Prolog
Hari ini akhirnya aku dapat pulang lebih dahulu. Biasanya setiap pulang sekolah selalu ada saja salah satu temanku yang ingin bercerita tentag kehidupannya. Bukan aku lelah atau bagaimana, mendengarkan keluh kesah mereka adalah seperti suatu senandung rinduku pada hal yang selama ini aku cari.
Berjalan sendiri seperti ini membuat pikiranku melayang. Selama ini aku selalalu berusaha mencari sesuatu yang kata semua orang telah aku miliki. Padahal mereka tak tahu apa-apa tentangku dan mereka berani mengatakan seperti itu.
Aku yang semula berjalan kini menghentikan langkahku. Mataku kini menatap sebuah bangunan tepat di dekat perempatan yang selama ini harus aku lewati apabila ingin pulang ataupun berangkat sekolah. Kuperhatikan sebuah bangunan berlantai 2, tak terlalu besar juga tak terlalu kecil. Sebuah toko buku sekaligus café.
Cafe kecil yang sangat nyaman bagiku untuk duduk merenung. Tempat favorite ku adalah sebuah meja dengan dua kursi yang terletak dipojok ruangan dilantai 2 cafe ini yang langsung menghadap pada jendela kaca besar yang menhadap jalan. Sebuah meja kecil yang menjadi saksi bisu keluh kesahku selama ini. Dengan ditemani kudapan yang selalu aku pesan pada Hatake Rin, pemilik cafe ini, aku menghabiskan sisa soreku di cafe kecil ini.
Kalau ku ingat-ingat sudah sejak pertama kali aku masuk SMA aku sudah menjadi pelanggan tetap café ini. Ditemani dengan teh chamomile dan sepotong cheese cake aku duduk dengan tenang sambil memperhatikan sekeliling café.
Terkadang aku melihat sekelompok teman-temanku yang berjalan pulang sambil tertawa dan mengejek satu sama lain. Atau mungkin sekelompok ibu-ibu yang asik mengobrol dipinggir jalan sehabis berbelanja. Terkadang para ayah yang baru pulang dari kantor tersenyum pulang sambil membawa sebuah bingkisan yang mungkin akan segera diberikan kepada keluarganya.
Mereka semua terlihat bahagia. Yah bahagia. Sebuah kata yang hingga saat ini tak pernah aku mengerti. Sebenarnya apa itu bahagia? Apa yang harus aku lakukan untuk mendapat kebahagiaan itu? Mengapa semua orang dengan mudahnya mengatakan bahwa mereka bahagia?
Ketika aku mendiskusikan hal ini bersama teman-temanku, mereka selalu mengatakan hal yang sama. Bahkan guru-guruku juga. Mereka mengatakan bahwa aku dan hidup yang kumiliki adalah kebahagiaan yang sempurna. Apa maksud dari perkataan mereka itu? Aku tak mengerti. Mengapa tak ada yang mampu menjelaskannya padaku?
Apakah karena kau terlahir dikeluarga yang harmonis, yang selalu menyayangimu, yang selalu ada untukmu, yang selalu mencukupimu adalah kebahagiaanmu. Apakah karena kau pintar, kau mampu mengambil hati orang lain, kau mampu menilai orang lain membuktikan bahwa kamu adalah orang yang bahagia.
Bahagia, sebenarnya apa yang dimaksud bahagia? Mengapa semua orang ingin merasakan bahagia. Mengapa ketika aku mencari bahagia aku tak pernah menemukannya. Apa yang harus aku lakukan agar aku bahagia. Apa yang harus aku berikan untuk mendapat kebahagiaan.
Bukan aku tak pernah bersyukur dengan kehidupan yang aku jalani. Aku hanya seperti kehilangan arah. Aku hanya ingin mengerti arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Mengapa begitu sulitnya aku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Padahal hal yang aku inginkan adalah sebuah kata sederhana yang seharusnya semua orang dapat menjelaskannya dengan mudah.
"Sasori-kun" sebuah suara lembut membangunkanku dari lamunanku. "Ini sudah hampir malam, apa kau tak ingin pulang untuk beristirahat" Rin-san memang orang yang perhatian sekali
"Ah kau benar, arigatou Rin-san" ujarku sambil tersenyum
"Douite, mata ashita Sasori-kun" ujarnya sambil tersenyum
"Mata ashita Rin-san" setelahnya aku berjalan menuju stasiun kereta untuk pulang dan mempersiapkan hari esok yang mungkin akan kembali membosankan.
TBC
Ini adalah Fanfic kolaborasi dengan Ichigo Fumio-san. kami sama-sama author baru di FFN ini, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Terimakasih telah membaca :)
