEM ADA ORANGNYA!" teriak- err... bisik orang-orang yang ada di sana.

"Sebenernya waktu pas sering-seringnya ada tragedi di Obsidian Mansion.. Bisa dibilang kota ini jauh lebih aman. Bahkan Venti ga jadi mati, kan?"

"Wah, baru tau aku ternyata, kok orang macam dia dibiarkan bergaul dengan kalangan kaya kita sih?" Ucap Kiel. Kamu ini suka merendahkan martabat sendiri apa gimana?

"Kayaknya..." Lest berpikir panjang. "Hey, bukannya dulu juga di sini pernah ada seorang half-earthmate? Pada saat ada dia, banyak hal terjadi.."

"Hmmm? Oh, dia.." Ucap Doug. Dia tersenyum setan, lalu menatap ke arah Kiel.

"Ngg.. a-apa..?" Kata Kiel kikuk (Author: yes, i was talking about her.. about you! HAHAHAH).

"Jadi kupikir Racchi datang SETELAH dan KETIKA orang itu masih di sini." Kata Lest menggunakan penegasan. "Dia datang untuk menetralisir pengaruh-pengaruh dari dimensi yang berbeda dari kita, yang muncul ketika masalah-masalah itu terjadi."

"Kiel?" Ledek Doug dengan mukanya yang sama.

"Eh, A-apa..?" Kata Kiel, masih malu-malu. Heheheh udah over terus kamu lupain aja? "T-tapi, aku masih ga habis pikir kenapa kamu sebegitunya sama dia-"

"YA KARENA DIA NGILANG PAS SELPHIA LAGI ANCURNYA!" Amuk Lest.

"Wah wah, tenang Lest. Lu sih, Kiel, jangan coba ganti bahasan dong." Kata Doug tegang.

Suasana menegangkan. Frey bingung, mencoba menenangkan pangeran gaulnya. Amber daritadi ketiduran, udah bingung mau apa. Niatnya tuh anak mau dijebur ke got, tapi kan kasian juga. Males bro diamuk Illuminata. Cuma dia yang berani ngamuk sama nyeramahin- untuk pangeran sekalipun.

"Tau apa yang terjadi sebelum Selphia jadi rata sama tanah?"

"Ke-kenapa..?"

"Oh, itu... rasanya aku ingat tentang tragedi itu..*" Gumam Frey. This '*' is a reference mark that I would write down the references used on this story!

"Intinya saat itu Racchi tak ada." Kata Lest sambil berusaha mengingat-ingat. "Lalu yang terjadi adalah, Abyss, melenyapkan habis semua makhluk hidup di sini."

"Oh, ya, kekuatannya berkaitan langsung dengan Abyss, bukan.." Kata Kiel. "Tapi emangnya kamu yakin dia bisa tanggung jawab atas semua itu?" (EAAAAA /plak)

"Iya toh, pada akhirnya kita selamat berkat pemberianku, Pico, dan manusia setengah earthmate itu!" Kata Frey. Cie jadi pahlawan wakakaka I should put you on the references below*.

Lest pun akhirnya cuma menghela nafas panjang, lalu dia menunjukkan wajah kelelahannya. "Ya... mungkin kalian benar. Akunya saja yang terlalu berlebihan."

"Naaah ngaku juga kamu!" Kata Frey manja. "Nanti harus minta maaf sama Racchi!"

"Yah... ngerti kok.."

"Eh udah sore banget nih, kita jadi makan-makannya ga Lest?" Tagih Doug. Mampus.

"Iya, nih.. Hehehe jangan lupa janjinya ya, pangeran!" Sekarang Frey udah persis jadi penggoda. *dicangkul*

"Tuh anak belom kelar juga urusannya ye?" Kata Meg dengan nada keibuan. "Woooy! Mau sampe kapan duaan begituu!"

"Iya niih! Kiel ngiri juga gara-gara udah lama ga gituu!" Kata Doug, yang suaranya diperkeras. HAHAHAHAH I actually laught at this part. Si Kiel itu Cuma mesem-mesem.

"HEH BIARIN MEREKA DAMAI NAPAH."

"Iya, baru aja gua tebas tuh anak." Kata Lest agak berdosa. Yeeeh, ngapain juga ngerasa berdosa sama Racchi?

"Apa?! Wah, gak bisa dibiarin ini, masa pangeran main tebas-tebas aja sama orang yang baru balik lagi?" Amuk Meg. Sekarang, dia udah persis ibu-ibu.

"Barusan aja aku udah cerita semuanya..!" Ucap Lest dengan wajah malasnya.

Dibalik obrolan itu, aku ke luar dari klinik bareng Dolce.

"Loh, kok kalian masih di sini?" Tanyaku agak heran.

"Racchi gimana? Gapapa kan?" Tanya Forte- kok tumben dia nanya gitu.

"DARI TADI KALIAN DI SINI?!"

"Udah bisa histeris gitu, udah sehat berarti, kak." Kata Kiel pada kakaknya.

Tiba-tiba Lest beranjak dan menengadahkan tangannya di depanku. "Sorry ya."

"Ya.. Serah lu dah. Ntar gua bales pake gae bolg mau lo?!"

"O ya, coba aja, nanti liat balesannya berani ngelukain pangeran!" Kata Lest membuka lengannya. Habis ini, satu studio rusuh lempar barang ke Lest gara-gara kebanyakan gaya di ff yang Cuma satu chapter ini.

"Heee? Menurutmu dia akan membalasmu dengan senjata?" Kata Doug, sambil menggoda dengan senyumannya yang terkenal jahil itu. Kemudian dia memberikan semacam kode-kode ke Racchi.

"Oooh, iya, ya. Janji mau nraktir kami makan, gimana?"

Malamnya, pembicaraan dari si pangeran gaul yang malang ini tidak terelakan.

TETEW

Keesokannya, aku tidak memiliki jadwal apapun. Mau dipekerjakan juga aku belom terlalu siap, apalagi aku juga kepikiran dunia asliku. Kira-kira gua udah mabal berapa lama ya?

"Kalo sekarang 6 Winter sementara aku datang ke sini tanggal 5 Winter dan 7 Februari di duniaku, berarti waktu telah berbalik mundur dan kalo aku berhasil ke luar dari sini besok, aku akan kembali ke tempat sebelum aku ke Selphia!" Pikirku dengan otak yang tolol.

Namun pemikiranku itu membuatku agak concern juga, gimana aku bakal balik lagi, terus, apakah aku bakal bisa ke sini lagi suatu saat?

"Atau yang terpenting, apakah tugasmu berjalan baik dan orang-orang di sini bisa rela dengan perginya kamu?"

Aku refleks menoleh ke arah suara itu. Taunya, itu adalah Io. Ah, adik yang paling kubanggakan.

"I-i-io! Ngapain ke sini?" Kataku terbata-bata karena kaget.

"Aku dengar kamu kembali, jadi aku mampir ke sini!" Katanya sambil mengeluarkan beberapa barang dalam tas selempangnya. "Ini dari ibu. Surat."

Ya, gak perlu kamu sebut juga aku tau yang kamu tunjukkin itu surat.

"Racchi-san udah makan?" Tanya Io.

"Harusnya aku sih yang nanya gitu. Kebetulan juga aku baru bangun.." Ucapku lesu sambil mengambil surat dari tangan Io. "Masak bareng yuk."

"Asik!"

"Suratnya akan kubaca setelah makan."

"Ya, gapapa, santai saja."

"Masak apa?"

"Daging?" "Daging!"

"Fuh- Hahahahaha!"

Setelah main ayang-ayangan dengan adek tercintah, kami pun menikmati masakan kita. Lalu aku teringat untuk membaca surat dari ibu.

Dalam surat itu tidak ada yang begitu penting, Cuma basa-basi bertanya kabar, dan mengabarkan bagaimana dia sekarang di kerajaannya. Ditambah sedikit mengeluhkan Zwill yang datang-pergi ke dalam kerajaan. Dasar nih bocah, kerja lembur bagai quda, sampai lupa orang tua- (Dylas: APA KUDA, KUDA?! Author: LAH SANTAI NGAPA INI GUA CUMA NYANYI MANG!)

Hanya satu yang membuatku terkejut, tampaknya ibu tahu kalau sebenernya aku ke sini gak disengaja. Yah, mungkin Venti yang memberitahunya, atau barang kali seseorang dari Selphia.. pikirku.

"Oh, ya.." Kata Io. "Sampai lupa. Ada satu surat lagi."

"Dari ibu juga?"

"Iya."

Kuambil surat yang telat sampai itu. Kubaca sambil menyernyitkan alis. Aku bingung. Rasanya, aku ingin segera ke luar- dari mimpi ini. Aku ingin segera sadar.

"Apa maksudnya... ini?"

"Racch.." Kata Io sambil merapikan alat makannya. "Kemarin malam, ibu kedatangan tamu."

"S-siapa?"

"Seorang gadis. Berambut agak pendek. Dan sewaktu aku melihatnya, matanya tiba-tiba berubah, jadi hijau terang."

"Mmm... M-m-m?"

"Aku gak tau dia siapa. Rasanya, dia bukan makhluk dimensi ini."

"Miki..?" Ucapku pelan. "Yuutsu-san?!"

*continued to the bonus chap.*

TETEW

Hari sudah malam. Gila, ngapain aja gue sama Io seharian? Di rumahku (setidaknya sampai besok atau sampai si pangeran gaul nyabut hak bangunan) si Io itu mensortir banyak surat dari ibuku. Dia udah kaya jadi sekretaris sekaligus pengirim surat kerajaan. Pantes aja dia ke sini bawa tas. Seharian berkutat dengan surat-surat, tanpa sadar hari sudah mulai gelap. Pas udah malem, dia bilangnya apa coba? Masih harus ada surat yang kudu dianter!

"Udah malem gini, gapapa gitu?" Tanyaku.

"Biasa sih, kalo ngirim surat malem gini biasanya penjagaan beberapa kerajaan sedang melemah, jadi aku enak masuknya!"

Ini pengirim surat atau pembunuh bayaran? Kok mirip-mirip ya pikirannya?

"Hah?! Kamu jadi assassin?!"

"Engga kok, Cuma males aja kalo pagi atau siang suka banyak orang- terutama pedagang. Enak kalo malem, ga banyak yang ngelewat!"

Fix, pikirannya udah kaya pembunuh bayaran.

"Gapapa, kan? Btw, gimana.. 'cakarmu?'"

Kemudian dia menunjukkan tangan kanannya. Seketika, tangannya itu berubah menjadi semacam energi berbentuk cakar. Aku ga bisa liat dengan jelas, soalnya udah gelap. Kegelapan juga bagian dari kekuatan Io.

"Aman."

"Oke." Ucapku. "Hati-hati ya."

"Iya." Katanya sambil membalikkan badan. "Kakak juga hati-hati."

"Hm?"

"Nanti kalo ada kesempatan, mampir kemari lagi ya."

"Uhh.." Gerutuku. "Ya.."

"I think, it's not possible. I know something about how to make you visit here again."

Sejak kapan nih anak bisa bahasa Inggris? Aku jawab dengan pandangan nanar, "Ya, semoga aja.."

Soalnya kan Io makhluk dimensi ini juga. Emangnya dia bisa datang ke duniaku?

Beberapa saat setelah Io menghilang dari pandanganku, sebelum aku akan menutup pintu, aku melihat kotak pos. Tampaknya ada surat yang belum kubaca. Dari siapa ya?

Aku menghampiri kotak surat itu, dan melihat apa yang di dalam. Ada selembar surat yang masih segar, kayaknya baru datang hari ini- tapi kok aku gak sadar sama sekali?!

Surat itu berasal dari Lest. Setelah kubaca, intinya dia ingin membicarakan sesuatu denganku empat mata dekat kincir angin (ga tau, yang di paling timur Selphia). Malam ini. Malam ini? Akhirnya aku memutuskan segera menemuinya dari pada harus berurusan dengannya lagi di masalah yang berbeda.

Sesampainya di lokasi, sudah ada Lest yang menunggu dengan sok cool-nya itu. Author sampe muak, dia berusaha melorotin celananya gara-gara terlalu banyak image cool pangeran gaul itu di fict ini.

"Yo, Racch. Langsung saja." Kata Lest membuyarkan lamunannya.

Tiba-tiba dia menjatuhkan sebuah pisau ke arah ku. Aku terkesiap, "Ap-apa-apaan ini, Lest?"

"Waktunya untuk mengatakan, semua apa yang tak kuketahui." Katanya sambil mengeluarkan pisau yang sama. "Harukawa-kun."

-Harukawa Racchie-

*continued to the bonus chapt.*

TETEW

Keesokan paginya, sesuai janji, aku akan menemui Venti hari ini. Dan sekarang ini hari ulang tahunku! Aku jadi penasaran apa yang bakal orang-orang beri padaku! (Dih nih orang kelakuannya bikin geli juga. Udah MC, sekarang OC-nya juga mau dibuat nista?)

Tapi entah kenapa hari itu, badanku terasa lelah sekali. Nafasku juga terasa pendek, tapi suhu badanku normal-normal saja.

Setelah bersiap-siap sebentar, aku jadi tak sabaran untuk bertemu Venti. Namun, sebelum aku pergi dari sini, aku berpikir.

Apa ini, untuk yang terakhir kali aku datang ke mari?

Saat itu pikiran dan hatiku bernostalgia. Banyak yang telah kulalui di rumah ini, di kota ini. Kemudian, aku merasa khawatir.

Apa aku bisa pulang, dan bisakah aku datang ke mari lagi..?

Aku menahan air mataku. Jika ini adalah saat terakhirku, aku akan melakukannya nanti saja. Ada beberapa hal yang perlu kulakukan sebelum air mataku itu ke luar. Tinggal menunggu waktu saja, kau pasti akan menangis.

Siangnya (buset dah, ngaret amat!), aku sudah berada dalam ruangan Venti. Di sebelah kiri juga terdapat Lest. Entah kenapa, wajahnya seperti hendak menjebloskanku ke ruang tahanan.

"Siang, Venti. Lest." Sapaku.

"Siang.." Kata mereka serempak. Jadi kepikiran, si Frey mana ya? Apa dia ngurusin kebon?

"Harukawa-san.." Sebut Venti.

"Kau.. sudah tahu rupanya?"

"Bocah ini yang memberitahuku."

"Yah.." Aku mendengus. "Jadi.. apa yang kamu pengen obrolin?"

"Santai saja? Oh, ya udah. Aku Cuma mau ngomong selamat tinggal."

"Hah..?" Aku bingung. "Loh, gimana kamu tau rencanaku pulang sekarang.."

"Aku kan dewa di sini, apa sih yang aku ga tau?"

"T-tapi masalahnya... Aku kan ga tau gimana cara balik ke duniaku sebelumnya."

"Jawabannya itu ada padamu, Racch." Kata Venti. Makin bingung dah gua.

"Apa maksudnya?"

"Tergantung apakah kamu mau pulang lagi... atau engga."

"Tapi.. kan kau tau masalahnya. Apa ga apa-apa kalo aku pergi..?"

"Menurutku, kau sudah menjaga kota ini dengan baik, Racch. Lagipula, keadaan kota ini sudah kembali normal. Ditambah, para guardian.. telah menjadi bentuk manusianya. Heey, Lest, aku juga bicara padamu. Jangan bengong!" Kata Venti dengan senyuman naganya.

"Oh..!?" Lest mengangkat kepalanya.

"Kamu bisa pergi kapan aja. Aku juga ga keberatan kalau kamu mau tinggal di sini. Pilihan ada di tanganmu, Racch. Orang-orang di sini ga bakal menyangkal."

"Bener..?"

"Terima kasih atas segalanya, Racch." Kata Venti. Kali ini, dia berkata seperti itu sambil menatapku. Tatapan itu, betul-betul tatapan yang tak akan pernah hilang dari bayang-bayang otakku.

"Aku juga sangat berterima kasih, loh, Racch. Sebenernya aku masih pengen kamu di sini, tapi, aku ga mau ganggu.. idealisme kamu itu. Kamu sudah menceritakannya semalam, kan.." Kata Lest, dengan tatapan yang sama. Aww, pangeranku, kalo kamu natap aku gitu aku jadi ga mau pergi! (Lest haters: HIDIIIIIH! Author:ya ya sana aja lu di Selphia!)

Aku mendengus keras, ga tau mau ngomong apa. Pada saat itu, dunia terasa indah, namun kamu bingung sebenarnya kamu kenapa bisa ada di sini? Walhasil kamu ga bisa nikmatnya dunia itu.

"Oh, ya, sampai lupa." Kata Venti. "Hari ini spesial untukmu, kan?"

Aku memandangnya. Pandangan itu terasa lembab, hari-hari seperti ini takkan bisa kulewati lagi. Bagaimana jika aku mengulanginya untuk sekali lagi, suatu saat..?

"Selamat ulang tahun!"

Seolah-olah, jiwaku terasa hilang. Pandanganku memudar, pikiranku kacau. Nafasku sesak, tersedu-sedu. Aku ga bisa lagi berkata-kata...

"Yang ke-18, Harukawa Racchie.."

TETEW

Baru saat sore hari, di mana cahaya matahari begitu terang namun tidak mengindikasikan keceriaan, aku bisa ke luar dari tempat Venti. Aku ga begitu ingat apa yang terjadi, mungkin ini karena tubuhku yang kelelahan. Saat aku ke luar pun, aku masih kelelahan, namun nafasku membaik.

Sore itu aneh sekali, sudah sejak aku ke mari tak ada salju yang turun, dan pemandangan sunset kala itu malah terlihat seperti musim panas. Anginnya tidak begitu dingin, namun masih segar untuk dihirup seperti musim semi. Aku berpikir, "Apa warna yang tepat untuk cuaca saat ini, ya?"

Saat asik-asiknya nongkrong, tiba-tiba serombongan bocah-bocah berluyuran datang padaku kayak mau minta air gunung dari sebuah truk.

"Racchiii~! Otanjoubi omedetoou!" Teriak salah satu dari mereka, si bocah ajaib Pico. "Eh, onii-san!"

"Yo, hari ini ulang tahunmu, kan?" Ucap Dylas. "Ini, sekarung jerami buatmu! (bisa jadi jerami itu maksudnya mie instant..)"

Begitu banyak sambutan, begitu banyak hadiah yang kuterima. Tapi tak sepatah kata yang dapat kuucap. Apalagi, begitu kulihat mereka, tak ada Lest. Tau kenapa? Karena kalo dia di sini, dia pasti udah nangis duluan.

Ya, aku bermaksud pergi sekarang. Saat ini juga.

Gubrak!

Tanpa sadar aku jatuh, dan barang-barang pemberian teman-temanku berantakan ke segala penjuru. Mungkin, karena aku terlalu lelah. Aku lelah, aku gak ingin begini. Aku ingin terus.. di sini. Bahagia bersama kalian..

Reaksinya, kalian bisa tebak. Mereka panik dan beberapa segera mengunjungi klinik untuk minta bantuan. "Racchii!"

Mungkin, itu untuk terakhir kalinya memanggilku. Tapi tolonglah.. jangan teriak seperti itu. Jangan tunjukkan wajah khawatir kalian padaku. Senyumlah padaku.. pliis?

Tapi apa daya, aku sudah kehabisan tenaga dan aku gak mau banyak bicara. Mungkin, saat ini yang paling tepat untukku menyampaikan selamat tinggal- uh, aku bahkan belum pulang lagi ke rumahku.

"Hey, Racchi, kenapa?" Tanya Frey- dia ga tau apa-apa ya dibanding Lest -_-

"Hhh.. kaliaan.." Kataku dengan nafas yang berat. "Aku.. berencana untuk kembali ke duniaku. Tapi aku gak sanggup... kalau sendirian."

"Haaa? Kenapa kamu mau kembali? Di sini kan enak, ada aku, Dolce, dan yang lainnya!" Kata Amber, kenapa ya dia bawa-bawa nama Dolce..

"Ini, tanggung jawab baruku.." Kataku seadanya. "Kalian sudah tau kan, mengenai 'guardian'-nya kota ini. Itu aku.."

"Terus.. kenapa pengen pergi..?"

"Tugasku di sini sudah selesai.." Jawabku. "Mereka yang berasal bukan dari dimensi ini pun sudah tak ke sini lagi.."

Mendengar kata itu, beberapa ada yang "triggered," mereka menangis, karena harus kehilangan orang-orang itu- apalagi kini ditambah aku yang harus pergi.

"Racchi.." Ucap Kiel menahan tangisannya. "Apa kamu, akan menghilang juga seperti mereka..?"

"Itu.. aku akan cari tahu. Aku ga tau bisa ke sini lagi apa engga. Karena aku ke sini dua hari yang lalu juga itu gak disengaja.."

Tiba-tiba, muncul tiga orang dengan rusuhnya ke arahku. Meg, Forte, dan Dolce. Oh, pasti mereka memanggil Dolce kemari.

"Racchi.. ga apa-apa..?" Tanya Dolce, pelan sekali.

"Engga tahu.." Ucapku seadanya. Untuk terakhir kalinya, aku sakit. Apa kamu bisa menyembuhkanku? Dengan wajahmu... yang seperti itu..?

Untuk terakhir kalinya pula, dia meledekku, "Kamu ini.. ngomong apa..?!"

Sementara, melihat di sekitarnya ada yang tidak beres, dia langsung menatap wajahku heran.

"Aku bakal pulang, ke duniaku." Ucapku yang agak diperlantang. "Gatau bisa ke sini lagi apa engga.."

Dia menangis, wajahnya sama dengan yang diperlihatkannya padaku ketika dua hari yang lalu. Kala itu, pikirku aku gak mau lagi membuatmu menangis lagi seperti itu, tapi kurasa aku tidak bisa melakukannya. Lelaki macam apa aku?

"Dolce." Ucapku (sampai saat ini aku masih tiduran guys... readers: bodo amat! Cepetan abisin ceritanya!). "Terima kasih, ya, atas segalanya."

Terkadang, ucapan itu bisa sama saja dengan kata "kita over," namun saat ini, kita ga bakal tau apa yang terjadi selanjutnya. Mendengar itu, malah membuat dia histeris kesedihan.

"Hoy, ayolah, jangan liatin wajahmu kaya gitu.." Awww :(

"Kami juga.." Tiba-tiba Lest muncul dari ujung jalan. "Sangat berterima kasih padamu, Racchi!"

Aku sempat terdiam sebentar, "Aku juga, berterima kasih pada kalian.."

Hingga saat ini belum ada indikasi'aku-bakal-ngilang-dari-dunia-ini.' Sebaiknya ngapain ya? Kan gaje banget kalau tiba-tiba ga jadi pergi. Dalam benakku, terbayang sesuatu. "Selphia's Guardian."

Itu dia!

"Ini, untuk terakhir kalinya.." Ucapku, yang diperkuat. "Aku bertanya ke pada beberapa penduduk Selphia di sini, yang sangat baik mau temenin pas lagi sekarat-sekaratnya: apa aku udah menjalankan tugas dengan baik di sini?"

Aku mencoba mendengarkan semua jawaban dari mereka yang ada di sekitarku. Dylas, Meg, Forte, Kiel, Doug, Lest, Vishnal, Xiao Pai, Frey Amber, Pico, Dolce.. (yang disebutin yang sering muncul di fict -_-)

Semuanya menjawab, "ya," kecuali untuk Dolce. Dia menjawab, "Aku gak tau apa yang ditugaskan untuk kamu.. Tapi, karena kamu membuat kita mengerti apa itu pertemanan.. apa itu cinta.. apa itu keluarga.. kamu telah mengerjakan semuanya dengan baik!"

Aku sempat terkesima waktu menyaksikannya. Ya, intinya, aku telah mengerjakan tugasku di sini dengan sangat baik. Berarti, dengan begitu.. aku sudah bisa pergi dari sini.

Aku merasa badanku terasa ringan. Rasanya mengeluarkan cahaya. Apa kali ini.. aku akan benar-benar hilang? Ga bakal bisa ke sini lagi.. :'(

"R-r-racchi.." Kata Amber sambil menahan tangisnya. "Aku harap kamu simpan barang ini.."

"Apa itu?"

"Kenang-kenangan dariku. Meg. Juga.. Dolce.." Dia pasti membuatnya sendiri,dan mengatasnamakan banyak orang, biar mereka gak kerepotan. Duh, ini anak satu.. :')

Kuterima barang itu, tampaknya itu adalah permata warna-warni. Banyak warnanya.

"Itu..." Kiel membuka mulut. "Dari kami juga. Masing-masing punya warnanya sendiri. Kalau warna batu itu menghilang, berarti pemilik warna itu sudah gak ada."

Astaga.. aku hampir nangis dengernya. Aku juga kepikiran mau ngasih kayak gini- karena umur ga ada yang tau. Tapi pake apa, ya? Gak habis pikir..

"Makasih.." Kataku sambil tersenyum. "Mungkin di duniaku sana, barang ini akan jadi paling berharga. Karena meski kalian gak bareng lagi sama aku..."

Saat itu juga, jiwaku yang sudah dilumat, habis tak tersisa. Hancur berkeping-keping.

Aku menangis, spontan, dan membuat yang lain juga ikut menangis. "Aku bakal inget kalian dengan batu ini..!"

Tampaknya, seluruh jiwaku yang hancur itu berubah menjadi sebuah penghubung dengan dunia asliku. Aku gak begitu menyangka, untuk pulang pun aku ga bisa seratus persen selamat. Ada yang harus dikorbankan, jauh lebih parah dari pada pengorbanan fisik..

Karena, jiwaku juga akan menghilang, mulai saat ini..

"Hey, aku minta dua hal lagi." Pintaku, menahan tangis sambil berusaha tersenyum. "Setelah aku tak sadar, tolong kirimkan aku ke duniaku melalui portal itu... ga masalah kan..?"

Tampaknya, mereka masih terlalu sedih untuk menjawab.

"Dan, tolong, bisa katakan 'sampai jumpa' padaku..?"

Dan, kini, tangisan mereka malah tak tertahankan lagi.

"Ayolah.. aku ga bisa kembali lagi, jiwaku sudah hancur.. aku harus segera ke duniaku.. Tolong.. ya?"

Kemudian, mereka pun rela untuk berhenti menangis. Mereka tersenyum. Dengan senyuman itu, mereka berkata, "Terima kasih banyak, Racchi. Semoga di duniamu sana, kamu bakal baik-baik aja. Sampai jumpa..!"

Itu melebihi ekspektasiku. Air mata benar-benar mengalir dari mataku untuk terakhir kalinya di sini. Aku mengumpulkan semua kekuatan ragaku untuk mengatakan kalimat terakhir..

"Ya.. sampai jumpa.. teman-teman.."

Saat itulah, aku tak bisa lagi merasakan tubuhku di dunia ini. Tapi jiwaku ada di sini, menunggu raganya untuk kembali pulang ke tempat yang seharusnya. Dalam pandangan jiwaku itu, aku gak yakin untuk bisa meninggalkan mereka dalam kondisi seperti ini. Mereka tampak kehilangan keluarga, untuk kedua kalinya.

Aku benar-benar gak rela. Aku bakal cari cara biar bisa ke sini lagi.

TETEW

Aku terbangun di tempat yang agak aneh.

"Woy! Udah sadar?" Tanya seorang yang besar di sampingku.

"K-kenapa..?"

"Kamu pingsan pas mau parkirin motor! Belum sarapan, ya?"

"Hmm? Gitu, ya? Gak inget pak.."

Ah, tampaknya aku dibawa ke samping pos keamanan untuk dibaringkan. Kata petugas, aku pingsan pas markirin motor, kayaknya masuk akal, sih, punggungku sakit rasanya.

Hm?

"Kalau belum kuat, istirahat saja di UKS, jangan dulu masuk pelajaran!" Kata seorang guru yang memberikan minum padaku- dia adalah guru kedisiplinanku.

"Setelah minum, rasanya jadi segar. Aku masuk kelas saja, pak." Kataku setelah meminum air yang dia berikan, lalu menyalaminya.

"Jangan dipaksain ya!"

"Aku kuat, kok. Hehehe."

Aku merogoh saku celanaku untuk mengambil smartphone-ku. Aku merasa ada yang ganjal, aku mengambilnya dari saku celana- itu adalah sebuah permata. Jika dilihat sejajar dengan mata, ada banyak warna di dalamnya. Merah, kuning, biru tua, hijau daun, coklat, biru muda, hijau toska, gading, hijau terang, hijau gelap, (banyak banget ijonya) ungu, dan merah muda. Aku dapat di mana, ya? Keren banget.. Aku simpan ini di tempat pensilku. Bersama dengan alat tulis, yang pernah menuliskan banyak cerita di kertas. Tentangku, Selphia, Venti, Lest, Pico, Frey, Dolce, Amber, Kiel, Dylas, Vishnal, Clorica, Doug, Meg, Forte...

END

Credits dituliskan di akhir bonus chapter ea!

References:

Both * and * references to Nyamirin's Rune Factory fanfiction, "Kingdom of Illusion," be sure to check it out!

Both * and * references to Nyamirin's Original Character which appears at her ALL Rune Factory fanfictions.

Thank you sooo much!