Hola minna, atashi wa Ruru desu!
Saya ikutan buat ngeramein event ini, di samping saya juga suka pairingnya yaitu
Adipati kanjeng gusti pangeran ndoro juragan Uchiha Sasuke *buset, banyak amat titlenya?*
Dan tentu saja
Raden ayu ndoro putri juragan Yamanaka Ino.
Hahahaha...*Gaje sangat*
Abaikan cuap-cuap nggak penting di atas!
Yang pasti fic ini saya persembahkan untuk SISTER Event.
Udah itu ajah!
Wassalam...
Readers: "Hooooi! Ceritanya mana?"
Ruru: Nengok ke belakang "Are? Ruru belom cerita?" garuk-garuk jidat + muka bloon.
Readers: "Nggak usah pura-pura bego deh loe!" ngacungin katana.
Ruru: nelen ludah "A...All right...all right, akan saya mulai sekarang..." ngacir ke depan kompie.
Disclaimer: Oh ayolah...masa saya musti bilang lagi...padahal saya udah kasih tahu n nyebarin berita pake Toa kalo Naruto itu punya Om saya Masashi Kishimoto, kalo jadi punya saya mah itu pitnah (Fitnah) *dikeroyok Yanke*
=Hate X Love=
Chapter 1
*Kimi to Umi*
Ming...ming...ming...
Suara serangga-serangga musim panas mulai terdengar memeriahkan suasana musim panas yang baru saja datang, semilir angin yang biasa membawa serpihan kelopak sakura, kini hanya memberikan hawa sejuk bagi orang-orang yang tengah merasakan panasnya musim ini.
Seorang gadis SMA tengah mengipas-ngipas daerah sekitar lehernya dengan buku yang dia pegang, sesekali gadis itu berdecak kesal merasakan hawa panas yang berlebihan ini, padahal dia sudah menggerakkan tangannya sekuat tenaga untuk mengusir hawa panas yang dia rasakan, tapi hal itu rupanya tak terlalu berefek padanya.
Kedua aquamarine gadis itu bergulir menatap ke arah papan tulis, di mana seorang pria berambut hitam tengah bercuap-cuap panjang lebar mengenai sejarah jepang, gadis itu kembali berdecak kesal.
"Kenapa jamnya nggak habis-habis sih? Males banget degerin suaranya si Om dari tadi!" gumam gadis itu nyaris tak terdengar, namun cukup untuk sampai di telinga seorang teman di samping kanannya.
"Oi Ino, kalau Sensei sampai mendengar suaramu tadi, dia pasti akan langsung menghukummu!" bisik gadis berambut pink di samping gadis bernama Ino itu.
"Kalau nggak mau dihukum kau diam saja forehead!" gerutu Ino nggak terlalu jelas, tapi cukup jelas di telinga temannya yang dia panggil forehead tadi.
"Aku kan hanya memperingatkanmu saja!" gerutu gadis berambut pink tadi.
"Yamanaka Ino, Haruno Sakura, jangan mengobrol di kelasku!" seru sang sensei dari depan papan tulis.
"Go...gomen...Sensei..." kata Sakura sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap Senseinya.
Sedangkan Ino hanya berdecak saja, namun diabaikan oleh pria yang disebut Sensei tadi, pria itu pun kembali melanjutkan pelajarannya.
"Kheh, pasti hawa panas ini sebagian besar berasal darinya!" gerutu Ino sambil menatap tajam punggung Sensei kesayangan(?) ralat! Sensei paling dibencinya itu.
Teng...teng...teng...
Bel tanda berakhirnya pelajaranpun berbunyi, membuat Ino bersorak riang menyambutnya, yaah bukan hanya Ino saja sih, semua juga sangat menantikan hal itu, apa lagi mengingat mulai besok adalah waktunya liburan musim panas, saatya bagi mereka untuk bersenang-senag.
Tapi tak selamanya hal yang menyenangkan itu selalu berjalan mulus kan? Tentu ada hal lain yang membuat mereka merasa bagaikan di tengah-tengah surga dan neraka, apa lagi kalau bukan PR musim panas yang menumpuk di atas meja belajar mereka, terutama PR sejarah yang diberikan sang Sensei stoic yang satu ini.
"Kalian buat ringkasan sebanyak 100 lembar tentang sejarah civil war pada zaman edo, terserah kalian mau mengangkat kisah siapa, yang penting kalian harus sudah mengumpulkannya setelah liburan musim panas nanti!" kata sang Sensei dengan nada datarnya seperti biasa.
"WHAT THE HELL?" batin Ino frustasi, bagaimana tidak? Dia itu adalah orang yang paling malas dalam hal tulis menulis, apa lagi tentang sejarah, 100 lembar pula.
"Apakah ada pertanyaan?" tanya sang Sensei sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, dan terhenti pada sosok gadis berambut pirang yang mengangkat tangannya perlahan.
"Ada apa Yamanaka?" tanya pria itu sambil membenarkan letak kaca matanya.
"Apa anda yakin kalau rambut belakang kepala anda itu asli? Sebagai guru sejarah biasanya belakang kepalanya botak karena keseringan membahas masa lalu, kok anda tidak?" dan pertanyaan Ino barusan menciptakan perempatan kembar tiga di atas kepala Senseinya, dan membuat siswa lain menatap horor padanya.
"Khusus Yamanaka, kau buat sebanyak 300 lembar!" kata sang Sensei tanpa ampun, ditambah dengan death glare kebanggaannya, dan Ino pun mematung.
=oooooo=
"Siaaaaaaaaal!" Ino mengacak-acak rambutnya frustasi, sedangkan kedua temannya hanya menggeleng prihatin.
Saat ini Ino dengan kedua temannya Sakura dan Hinata, tengah duduk di salah satu bangku pelanggan di MD, mereka memang suka mampir ke sana setiap pulang sekolah, tentu saja jika dompet mereka sedang berisi, katanya sebagai penyegar suasana setelah seharian dipusingkan oleh berbagai macam pelajaran yang membuat otak panas.
"Salahmu sendiri sih Ino pig, harusnya kau diam saja tadi, kau sendiri tahu kan bagaimana sifat Uchiha Sensei itu? Kau malah mengibarkan bendera perang denganya!" kata Sakura sambil menyeruput jus alpukatnya.
"I..iya..Ino-chan...ba...bagaimanapun juga...yang tadi itu tetap salahmu..." Hinata menambahkan.
Ino berdecak kesal mendengar pendapat teman-temannya itu, kemudian menatap keduanya dengan ekspresi kesal.
"Kalian juga tahu sendiri kan, bagaimana bencinya aku pada Sensei yang satu itu? Dia itu menyebalkan, udah galak, pelit nilai, suka menghukumku, sok kecakepan pula, aku heran kenapa banyak siswi yang naksir sama dia?" gerutu Ino sambil memakan burgernya dengan gigitan besar.
"Hei Ino, bukannya saat upacara penerimaan murid baru kau juga langsung naksir sama dia?" tanya Sakura sambil terkikik geli mengingat ekspresi Ino saat pertama kali melihat Uchiha Sensei.
"Itu kan dulu Sakura, sebelum aku tahu tabiatnya yang suka menghukum orang cuma gara-gara terlambat 1 menit di kelasnya!" Ino mengingat pertama kali dia dihukum oleh guru sejarah itu di hari pertama, hanya karena dia terlambat masuk 1 menit di kelasnya, hasilnya dia dihukum untuk berdiri di pojok belakang kelas selama jam pelajaran berlangsung, belum lagi setelahnya dia harus membawa semua buku catatan teman sekelasnya ke ruangan guru sarap itu, memangnya dia kuli panggul disuruh bawa-bawa buku setumpuk yang tingginya bahkan sampai melebihi atas kepalanya?
"Sepertinya dia benar-benar membenciku sampai menghukumku setiap hari, kalian tahu? Dia suka sekali mencari-cari kesalahanku, dan anehnya selalu saja ketemu, dan membuatku tak bisa menolak semua vonisnya!" sungut Ino kali ini dia menyedot jus jeruknya sampai habis, pertanda kalau dirinya saat ini sedang sangat kesal.
"Sabarlah sayang, lagian kau juga sih yang setiap hari cari masalah sama guru killer itu," kata Sakura yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah, hasilnya, dia mendapatkan hadiah utama sebuah deathglare gratis dari Ino.
"Ka...kalau boleh memberi saran...Ino-chan, se...sebaiknya kamu tidak perlu terlampau benci padanya...salah-salah nanti kamu jatuh cinta beneran sama ...U...Uchiha Sensei," kata Hinata dengan kepala tertunduk, takut mendapatkan deathglare yang sama dengan yang didapat Sakura tadi.
"Hiiiyh...amit-amit gue bisa jatuh cinta sama dia, cukup sekali aja gue tertipu sama penampilannya itu cih!" Ino berlagak jijik membayangkan seandainya dia benar-benar naksir lagi sama Senseinya yang satu itu.
"Mendingan Sai Sensei kemana-mana!" decak Ino kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ya...ya...kamu kan murid tersayangnya Sai Sensei..." gumam Sakura, bermaksud mengejek Ino, Ino langsung menatap tajam Sakura yang pura-pura cuek sambil menyeruput jus alpukatnya, sedangkan Hinata hanya terkikik geli melihat ekspresi kesal Ino yang malah terlihat lucu itu.
"Ck, aku malas membahas para Sensei itu terutama Uchiha si makhluk bebatuan itu!" decak Ino sambil menghempaskan punggungnya di sandaran kursi.
"Hei, besok kan sudah mulai libur musim panas, bagaimana kalau kita main ke laut?" usul Ino dengan muka berseri-seri, berbeda dengan ekspresinya beberapa menit yang lalu.
"Waw boleh juga tuh, pasti di sana nanti akan ada banyak cowok-cowok cakep!" Sakura kegirangan setelah membayangkan dirinya dikelilingi cowok-cowok cakep nantinya.
"Iya iya! Siapa tahu ntar kita dapet gebetan ganteng, ya kan?" dukung Ino tak kalah semangat.
"A...ano...gomen ne minna..." Ino dan Sakura langsung menghentikan acara jejeritan mereka dan menoleh ke arah Hinata yang menunjukkan tanda-tanda penolakan.
"Kenapa Hina-chan? Jangan bilang kamu nggak bisa ikut!" tanya sekaligus ancaman dari Ino dan Sakura, Hinata semakin dalam menundukkan kepalanya, kali ini sambil memainkan jemarinya pertanda gugup.
"Ng...se...sebenarnya...me..memang itu yang..."
"Haaah...Hina-chan, nggak asyik aaah..." potong Ino dan Sakura dengan wajah lesu dan kecewa.
"Go...gomen...honto ni gomenasai...soalnya...keluargaku mengajak pergi berlibur di Vila Hyuuga di...Hawai..." Hinata memelankan suaranya ketika menyebutkan Hawai, namun cukup untuk didengar telinga super tajam Ino dan Sakura, keduanya pun langsung membelalak tak percaya.
"Ha...Hawai?" ulang Ino.
"Hiks...hiks...enaknya jadi orang kaya kek Hinata ya Ino-chan...jadi bisa jalan-jalan sampe ke Hawai..." gumam Sakura dengan aliran bening di kedua pipinya.
"Iya, sedangkan kita yang rakyat jelata ini cuma bisa main-main di laut sambil membayangkan resort mewah..." Ino menambahi, wajah hinata mulai pucat melihat ekspresi kedua temannya yang meyedihkan.
"Kita senasib forehead..." kata Ino memelas.
"Iya pig..." Sakura tak kalah memelas, dan keduanya pun berpelukan dengan lebaynya sambil menangis-nangis gaje, Hinata menelan ludah dengan susah payah karena merasa terpojok.
"Minna..." lirih Hinata, Ino dan Sakura menoleh bersamaan dengan puppy eyes no jutsu mereka.
"Gomen, aku tetap tidak bisa pergi dengan kalian...meskipun kalian berakting semelas apapun...i...itu...takkan mengubah keadaan." kata Hinata yang sukses membuat Ino dan Sakura putus harapan.
=oooooo=
"LAUUUUUUT!" seru Ino sambil berlari-lari menuju pesisir pantai, tidak perduli dengan pandangan orang-orang di sekitarnya yang mungkin menganggapnya kampungan, sedangkan Sakura sedikit menjaga jearak dengan Ino, pura-pura nggak kenal.
"Oi forehead! Buruan kesini, ngapain aja kamu di situ lelet amat sih?" seru Ino dari kejauhan, dan sia-sia lah usaha Sakura untuk pura-pura nggak kenal sama Ino, dan dia pun berjalan lunglai mendekati Ino yang sudah heboh bermain-main dengan ombak laut.
"Cih, tau gini gue nggak mau diajak ke pantai sama dia, malu-maluin banget sih!" sungut Sakura kesal sambil menendang-nendang pasir putih di bawah kakinya, sedangkan Ino masih asyik dengan kesenangannya sendiri.
"Hei, kau Haruno dari kelas 1-3 kan?" Sakura menolehkan kepalanya ke arah seorang yang baru saja menyapanya.
"I...iya..." entah kenapa Sakura langsung tertunduk malu saat melihat orang itu.
"Kebetulan sekali, eh kau sendirian?" tanya pemuda berambut pirang jabrik itu.
"Ti...tidak kok Uzumaki Senpai, aku dengan temanku yang di sana itu." Sakura menunjuk Ino yang kini mulai melepas jaketnya, memperlihatkan swimsuitnya yang bermodel two piece dengan bawahan berupa rok mini yang sedikit berenda berwarna ungu cerah.
"Ooh begitu ya? Kupikir aku bisa mengajakmu main kalau kau sedang sendiri." kata pemuda yang bernama lengkap Uzumaki Naruto itu dengan raut kecewa.
"E...eh? Bisa kok Senpai, temanku pasti tidak masalah kalau aku pergi denganmu..." Sakura kembali tertunduk malu.
"Yang benar?" tanya Naruto yang kembali ceria, Sakura menggangguk mantab mengiyakan pertanyaan Naruto tadi.
"Oiii Inooo!" Sakura memanggil Ino yang masih asyik main, Ino pun menoleh ke arah Sakura, gadis berambut pink itu menunjuk Naruto, kemudian dirinya sendiri, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya dan melancarkan puppy eyesnya, bahasa isyarat Sakura untuk minta ijin Ino agar dia bisa pergi bersama Naruto, Ino pun hanya mengangguk saja, karena dia tahu, Sakura sudah lama naksir sama Senpainya yang satu itu.
Tapi Ino baru menyadari satu hal setelah beberapa saat.
"Eh, lho? Aku kan kesini cuma sama Sakura aja? Berarti sekarang aku sendirian dong?" Ino kembali berbalik melihat ke daratan, dan Sakura sudah tidak ada di sana.
"Cepet banget sih kaburnya?" Ino merlari-lari kecil kembali ke darat, siapa tahu Sakura masih bisa di temukan jika dia mencarinya di pesisir pantai, tapi ternyata sama saja, dia sama sekali tidak bisa menemukan teman pinknya yang satu itu.
"Sial! Cepet banget ngilangnya, paling enggak ajak gue juga kek, siapa tahu si Naruto itu punya temen yang cakep yang bisa dijadiin gebetan!" gerutu Ino kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ck, main sendirian kan nggak seru!" Ino masih menggerutu, kali ini dia berbalik, mulai beranjak dari tempatnya berdiri.
"Iya non, main sendiri itu nggak seru, gimana kalo main sama kita?" baru juga Ino berbalik, dia sudah dihadapkan dengan 3 orang cowok yang menurutnya nggak banget.
"Haah? Kalian nggomong apa tadi? Sorry ya gue nggak minat main sama cowok jelek!" cibir Ino tanpa rasa takut sedikitpun, Ino kembali berbalik untuk menghindari hadangan tiga cowok WhatTheHell tadi, tapi langkahnya kembali terhenti karena salah satu dari mereka kembali menghadangnya.
"Teganya...ternyata kamu tsundere ya?" tanya pria itu sambil mencolek dagu Ino, dan langsung mendapatkan balasan bogem mentah dari Ino, tepat di hidung pria itu.
"Aw, sakit tahu? Kamu berani ya?" kedua pria lainnya mencekal lengan Ino, dan pria yang berhasil dipukul Ino tadi kembali mendekati Ino yang kini gerakannya terkunci.
"Mau apa kalian?" Ino berusaha meronta, namun cekalan kedua lelaki di belakangnya tentu jauh lebih kuat, sedangkan pria di depan Ino berjalan mendekat ke arahnya.
"Kau mau coba-coba melawan ya nona cantik?" pria itu merendahkan tubuhnya untuk mensejajarkan diri dengan tinggi Ino, gadis itu mendelik jijik menatap pria di depannya.
DUAK!
Dan tanpa peringatan apapun, Ino langsung menendang selangkangan pria itu, hingga pria itu jatuh berlutut sambil memegangi daerah vitalnya yang sakit, kemudian kedua kaki Ino yang lain menginjak dengan kuat, kaki kedua pria di belakangnya, setelah cekalan di lenganya mengendur, diapun berinisiatif untuk lari.
"KEJAR DIA BRENGSEK!" seru pria yang mungkin adalah bos dari kedua orang yang lain, dan mereka pun mengejar Ino yang masih berlari, namun Ino tiba-tiba menubruk orang sehingga larinya terhenti.
"Ma...maaf, aku sedang dikejar, bisakah kau menolongku?" tanya Ino dengan gugup, bahkan dia tidak sempat melihat siapa orang yang baru saja dia tabrak, yang dia tahu, orang itu laki-laki juga.
Ino langsung bersembunyi di balik punggung laki-laki itu saat kedua pria yang mengejarnya berada di depannya.
"Kalian mau apa?" tanya pria yang dimintai tolong Ino tadi.
"Cih, tidak ada urusannya denganmu!" sentak pria sangar yang mengejar Ino.
"Oh tentu saja ada, sebagai penjaga pantai aku harus melindungi pengunjung seperti nona ini dari orang-orang seperti kalian!" kata pemuda itu santai.
"Berani sekali kau bocah!" kedua orang itu langsung melayangkan tinjunya ke arah pemuda di depan Ino, namun pemuda itu bisa menghindarinya dengan mudah, lalu dengan gesit pemuda itu menarik lengan kedua pria di depannya, setelah posisi mereka merunduk, kedua siku pemuda itu menghantam telak tengkuk keduanya, hingga kedua pria itu jatuh terduduk.
"Si...sialan kau!" kedua pria itu kembali akan menyerang si pemuda, namun gerakan mereka terhenti saat melihat aura mematikan yang menguar dari tubuh pemuda di depan mereka.
"Pergi kalian atau kupaketkan kalian ke Neraka!" desis pemuda itu, entah kenapa kedua pria tadi langsung bergindik ketakutan saat melihat ekspresi pemuda itu, mereka pun langsung lari tunggang-langgang menjauh dari ancaman mereka.
Ino menghela nafas lega, karena sudah terbebas dari ancaman.
"A...ano...te...terima...kas..."
Degup!
Ino tak melanjutkan ucapannya, dia tak kuasa menahan degupan jantungnya yang berdentum-dentum keras saat melihat wajah rupawan pemuda yang telah menolongnya tadi.
"Astaga...ya Tuhaaaaaan apakah dia benar-benar manusia?" batin Ino yang masih terpana dan berdebar sendiri menatap makhluk tampan dan sempurna di depannya.
Pemuda itu mengacak-acak poninya, kemudian menyisirnya kebelakang dengan jari, namun bagian kanan dan kirinya tetap jatuh membingkai wajah ovalnya yang 'Owh awesome' itu, membuat Ino semakin terlena.
"Lord Noctis..." gumam Ino tanpa sadar, pemuda itu membulatkan kedua mata onyxnya.
"Apa tadi kau bilang?" tanya pemuda itu.
"Eh...ti...tidak, bukan apa-apa," kata Ino gugup, dan tak mampu menutupi semburat merah yang menjalar di pipinya.
"Tuhaaaaaaan dia benar-benar tampan sumpah!" jerit inner Ino yang sudah nosebleed seember penuh, apa lagi melihat dada telanjang pria itu yang begitu putih, mulus dan bidang, serasa ingin bersandar di tempat itu.
"Astaga Ino kau mulai gila!" seru inner Ino frustasi.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya pemuda itu sambil menyentuh pundak Ino yang terekspos.
Ino tersentak kaget, dan terbangun dari khayalan tingkat tingginya.
"Eh ah? Ti...tidak apa-apa kok, terimakasih sudah menolongku!" kata Ino sambil membungkukkan badannya sedikit.
"Yaah bukan masalah," kata pemuda itu.
"Kau sendirian saja? Bahaya lho kalau jalan-jalan sendiri di pantai, apa lagi dengan swimsuit yang seperti itu..." pemuda itu melirik baju renang Ino.
"Manusia laki-laki pun bisa menjadi Iblis jahat jika melihat yang seperti ini." kata pemuda itu sambil mengalihkan pandangannya ke arah pantai, menutupi semburat merah yang mulai menjalar di kedua pipinya.
"Er...terima kasih sudah mengkhawatirkanku," Ino tersipu, dan tak berani mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan pemuda di depannya.
"Tunggu di sini sebentar, kuambilkan sesuatu untukmu!" pesan pemuda itu sebelum pergi.
"Eh?" Ino mendongakkan kepalanya dan menatap punggung pemuda yang kini meninggalkannya, namun dia hanya bisa menuruti apa kata pemuda itu, dia pun kini duduk di hamparan pasir putih untuk menunggu pemuda itu.
Tapi setelah menunggu sekitar 5 menit, pemuda itu tak juga datang, Ino menghela nafas berat.
"Memangnya apa yang kau harapkan Ino? Dia itu orang asing, untuk apa dia repot-repot mengurusimu?" gumam Ino yang ditujukan pada diri sendiri, Ino pun mulai beranjak dari duduknya, dan menepuk-nepuk pantatnya untuk membersihkan pasir yang menempel di sana.
Tapi baru saja dia akan beranjak, seseorang menyelimuti tubuhnya dengan jaket besar dari belakangnya, Ino tersentak kaget, kemudian berbalik dan mendapati pemuda yang menolongnya tadi tengah tersenyum padanya.
"Maaf lama, barang-baranagku kuletakkan agak jauh dari sini," pemuda itu menggaruk-garuk belakang kepalanya dan tak berani memandang Ino, seolah sedang menetralisir rasa gugupnya, sedangkan Ino sendiri menatap pemuda itu sampai tidak berkedip sama sekali.
Kenapa pemuda yang baru saja dia temui beberapa menit yang lalu bisa seperduli itu padanya.
"Itu, kau pakai saja, menghindari tindak kejahatan yang lain, karena er...jujur saja sebagai laki-laki, aku tahu apa yang mereka pikirkan, er...bagai mana ya?" pemuda itu terlihat bingung untuk menjelaskannya, lagi-lagi dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Te...terima kasih, aku mengerti apa yang kau maksudkan..." Ino merapatkan jaket itu di tubuhnya, dan menghirup wangi yang menguar dari sana.
Aquamint mistique
Wangi yang menghanyutkan bagi Ino.
"Astaga, ini jaket miliknya? Wanginya benar-benar sempurna..." lagi-lagi inner Ino menari-nari bahagia.
"Er...kalau mau, bi...bisakah kau menemaniku hari ini? Er...kau tahu kan aku...sendirian...eum..."
"Aku mau!" sahut pemuda itu langsung, namun kemudian dia kembali tertunduk menyembunyikan rona merah di wajahnya, Ino hanya mampu terpana sesaat kemudian terkikik geli.
"Manisnyaaaa..." batin Ino berbunga-bunga.
"Er...kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Ino, pemuda itu mendongak, bibirnya mulai terbuka sedikit seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi urung dan bibir itu kembali terkatup, dan dari ekspresinya, pemuda itu terlihat sedang berpikir, Ino menelengkan kepalanya bingung.
"Kau kenapa?" tanya Ino, pemuda itu tersentak dan kembali menatap Ino.
"ah ti...tidak, eum...namaku...Sas..."
"Sas?" ulang Ino penasaran.
"Sas...Sasaki Uchida!" lanjut pemuda itu.
(Bohong! Dia itu Sasuke Uchiha, si guru sejarah Ino yang paling dibenci cewek itu!)
Author disumpal selop.
Fugaku di mansionnya kebingungan nyariin selopnya yang cuma sepasang itu.
"Lho, selop ane kemana ya? Perasaaan tadi ane parkir di sini?" Fugaku celingukan nyariin selopnya, sambil ngangkat kimononya setinggi lutut, tiba-tiba ada benda terbang ke arahnya yang langsung ditangkep tuh om om pake mulut (?)
"Buset, siapa yang berani ngelemparin ane pake selop?" Fugaku murka, author kabur secepat Denliner.
Abaikan kegajean di atas! Kita kembali ke Sasuino!
"Oh Uchida ya?" ulang Ino.
"Panggil aku Sasaki saja!" kata Sasuke yang mengaku bernama Sasaki.
"Baiklah Sasaki, aku Ino, Yamanaka Ino." Ino tersenyum lembut ke arah Sasuke, sungguh baru kali ini dia melihat Ino tersenyum lembut padanya, biasanya gadis itu selalu menunjukkan muka masam jika di hadapannya, itu karena saat ini Ino tidak tahu kalau pemuda di depannya ini ternyata adalah Uchiha Sasuke, coba kalau dia tahu, dia pasti langsung bersumpah serapah, mengutuki kesialannya kenapa bisa bertemu dengan cowok bebatuan itu, di pantai yang sangat ramai ini.
"Hei, kita tidak hanya akan berdiri di sini saja kan Sasaki?" tanya Ino yang langsung membuyarkan lamunan Sasuke.
"Oh...i...iya.." sungguh baru kali ini Sasuke merasa segugup itu, seumur-umur dalam kamusnya selalu tertulis bahwa 'Gugup' itu adalah hal tabu dan tidak layak untuk diperbincangkan bagi seorang Uchiha.
"Jadi kita mau kemana?" tanya Ino lagi.
"Um...kita pikirkan sambil jalan saja ya!" kata Sasuke yang kemudian berbalik memunggungi Ino dan mulai berjalan, Ino pun mengikuti Sasuke kemudian berjalan beriringan dengan pemuda atau lebih tepatnya pria itu.
Ino mengalihkan pandanganya ke laut, di mana ada beberapa orang pria yang sedang Surfing, Ino berdecak kagum saat melihat pria-pria itu melakukan mauver-manuver Surfing yang menakjubkan.
Sasuke memperhatikan Ino yang terlihat sangat kagum dengan para peselancar itu mulai membuka suara.
"Kau suka pria yang pandai berselancar?" tanya Sasuke, Ino pun menoleh padanya dan mengangguk mantab sambil tersenyum cerah.
"Mau lihat gaya berselancarku?" tanya Sasuke sambil menunduk tepat di depan wajah Ino.
"Kau bisa Surfing juga?" tanya Ino dengan mata berbinar.
"Tentu saja!" kata Sasuke bangga.
"Benarkah? Kyaa...aku ingin lihat...aku ingin lihat!" pekik Ino girang, selama ini dia tidak pernah dekat dengan pria yang bisa surfing, makannya dia segitu senangnya saat tahu Sasaki (aka: Sasuke) ternyata bisa surfing.
"Tunggu di sini, aku akan meminjam papan selancar dulu!" pesan Sasuke yang kemudian berlari ke tempat rental surfing board.
Beberapa saat kemudian Sasuke sudah berdiri di atas papan selancarnya, dan kini sedang bermain dengan ombak besar di pantai itu, beberapa manuver seperti salto, melayang di atas ombak dan berputar 360°, memecah dan menembus ombak yang bergulung menerpa tubuhnya, membuat para penonton yang melihat aksi Sasuke itu berdecak kagum, tak terkecuali Ino yang kini ternganga, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Ya Tuhanku...apakah manusia yang sempurna itu benar-benar ada?" batinnya yang masih terpaku pada sosok Sasuke yang masih menari di antara ombak, kulit Sasuke yang basah terlihat berkilau tertimpa sinar matahari, rambut hitamnya yang semula mencuat ke belakang, kini turun karena basah, poni panjangnya yang tadi disisir ke belakang kini jatuh di atas dahinya, sedikit menutupi kedua mata onyxnya, Ino menautkan alisnya saat melihat penampilan Sasuke itu.
"Rasanya pernah lihat, tapi di mana ya?" pikir Ino sambil memperhatikan wajah Sasuke yang kini telah selesai dengan aksinya, dan mulai berjalan ke arahnya, tak sedikit gadis-gadis yang mendekati pemuda itu dan menggodanya dengan aksi centil mereka, namun tak dihiraukan sama sekali, Sasuke tetap memacu langkahnya ke arah Ino yang masih memperhatikannya.
"Bagaimana? Kau suka aksiku tadi?" tanya Sasuke setelah sampai di depan Ino, tak peduli dengan decakan kecewa gadis-gadis di sekelilingnya, yang kemudian membubarkan diri, mungkin mereka merasa kalah dari sudut manapun dengan Ino, gadis yang sedang diajak bicara oleh Sasuke.
"Ino, kau dengar aku kan?" tanya Sasuke sambil menelengkan kepalanya, sedangkan Ino semakin dalam menatap pemuda di depannya, kedua belah bibirnya perlahan terbuka, seolah ingin mengucapkan sesuatu.
"S...Sen...sei?" ucap Ino ragu.
Sumpah mati, demi Tuhan, jantung Sasuke hampir melompat lewat mulutnya saat Ino mengatakan hal itu, dia pun baru sadar kalau saat ini rambutnya turun karena basah, tatanan rambut saat dia berperan sebagai guru sejarah, dan dengan terburu-buru Sasuke menggembalikan tatanan rambutnya seperti tadi, kemudian mencoba bersikap biasa sebagai Sasaki Uchida yang dia perankan saat ini.
"Apa maksudmu dengan Sensei, Ino?" tanya Sasuke dengan senyum yang dibuat-buat.
Ino tersentak dari keterpanaannya, kemudian menggeleng pelan, mengusir pikiran bodohnya barusan.
"Ah ti...tidak, bukan apa-apa Sasaki, aku hanya...sedikit meleng hehehe..." kata Ino sambil menggaruk tengkuknya pertanda salah tingkah.
"O..oh..Begitu?" Sasuke pun bernafas lega, karena Ino masih belum mengenalinya sebagai Uchiha Sasuke.
"Demi apa, kenapa bayangan Uchiha Sensei yang menyebalkan itu melintas di kepalaku?" pikir Ino kesal.
"Ah, sudah mulai panas, bagaimana kalau kita makan eskrim?" tawar Sasuke.
"Um, ide bagus!" Ino kembali tersenyum cerah, keduanya pun beranjak untuk mencari kedai es krim.
=oooooo=
Ino tersenyum-senyum sendiri sambil berguling-guling di atas kasur, mengingat kejadian menyenangkan di pantai tadi siang, tidak perduli dengan tumpukan PR musim panas yang menunggu untuk dikerjakan di atas meja belajarnya.
Gadis itu masih senyum-senyum nggak jela sambil mengusap-usapkan wajahnya di bantal kecil yang dia peluk sejak tadi, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu, dan dia malu sendiri dengan apa yang dia pikirkan.
Drrrrt...Drrrrrt...
Ino mendengar suara getar ponselnya yang bergesekan dengan meja kayu, dia pun meraih benda mungil itu ke dalam genggamannya, dan memencet tombol hijau setelah melihat nama yang tertera di layar.
"Hai Sakura-cha~n...bagaimana dengan kencanmu hari ini?" sapa Ino dengan nada manja.
"Oi...oi...Ino-pig, kau salah makan obat ya?" tanya Sakura keheranan dengan sikap Ino yang menurutnya kelewat lebay.
"I...ih...tega sekali kamu forehead, kau sangka aku gila?" gerutu Ino sambil berguling memposisikan tubuhnya untuk telungkup menindih guling di sampingnya.
"Habisnya kau aneh sih!" bela Sakura.
"Aku sedang senang Sakura...senang sekali...!" kata Ino gemas, sampai guling di bawahnya menjadi sasaran pelukannya yang kelewat erat.
"Hei hei, sepertinya ada yang kulewatkan saat aku pergi tadi ya?" tanya Sakura penuh selidik.
"Iya, banyak sekali yang sudah kau lewatkan, kau tahu? Aku tadi ketemu cowok cakeeeeeep banget Sakura, dia baik, jago surfing pula, kyaaaa...benar-benar perfect!" Ino bercerita dengan penuh semangat pada sahabatnya itu.
"Oh ya? Namanya siapa, dia pasti ganteng banget sampai kamu sehisteris ini!" tanya Sakura sama semangatnya.
"Ugh, nggak cuma ganteng Sakura, yang ini double super ganteng sangat dah! Namanya Sasaki Uchida!" kata Ino sambil mengingat-ingat wajah Sasaki Uchida yang ternyata Sasuke Uchiha itu.
"Sasaki Uchida? Kok namanya hampir nyerempet-nyerempet namanya Uchiha Sensei ya?" tanya Sakura, Ino terkesiap.
"Hei forehead, jangan menyebut namanya tepat di telingaku!" decak Ino yang mulai kesal setiap kali mendengar nama guru sejarah itu.
"Hahaha...ayolah Ino-pig, aku hanya bercanda, lalu bagaimana dengan sekolahnya? Apa kau juga tanya nomor teleponnya?" buru Sakura penasaran, Ino terdiam, namun kemudian mendesah lemas.
"Aku lupa menanyakan hal itu...hiks...hiks..." kata Ino memelas.
"Wah kau beruntung sekaligus sial ya hari ini? Hahahaha..." Sakura tergelak mendengar kecerobohan teman kuningnya itu.
"Jangan mengejekku forehead! Pokoknya besok aku akan ke pantai lagi, siapa tahu aku bisa ketemu sama dia lagi! Tadi dia bilang dia itu penjaga pantai!" kata Ino yang mencoba menghibur diri sendiri.
"Ya...ya...semoga berhasil, eh tapi, kalau kamu PDKT sama dia terus kalian jadian, gimana nasib Uchiha Sensei?" tanya Sakura bermaksud menggoda Ino.
"Kenapa menyebut namanya lagi forehead?" seru Ino kesal.
"Hahaha...maaf maaf... Habisnya kau lucu kalau sudah membicarakan soal guru sejarah kita itu hahaha..." Sakura malah semakin parah mengejek Ino, dia sendiri tahu kalau Ino masih menyimpan rasa pada Senseinya itu, sekuat apapun Ino menyangkal, Sakura tetap tahu kalau Ino sebenarnya hanya mencoba lari dari kenyataan.
"Kau sama menyebalkan dengan cowok bebatuan itu forehead!" degus Ino kesal.
Kalau kalian bertanya kenapa Ino bisa menyebut si guru sejarah itu 'cowok bebatuan', itu karena Sasuke itu orang yang keras, dari segi sifat yang keras kepala dan galaknya minta ampun, belum lagi tatapannya yang sedingin es batu, dan pelajaran sejarah yang dia ampu kadang menjelaskan tentang jaman batu dan lain sebagainya, dan itulah yang membuat Ino menyebut Sasuke dengan cowok bebatuan.
"Akhu jadi ingin...hihihi...melihat ekspresimu saat ini Ino...hahahaha..." Sakura berusaha menahan tawanya saat berbicara, namun gagal.
"Sialan kau forehead!" degus Ino.
"Hei Ino, hari ini giliranmu belanja!" tiba-tiba pintu kamar Ino terbuka, dan muncullah seorang pemuda bermodel rambut sama dengan Ino, bedanya, poni pemuda itu ada di sebelah kiri.
"Bisa tidak kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk kekamarku Dei-nii?" tanya Ino kesal saat acara teleponannya diganggu sama abangnya semata wayang itu.
"Sudah diketuk berkali-kali dan kau tidak menyahut, bikin kesal saja!" pemuda itu berjalan menghentak menghampiri ranjang Ino.
"Nih! Daftar belanjaan sama uangnya! Perginya jangan lama-lama, ntar keburu larut!" kata pemuda itu.
Yaah meskipun terlihat cuek dan seenaknya sendiri, sebenarnya kakak laki-laki Ino yang bernama Deidara itu sebenarnya sangat menyayangi Ino, buktinya dia khawatir kalau sampai Ino pulang terlalu larut.
(Lha kalo emang gitu kenapa nggak dia aja yang pergi belanja?)
Soalnya dia sering dipanggil 'mbak' sama orang-orang swalayan pas dia belanja sendiri.
(sungguh malang nasibmu Dei, makannya jangan ngopy paste stylenya adek lo sendiri, jadi dikira cewek kan?)
Balik ke cerita!
Ino berdecak kesal, dan mulai beringsut turun dari ranjangnya dengan malas.
"Udah dulu ya Sakura, abang gue yang satu ini udah mulai cerewet!" Ino pun menutup sambungannya setelah mendengar kalimat persetujuan dari Sakura di seberang telapon.
"Ngomong apa kamu?" sentak Deidara yang sudah mencapai pintu dan hampir keluar dari ruangan Ino.
"Bukan apa-apa Dei-nii yang ganteng bin cakep!" kata Ino dengan nada ogah-ogahan.
Emang dia males banget nyebut kakaknya itu ganteng bin cakep, soalnya dilihat gimanapun juga kakaknya itu lebih pantes dibilang cantik (author dibom Deidara)
=oooooo=
Saat ini Ino sedang berkeliling di antara rak-rak besar di dalam swalayan, satu tangannya mendorong troli belanjaan, dan tangan yang lain sibuk memilih-milih barang yang akan dia beli.
Meskipun sudah diberi catatan, tapi dia masih perlu memfilter harga barangnya juga, soalnya dia hanya tinggal berdua dengan kakaknya, sedangkan ayahnya bekerja di luar kota, jadi mereka harus berhemat untuk memenuhi kebutuhan mereka selama sebulan, karena ayahnya hanya akan mengirim uang setiap sebulan sekali.
Setelah yakin semua sudah terbeli, Ino segera mendorong trolinya ke meja kasir, kedua mata aquamarinenya terbelelak lebar saat melihat seseorang yang berdiri di sampingnya, yang juga tengah mengantri di kasir sebelah.
"Demi apa, dari semua orang yang saya kenal, kenapa malah anda yang saya temui di sini Uchiha Sensei?" decak Ino sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pegangan troli.
"Seharusnya itu adalah kalimatku Yamanaka!" balas Sasuke tanpa memandang gadis di sebelahnya.
(Hello...siapa yang tadi siang flirting-flirtingan di pantai? Kalo Ino sih maklum karena dia nggak tahu siapa yang dia ajak main tadi, tapi Sasuke? Dia kan tahu dengan jelas kalo cewek yang dia kencani tadi itu Ino! Pake belagak jual mahal lagi sekarang?)
"Sayangnya akulah yang lebih dulu mengatakannya Sensei!" Ino bertopang dagu sambil melirik Sasuke.
Dalam hati dia mengakui kalau Senseinya ini memang tampan, apa lagi kalau sedang memakai pakaian kasual seperti sekarang, T-shirt biru tua bergambar abstrak seperti grafity dengan tulisan mind destroyer, terlihat cocok degan Sasuke, dan celana jeans hitam degan banyak kantong yang menghiasinya, membuat penampilan Sasuke terlihat seperti anak remaja, siapa yang tahu dia adalah seorang guru jika penampilannya segitu gaulnya, bahkan kacamata yang bertengger di tulang hidungnya itu terlihat berkelas saat dia berpenampilan seperti itu.
"Kau mau memandangiku samapai kapan Yamanaka? Jangan-jangan kau jatuh cinta padaku ya?" tanya Sasuke dengan nada datarnya sambil membenarkan letak kaca matanya.
"Hah? PD sekali anda Sensei? Demi apa aku sampai jatuh cinta pada anda?" decak Ino yang kemudian kembali menatap antrian panjang di depannya yang sejak tadi belum berkurang juga.
"Astaga...orang yang di depan itu apa memborong seluruh isi toko? Kenapa lama sekali sih bayarnya?" degus Ino kesal, sedangkan Sasuke, tanpa disadari Ino, pria itu terlihat tersenyum tipis di balik tangannya yang masih bertengger menahan kaca-matanya.
.
.
.
.
.
TBC
Yap! Bersambung minna ^_^v
Tadinya saya mau bikin oneshoot, tapi keknya kepanjangan kalo dijadiin oneshoot, jadi aku pecah aja, mungkin nanti jadinya twoshoot ato three ya? Nggak tahu lah, lihat aja ntar! (author dikeroyok masa)
Gomen kalo Sasuke OOC di sini, itu kan karena dia lagi nyamar jadi Sasaki, jadi dia perlu ber OOC ria biar Ino nggak ngenalin dia, kalo sifat aslinya pas jadi guru tetep sama kok, biarpun sedikit melenceng juga sih hehehe...
Nah minna-san, silakan sampaikan pendapat dan uneg-uneg kalian mengenai fic ini melalui kotak review di bawah ini!
*Salam Cute*
