Disclaimer: All Harry Potter Universe are not mine.

1. A Simple Potion

Draco Malfoy tidak bisa menahan untuk melirik kearah meja Gryffindor. Hermione Granger sedang tertawa pelan di sebelah Ron Weasley. Mereka sedang sibuk berbicara dan Harry mengobrol dengan Ginny.

'Weasley. Cih, apa yang dilihat si Granger dari Weasley itu?' Draco menggerutu dalam hati.

"Drakieee, makan dong. Ada apa sih?"

Ia terlonjak dari pikirannya. Pansy Parkinson mengerutkan dahi bingung. "Ada apa Drakie?"

"Tidak ada apa apa." Draco menyuap sepotong pai apel dengan lagak biasa-biasa saja.

"Kau yakin? Daritadi kau tidak menyimak apa yang kukatakan kan?" Pansy berkata, masih terdengar ragu ragu.

Draco mendesah, "Aku baik baik saja Pans "

"Ya sudah kalau begitu. Ayo! Kita akan telat ke Ramuan!" Pansy menarik Draco dari kursinya. Blaise mendongak, dan berseru.

"Oi Draco, kau sudah mengumpulkan tugas Felix Felicis?"

"Sudah. Itu tugas minggu kemarin kan?"

Blaise mengangguk, "Sial. Aku pasti kena detensi. "

Mereka berjalan keluar aula besar. Draco merasakan pening di kepalanya, kemudian seseorang menyenggolnya.

"Akh! " Draco meringis kesakitan. Buku-buku tebal menghantam pundaknya. Ia segera mencari cari siapa yang menyenggolnya. Ternyata Granger.

"Kau punya mata tidak sih!" seru Draco kesal. Ia masih jengkel dengan pemandangan yang ia lihat di Aula Besar.

Hermione melotot. "Kau juga lihat kalau sedang berjalan!"

"Ha. Darah-lumpur kotor Granger berani melawanku," Draco tertawa mencemooh.

Ron maju selangkah. Tangannya menggenggam tongkatnya. "Jaga omonganmu Malfoy."

"Oh, Weasley bersikap pahlawan rupanya?" Draco mengibaskan jubahnya.

Ron menggenggam tongkatnya dengan geram. Ia baru mau membuka mulutnya untuk berbicara tapi ditahan Hermione.

"Sudahlah Ron. Kita pergi saja." Hermione menarik tangan Ron. Harry menepuk pundak Ron yang masih geram.

Draco tertegun sejenak. Ia melihat wajah Hermione menjadi kelabu, seakan menahan tangis. Belum pernah ia melihatnya seperti itu. Lamunannya tersadar oleh Pansy—yang mengerutkan wajah curiga.

Lagi lagi Draco mengelak.

XxxXxxX

Snape mengawasi kelasnya dengan pandangan tajam. Saat ini suasana hatinya sedang buruk, ia bersikap tajam kepada semua orang—bahkan pada anak anak slytherin, yang merupakan anak emasnya.

"Buka halaman 183." perintahnya singkat.

Suara halaman buku dibalik terdengar diseluruh ruangan. Harry dan Ron membalik bukunya dengan malas, sementara Hermione sudah membalik dengan cepat dan duduk tegak.

"183, Longbottom. Bukan 173." suara pelan Snape yang dingin membuat Neville gemetar dan cepat-cepat membuka halaman yang benar.

Draco menguap tepat ketika Snape berbicara, "Ramuan Littera. Ada yang bisa menjelaskan ?"

Tangan Hermione menunjuk keatas secepat kilat. Setelah menunggu dan hanya Hermione yang mengacungkan tangan, Snape menunjuknya.

"Ramuan Littera adalah ramuan yang memberi orang yang meminumnya sakit yang tidak terlalu parah, tapi efeknya bisa menjadi sangat sakit dan membuat bergetar terus menerus. Ramuan ini tidak terlalu susah karena dahulu biasa dibuat menjadi lelu-"

"Cukup." potong Snape. "Ambil bahan-bahan yang tersedia dan buat ramuan ini dalam waktu setengah jam."

Wajah Hermione memerah karena dipotong oleh Snape. Walaupun ucapannya sudah dipotong Snape, tapi setengah ucapannya didengar oleh Draco Malfoy. Dan Draco mendengar dengan pasti kalau Hermione mengatakan, 'lelucon'.

XxxXxxX

"Jadi," kata Hermione sambil berjalan. "Bagaimana kau dan Ginny?"

"A.. ah baik baik saja." Wajah Harry memerah. "Kenapa?"

"Tidak apa apa. Dia cantik sekali kan?" ujar Hermione santai.

"Ehh ya, tentu saja" Harry gugup. "Ada apa sih?"

"Sudah kubilang tidak ada apa-apa. Nah itu dia Ginny," Hermione tertawa kecil, melihat Ginny berlari dari koridor kearah mereka.

Wajah Harry memerah lagi.

"Hai Ron, Hermione. Hai Harry," Ginny tersenyum malu-malu.

"Hai Ginny, Harry baru saja bilang kalau kau cantik. Kau harus bangga punya pacar seperti dia," Hermione berbicara tanpa henti. Pipi Ginny berubah pink.

"Hermione! " Harry lebih memerah.

"Benar kan? Oh sudahlah"

Mereka berjalan menuju aula besar yang sudah dipenuhi murid murid. Dari kejauhan, mereka tidak melihat Draco sedang tersenyum licik.

Hermione bergegas duduk dan minum dari pialanya. Diambilnya sepotong daging dan makan dengan cepat.

"Oi oi .. rakus amat sih? " kata Ron melongo melihat Hermione.

Hermione mengabaikan tatapannya dan dengan santai berkata, "Oh Ron, ini namanya meningkatkan energi. Lagipula kau juga setiap hari rakus kan?"

Ron mendengus dan mengambil piala Hermione, meneguknya sampai habis.

"Hei! Itu pialaku Ron. Ah, pialamu belum diminum kan? Aku pakai saja." gerutu Hermione sambil mengambil piala Ron yang masih penuh dengan jus labu.

"Sudahlah 'Mione. Tak ada perbedaan kan—'Mione?"

Hermione tersedak dan memegangi lehernya, ia terjatuh dari kursinya dan batuk keras-keras .

"A.. akh!"

Ia mengejang dan bergetar. Harry dan Ron menggoyangkan tubuhnya dengan panik. Kemudian muncul sosok Profesor Dumbledore, dan Snape.

'Snape?' pikir Hermione. 'Ngapain dia..' dan sebelum ia sempat memikirkan sesuatu yang lain, semuanya menjadi gelap.

Draco Malfoy terlonjak kaget. Piala si Weasley.. diminum Granger? Ah! Draco cuma bisa memandangi Granger mengejang dan tersedak, sementara ia duduk dengan kaku.

A.. apa? Bagaimana bisa? Tapi itu piala si Weasley, kenapa keminum dia..? Draco menjadi pusing.

Ah ya… tadi si Weasley minum piala Granger. Dan ia minum piala Weasley. Draco mencoba berpikir pelan pelan. Weasley keparat… harusnya dia yang seperti itu, bukan Granger!

Akalnya sudah kembali lagi. Ia menengok ke meja Gryffindor dan melihat Hermione, Harry dan Ron sudah meninggalkan tempat duduknya.

Sebelum berpikir apapun, Draco sudah melesat keluar aula. Tidak peduli dengan teriakan Pansy ataupun seruan bingung Blaise. Ia harus melihat Granger…


hoho ini ff pertama gw, masih banyak yang salah dan ramuan Littera itu bikinan gw bukan J.K. Rowling

chapter 2 nanti kalo sempet hohoho *harus sempet dong! plakk

please review!

NB: This version is edited.