oOo Chapter 1 oOo

.

"Apa kalian yakin akan melakukan ini?" Tanya sebuah suara khas anak-anak dengan nada ragu pada ketiga anak lain di depannya. Kalau di perhatikan, nampaknya umur mereka sekitar 7 sampai 8 tahun.

"Mochiron desu!"

"Pasti!"

"Tentu saja!"

"Iya sih, tapi–"

"Sudahlah, kau mau ikut atau tidak?" potong salah satu anak laki-laki yang nampaknya bosan dengan keraguan dari anak pertama.

"Baiklah, aku ikut. Revi-chan juga ikut kan?"

"Ya, aku juga penasaran, Yuki-chan. Aku pasti akan menemanimu"

.

Come From The Future

.

"Nii-chan, apa kita hanya akan pergi tanpa membawa apa-apa?" Tanya Yuki pada Nii-channya.

"Tentu saja, baka! Memangnya kau tau kita akan berapa lama di sana, hah?" Bentaknya pada Yuki dengan 'halus' sekali.

"Oi, Fuyu! Kau juga diamlah! Urusanai!" Protes anak laki-laki yang satunya lagi pada Nii-channya Yuki, Fuyu.

"Cih, bukankah kau yang mengusulkan ide ini? Kenapa kau hanya diam saja?" Protes Fuyu balik.

"Heh? Bukankah kau yang seenak bibir cerewetmu itu yang mengatakan akan ikut?"

"Da–"

"STOP!" Ucapan Fuyu pun terpotong dengan satu kata (baca : teriakan) tegas dari Revina. Nampaknya dia tengah menahan kesal sedari tadi.

"Lebih baik kita hentikan pertengkaran kalian yang tidak bermutu itu. Oh ya, kalau masalah itu, tenang saja aku sudah membawa persedian buat kita berempat, Yuki-chan." Ucap Revina sambil mengangkat tas segiempat berukuran 20 x 20 yang entah apa isinya. "Jadi, kalian para laki-laki tidak perlu khawatir." Imbuhnya lagi.

"Yatta."

"Ck, sok kuat/Bodoh." Gumam kedua anak laki-laki itu bersamaan namun pelan.

.

Author : NaYu Namikaze Uzumaki

.

"Ayo kita pergi!" Seru semangat diucapkan oleh bibir kecil Yuki pertanda dia tidak terlalu pusing dengan pertengkaran antara Fuyu, kakaknya dengan Levfi, nama anak laki-laki satunya.

"Yosh!" Seru Revina balik dengan semangat pula.

"Cih, dasar bocah!" Cela Fuyu sambil berdecih.

"Heh, memangnya kau bukan bocah?" Ucap Lefvi Sarkartis dengan seringaian di wajah innocentnya.

"Lefvi no baka! Kau juga bocah! Bahkan lebih bocah dariku!" Ucapnya geram pada Lefvi dengan mata berkilat tajam yang sebenarnya tidak pantas dilihat dari anak seumurannya.

"Are you sure, little boy?" mulai lagi deh pertengkaran antara kedua bocah itu.

.

Disclaimer : Naruto milik Masashi oyaji, CFTF is Mine

.

Dug

Dug

Dua benjolan besar telah bertengger dengan manisnya di kepala Fuyu dan Lefvi. Dan itu ternyata 'hadiah manis' dari Revina yang terdapat tiga kedutan di pelipisnya.

"Sekali lagi kalian bertengkar, aku akan menyuruh Sara-nee, Boru-nii, atau Hima-nee untuk ikut dengan kita. Atau perlu, Paman Naruto saja." Ancam Revina yang tengah mengeluarkan death glare andalannya.

Dan…

"Cih., masa bodoh dengan ancamanmu."

"Kau juga tak akan berani mengadukannya."

… tidak mempan.

.

Rating : T

.

Pairing : NaruHina, SasuSaku, n KonoHana

.

"Ayolah, Fuyu-nii, Lefvi-nii, Revi-chan, kita lebih baik bergegas. Nanti keburu sore loh!" Bujuk Yuki dengan suara imutnya yang mampu meluluhkan hati kedua bocah yang beberapa bulan di atasnya dan seorang bocah yang beda 10 menit darinya.

"Baiklah, ayo kita pergi!" Seru Revina mengulangi kalimat Yuki tadi.

"Yeah!" Balas Fuyu dengan nada… umm… terpaksa semangat?

"Hn."

.

Genre : Friendship, Family, Humor, Sci-fi (maybe)

.

"Say welcome to the past, minna!" ucap Revina semangat layaknya seorang pemimpin dan hanya di balas anggukan semangat dari Yuki dan keheningan dari Fuyu dan Lefvi. Mereka pun berjalan ke depan sebuah portal berwarna-warni yang memutar lambat layaknya akan membuat mereka tertidur.

Keempat bocah itu akhirnya berjalan masuk ke dalam portal itu dan hanya menyisakan keheningan di dalam sebuah laboraturium yang penuh dengan bahan-bahan kimia, juga tumpukan kertas di atas beberapa meja yang ada di sana, juga alat-alat percobaan. Dan tanpa diketahui oleh keempat bocah yang telah pergi entah kemana, bahwa sedari tadi ada tiga orang yang telah mengawasi dari balik pintu laboraturium itu dengan pandangan kosong ke langit-langit. Entah apa yang ketiga remaja itu pikirkan sekarang.

.

Warning : AU, Super OOC, OC, Typo's, Time Travel, Humor garing, , Sister complex, banyak pendeskripsiannya, Alur lambat kadang juga cepat, dan keanehan lainnya juga kekurangan lainnya dari fanfic ini.

A/N : This my Fanfic. Yatta, akhirnya ngerti juga cara masukin ni fic. Dalam cerita ini terdapat empat OC. Entah karakter OC atau karakter Masashi yang saya utamakan dalam fanfic ini. Karakter Hinata di FF ini tidak saya buat terlalu gagap, tetap lembut namun, gagapnya biasa aja. Dan sekali lagi, ini hanya fanfic dan berasal dari imajinasi sang author yang kelewat tinggi *lebay*.Oh ya, karna Author merupakan seorang Fujoshi, maka aka nada beberapa cuplikan YAOI, tp tetap aja ini Fic STRAIGHT. Yokey, dari pada basa basi lagi… mari silahkan para readers membaca fanfiction author. Jangan lupa mengimajinasikan versi para readers.

.

OC In Fanfiction

Namikaze Fuyu

Namikaze Yuki

Uchiha Lefvi

Sarutobi Revina

.

DON'T LIKE

DON'T READ

THIS FANFICTION

.

Chapter 1 : Kedatangan Mereka

Taman Konoha, 7 Juli 2014, 15.15 pm

Sang surya masih senantiasa menyinari bumi. Meskipun dalam beberapa jam kedepan, ia akan digantikan oleh sang Dewi Malam, namun tak menyurutkan sinarnya demi melihat senyuman yang terpampang di wajah keempat remaja yang tengah berjalan beriringan. Sesekali keempat remaja itu tertawa dan diselingi dengan pertengkaran kecil yang dilakukan oleh kedua pemuda dari keempat remaja itu. Sedangkan, kedua gadis itu hanya tersenyum dan terkadang terkikik geli dengan umpatan serta ejekan dari keduanya.

Indahnya masa muda.

Itulah yang selalu dikatakan oleh ibu-ibu maupun bapak-bapak yang melihat mereka saling bercengkrama bersama. Banyak dari orang-orang yang menganggap mereka adalah dua pasang kekasih yang diikat dalam persahabatan yang erat.

Ya.

Itulah mereka.

Mereka adalah dua pasang kekasih dan saling bersahabat. Selalu bersama dalam suka maupun duka. Berbagi cerita indah dan buruk. Membagi semua kenangan pahit dan kenangan indah yang mereka rasakan. Banyak yang mengatakan bahwa mereka bersahabat karna materi. Itu karna mereka berasal dari orang-orang terpandang.

Begitulah menurut pandangan orang-orang yang melihat dari luar saja. Hanya segelintir orang yang dapat melihat persahabat mereka tidak didasarkan materi, melainkan tulus dari hati.

"Ne, Hina-chan, malam ini datang ke festival kan?" Tanya gadis bersurai pink lembut layaknya bunga Sakura yang mekar pada musim semi.

"Tentu saja, Sakura-chan?" Jawab dan Tanya Hinata, pada gadis bersurai pink yang kebetulan memang bernama Sakura.

"Ne,ne, ayo kita berangkat bersama dan sekalian double date! Sasuke-kun dan Naruto maukan?" Ajaknya padanya dua pemuda yang tengah asik dengan ejek-ejekan 'Teme' dan 'Dobe'. Segera saja, sang gadis musim semi memberikan 'hadiah' berupa pukulan di kedua kapala yang berbeda surai tersebut.

"Dengarkan seseorang yang sedang bicara, Sasuke-kun, Naruto!" Bentaknya ganas dengan death glare sempurnya yang ia pelajari dari kepala sekolah KHS sekaligus nenek dari Naruto, Namikaze Tsunade. Dan kedua pemuda itu hanya berjengit ngeri melihatnya.

"Tenanglah, Sakura-chan! " Bujuk Hinata dengan mengelus-eluskan tangannya di punggung Sakura. Amarah Sakura pun mereda dengan elusan tersebut, dia pun menoleh ke arah Hinata dan tersenyum manis.

"Jadi? Bagaimana?" Tanya Sakura lagi pada kedua pemuda itu.

"Eh? Bagaimana apanya?" Tanya Naruto bingung dengan wajah polos yang benar-benar membuat author mimisan saking imutnya *plaakk* oke, abaikan!

"Masalah Festival sekaligus Double Date nanti malam." Geram Sakura pada Naruto. Tiga detik berlalu dan Naruto pun mengerti maksud dari Sakura.

"Yeah! Ayo kita lakukan Double Date! Kau setuju bukan, Hinata-chan?" Tanya Naruto bersemangat pada Hinata. Sedangkan yang ditanyai hanya mengangguk kaku dengan wajah memerah padam.

"Sasuke-kun, kau juga se-setuju bu-bukan?" Tanya Sakura sembari melirik malu-malu pada Sasuke. Dan hasilnya? Hanya jawaban 'Hn' yang terdengar. Trademark Uchiha banget.

"Yatta." Gumam Sakura senang.

"Yare yare, gimana kalau kita duduk di bangku itu dulu. Aku lelah nih." Rajuk Naruto pada ketiga sohibnya.

"Hn."

"Ayo, Naruto-kun!"

"Yaya, baka."

Itulah jawaban dari ketiganya. Mereka pun duduk di kursi taman panjang yang muat untuk 6-8 orang. Di bawah rindangnya pohon dengan sinar mentari yang mengintip disela-selanya, mereka merasakan hembusan angin yang menyejukkan sanubari keempat remaja tersebut. Tidak ada kata yang terucap. Hanya hembusan anginlah yang terdengan dalam keheningan yang menyenangkan itu.

KRESEK KRESEK

SRAAKK

BRUG BRUG BRUG BRUG

Dan di dalam keheningan yang menentramkan itu, terjadilah kegaduhan dari keempat bocah yang dengan mulusnya mendarat tepat di atas tubuh Naruto dan Sasuke yang -kebetulan duduk bersebelahan tepat di bawah pohon yang paling besar dari pohon tempat berteduh Hinata dan Sakura- terjengkal ke tanah karna di tubruk oleh empat bocah itu.

"Aduh!"

"Ittaii!"

"Huweee… Nii-chan!"

"Cih, pendaratan macam apa ini?"

Itulah suara yang terdengan dari masing-masing bibir mungil keempat bocah itu. Bagaimana nasib kedua pemuda tampan itu? Hahahaha… mereka nampaknya benar-benar sial. Itulah yang mereka berdua pikirkan. Tidak ada suara kesakitan dari keduanya. Yang ada hanya aura gelap yang menguar dengan pekatnya dari kedua pemuda yang belum dapat bangkit dari posisi nistanya yang disebabkan oleh keempat bocah itu. Untunglah saat ini bagian taman tempat mereka berkumpul benar-benar sepi, jadi tidak akan merasakan hawa yang tak mengenakkan itu.

"Ya Tuhan! Apa yang kalian lakukan di atas pohon itu, adik-adik?" Suara Hinata pun terdengar dan langsung di tindaki dengan membantu dua bocah yang nangkring di atas tubuh Naruto. Reflek, Sakura pun menurunkan kedua bocah yang masih dengan enaknya duduk di atas tubuh Sasuke.

"Daijobou desu ka?" Tanya Hinata lembut pada kedua bocah laki-laki dan perempuan yang identik di depannya. 'Nampaknya mereka kembar.' Inner Hinata begitu melihat kedua bocah itu. Dan kedua bocah itu hanya bisa membelalak melihat Hinata yang -tengah berlutut didepannya- tersenyum lembut di depannya. 'Benar-benar persis dan tidak ada ang berubah dari Kaa-chan di masa depan.' Batin kedua bocah yang ternyata adalah si kembar Fuyuki. 'Si kembar Fuyuki' merupakan julukan untuk si kembar bungsu Namikaze, dari orang-orang yang mengenal mereka.

Tanpa sadar, mereka berdua pun reflek memeluk Hinata. Sedangkan Hinata? Dia jadi bingung kenapa tiba-tiba kedua bocah yang ditolongnya tiba-tiba memeluknya begitu saja, seperti rindu akan sesuatu yang berharga. Dan Hinata pun langsung saja membalas pelukan kedua bocah itu dengan sayang, seakan-akan merasakan sebuah ikatan dengan kedua bocah itu. Naruto yang telah bangkit sempurna pun hanya cengo melihat pandangan di depannya saat ini.

Lain Naruto, lain pula Sasuke. Saat ini, Sasuke telah berhasil berdiri tegak -setelah membersihkan debu yang menempel di seragam sekolahnya- menatap dingin pada bocah laki-laki yang tengah dipeluk atau memeluk (?) Sakura dengan sangat erat. Seakan-akan, Sakura akan hilang bila ia lepaskan. Dan bocah satunya? Dia hanya terdiam dan Nampak senyum tipis nan manis yang melengkung indah di bibirnya. Matanya pun terlihat berkaca-kaca melihat pemandangan mengharukan -baginya- di depannya saat ini.

Sakura memeluk Levfi dengan lembut seakan-akan paham dengan ketahutan yang Lefvi rasakan. Dan hanya terdengar kata 'Sudahlah, kau baik-baik saja.' atau 'Tenanglah, jangan menangis!' itulah kata-kata yang Sakura ucapkan untuk Lefvi yang didengar oleh Revina.

Ia pun seketika sweatdrop saat menoleh dan melihat Si kembar Nayuki tengah memeluk Hinata seakan-akan baru bertemu. 'Padahal baru tadi pagi bertemu dengan bibi Hinata, kelihatannya seperti tidak bertemu berbulan-bulan.' Batinnya dengan sebuah keringat yang bertenggel di belakang surai coklat glombang sepunggung miliknya.

"Hn. Mau di peluk?" Tanya Sasuke pada Revina yang sedang asik-asiknya melihat acara peluk-pelukan antar si kembar Nayuki dengan Hinata. Revina pun mengalihkan pandangannya, mendongak dan melihat wajah Sasuke yang bertanya dengan wajah datar bak tembok, langsung saja ia sweatdrop melihatnya.

'Jadi begini paman Sasuke? Benar-benar seperti yang selalu dikatakan paman Naruto.' Innernya.

"Tidak. Terima kasih, paman Sasuke." Jawab Revina disertai gelengan pelan dan senyuman lembut turunan dari ibunya.

Mendengan namanya yang mulus meluncur dari bibir kecil Revina, sontak membuat Sasuke terbelalak seperkian detik dan langsung menatap tajam. Dan Revina yang ditatap tajam pun langsung saja mengalihkan pandangan ke arah Lefvi dan melihatanya tengah menatap pertengkaran si kembar Fuyuki -lebih tepatnya si Fuyu yang berdebat dan Yuki mencoba menghentikan Nii-chan-nya- dengan Naruto dan Sakura yang menahan tubuh Naruto. Karna penasaran akan apa yang terjadi, dia pun melenggang ke sana meninggalkan Sasuke yang masih menatapnya tajam. Namun, tetap mengikuti bocah itu menuju teman-temannya. Menyimpan sebuah pertanyaan yang masih bergelut di otak jeniusnya

.

.

Di saat yang bersamaan dengan percakapan Sasuke dan Revina

Naruto yang sudah sadar dari kecengoannya yang melihat dua bocah memeluk Hinata pun langsung menyingkirkan sepasang tangan mungil dari tubuh sang Gadis Hyuuga.

"Oke, sekarang apa kalian bisa memberikan penjelasan, mengapa kalian berempat berada di atas pohon dan jatuh menimpaku dengan si te- maksudku teman laki-lakiku?" Tanya Naruto to the point dengan nada yang di buat seriang mungkin dan ia ralat saat akan mengucapkan kata 'Teme' di depan kedua bocah itu -kata yang tidak pantas ia ucapkan di depan anak kecil-. Menurutnya, kalau dia bertanya dengan nada yang sama ia berikan pada orang dewasa, pastilah anak-anak ini akan kabur atau mungkin menangis. Padahal itu nada yang diberikan Naruto pada orang yang seenaknya menggoda Hinata.

'Untung nih anak masih bocah. Kalau gede, lihat saja apa yang terjadi.' Inner Naruto sinting. Bisa-bisanya dia cemburu pada bocah, perempuan lagi. Ck… ck… ck… nampaknya Author harus membuatkan ruangan khusus buat Naruto jika dia gila mendadak gara-gara cemburu pada seo-ups, dua orang bocah yang kedua-duanya…

… anak-anak?

Okey, Back to Story

"Um… kami juga tidak tau Tou-chan." Jawab Yuki dengan riang dan senyuman manis dari wajahnya. Sedetik setelah itu, ia pun langsung memeluk Naruto atau… kaki Naruto?

"Eh?" Naruto bingung apa yang dilakukan salah satu bocah ini. Dan juga apa katanya tadi? Tou-chan? Apa ia tak salah dengar? Namun, ia merasakan suatu perasaan lain saat dipeluk oleh Yuki.

"Oii, Yuki, cepat lepaskan! Dia tidak mungkin tahu. Sudahlah, jangan bertindak seperti anak kecil."

Mendengar kalimat itu dengan mulusnya keluar dari mulut Fuyu, sontak membuat Hinata juga Naruto sweatdrop bareng.

'Bukankah dia juga masih kecil?' inner Hinata dan Naruto bersamaan.

"Ne, Ojou-chan. Apa maksud Ojou-chan memanggil Nii-san dengan sebutan 'Tou-chan', hmm?" Tanya Naruto lembut setelah berlutut mencoba menyetarakan tingginya dengan Yuki tapi, tetap saja dia masih tinggi beberapa inci. Menatap bocah kecil dengan surai pirang keemasan sepinggang yang bagian bawahnya bercampur surai indigo, digerai dengan indahnya. Bola mata Blue Shappire yang besar. Juga wajah tembem miliknya di sertai tiga garis halus di masing-masing pipinya. Apa? Tiga garis halus? Seperti wajahnya saja.

"Eh? Ini kan me–"

"Ojou-chan? Hahahah….. kau memang pantas di panggil nona kecil, Yuki-chan. Hahaha…" tawa Fuyu memotong ucapan yang akan dikatakan oleh Yuki. Hinata, Naruto juga Yuki, sontak menatap Fuyu dengan tatapan heran.

Naruto pun sekarang dapat melihat dengan detail penampilan Fuyu. Ternyata mereka memang persis. Sangat mirip andaikan gender mereka sama. Dan selain gender yang membedakan si kembar Fuyuki, surai mereka juga bereda. Jika surai yang Yuki miliki kuning emas bercampur indigo di bagian ujung bawah rambutnya. Maka lain lagi dengan Fuyu, yang berwarna kuning emas namun bagian ujung bawah rambutnya berwarna merah. Warna itu mengingatkan Naruto akan surai merah kebanggaan milik Kushina, Kaa-sannya.

"Eh? Bukannya kamu juga masih kecil?" Tanya Hinata dengan lembut.

"Hey, tubuhku memang kecil, tapi sifatku tidak manja seperti dia." Ucapnya kasar sambil menunjuk Yuki. Sedangkan Yuki? Dia hanya memutar bola matanya bosan melihat sifat ke-tsunderean si kakak tercinta. Yup, dia tidak akan marah atau pun lainnya sebab, dia sudah terbiasa dengan perlakuan dari Fuyu yang entah di turunkan oleh siapa.

CTAK CTAK

Dua kedutan dengan manis bertengger di kepala sebuah kepala kuning. Bukan! Itu bukan kepala kuningnya si Yuki, melainkan kepala kuning milik Naruto. Dia Heran dengan sikap Fuyu. Apa bocah itu tidak diajari sikap sopan santun dari orang tuanya? Itulah salah satu pemikiran Naruto.

Andaikan kau tahu Naruto siapa kedua orang tua dari anak itu, mungkin kau akan menenggelamkan dirimu ke lautan dalam (?) oke, abaikan ini.

"Heh, dasar bocah kecil. Berani-beraninya kau mengatakan hal seperti itu kepada saudarimu?" Tanya Naruto dengan seringaian tipis.

"Heh, dan apakah dirimu sebegitu 'Baka-nya' dalam mengartikan kata Tou-chan yang diucapkan Yuki-chan?" Balas Fuyu dengan nada sinis juga seringaian yang tengah bertengger dengan manis di wajah imut miliknya itu.

Sedangkan, Sakura yang baru selesai dalam menenangkan Lefvi langsung berdiri dan menggandeng Lefvi menuju pasangan NaruHina juga si kembar Nayuki.

"Apa yang terjadi di sini, Hinata-chan?" Tanya Sakura dengan raut wajah bingung melihat adu mulut dan seringaian dari Naruto dan Fuyu. Sedangkan Hinata, yang sedari tadi hanya melihat dengan tatapan… takjub (?) langsung mengalihkan pandangannya ke suara Sakura berasal.

"Heheh… sebenarnya aku juga bingung, sakura-chan." Jawabnya dengan kekehan kecil saat melihat Naruto mulai naik pitam. Pandangannya pun teralihkan ke Lefvi yang sedari tadi diam dengan wajah datarnya yang tengah melihat pedebatan Naruto dan Fuyu.

'Ayah anak yang aneh.' Inner Lefvi melihat interaksi ayah-anak beda masa itu berdebat. Tidak beda jauh jika ada di masanya.

Hinata pun mengamati tubuh kecil yang digandeng Sakura itu dengan pandangan yang sulit di artikan. Surai hitam semi blue dark. Kulit putih bersih. Iris onyx yang jika menatap tajam pasti akan seperti Sasuke. Itulah hasil dari pengamatan penampilah Lefvi menurut Hinata.

Tanpa Hinata sadari, Sakura telah beranjak dari samping Lefvi dan ikut dalam perdebatan Naruto dan Fuyu yang saat ini sudah tidak imbang lagi. Soalnya, Naruto sudah mulai menghentakkan kakiknya, dan menurut Sakura itu pertanda buruk.

Lefvi yang menyadari tatapan dari Hinata pun langsung menatap Hinata balik dan melihat langsung iris amnesty milik Hinata yang menatapnya lembut disertai senyuman lembut yang menurutnya tidak pernah berubah. Lefvi pun menaikkan sedikir sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman tipis yang dapat dilihat oleh Hinata. Hinata hanya tertegun melihat betapa manisnya bocah dihadapannya jika sedang tersenyum lembut seperti itu.

"Sudahlah Naruto, dia masih anak-anak. Jangan pakai kekerasan! Malu pada umurmu." Bentak Sakura pada Naruto yang saat ini masih saja memberontak dari Sakura yang menahan di belakang tubuhnya.

"Lepaskan aku Sakura! Jangan halangi aku untuk menghajar anak kecil sok itu! berani-beraninya dia memanggilku 'Dobe'! Sudah cukup si ayam jadi-jadian itu yang mengejekku seperti itu." Geramnya masih memberontak. Jika kalian bertanya mengapa Naruto sulit melepaskan tubuhnya dari Sakura, jawabannya Sakura merupakan ketua dari club Dojo, Karate, dan Boxing di KHS. Alhasil, kekuatannya sanggup hanya untuk menahan tubuh Naruto seorang yang notabene-nya seorang Kapten ekskul Sepak Bola di KHS. Ingat! Hanya seorang!

BUAGH

"Jangan seenaknya kau mengejek Sasuke-kun seperti itu, BAKA AHO!" bentak Sakura setelah memberikan jitakan 'lembut' di kepala kuning Naruto.

"Nii-chan, sudahlah jangan mengejek Tou-chan terus, kan kasian Tou-chan. Bibi Sakura juga pasti sudah lelah menahan Tou-chan untuk tidak memukul, Nii-chan." Bujuk Yuki sambil menarik-narik tangan kiri Fuyu. Sakura yang mendengar namanya disebut, tiba-tiba saja menghentikan aksi menahan Naruto. Tapi, belum cukup bagi Naruto untuk bisa melepaskan diri.

'Kenapa dia tahu namaku? Dan kenapa aku di panggil bibi?' inner Sakura bingung. Sama saja seperti Sasuke.

"Ck… aku sebenarnya tidak rela di panggil oleh Saudarimu 'Tou-chan' karna aku bukan ayah kaliah. Aku juga belum menikah, tapi dia lebih baik dari padamu yang mengajak seseorang yang lebih tua untuk bertengkar.

"Eh? Mengajak? Bukankah Tou-chan sendiri yang terpancing?" sindir Fuyu dengan sinisnya.

CTAK CTAK CTAK

Tambahlah tiga kedutan yang menghiasi kepala kuning jabrik milik Naruto.

"Sudah kubilang jangan memanggilku Tou-chan!" amuknya dan berhasil terlepas dari Sakura. Baru saja dua langkah ia berjalan, Sasuke tengah berdiri dihadapannya dan membelakangin Si kembar Fuyuki. Revina pun langsung memukul kepala Fuyu akibat ketidaksopanannya pada Naruto dan dibalas dengan decihan milik Fuyu.

"Sudahlah, jangan bertengkar dengan paman Naruto lagi, Fuyu-chan." Ucap Revina dengan nada yang berbahaya namun diabaikan Nayu.

"Hey! Jangan memanggil namaku dengan '-chan'! Aku bukan anak gadis, maupun anak manja!" protesnya dengan keras dan dihadiahi satu jitakan dari Lefvi yang sedari tadi diam menonton acara LIVE di masa yang baru ia datangi.

"Ne Fuyu-nii, tidak baik bertengkar dengan orang yang lebih tua dari kita." Nasehat Yuki dengan telunjuk yang digoyang-goyangkan di depan wajahnya. Ouh… dirimu imut sekali Yuki-chan…

"Grrhhh…. Apa maksud kalian memanggilku TOU-CHAN!" Geram Naruto dengan tatapan tajam bak elang yang siap memangsa makanannya.

PUK

Sasuke menepuk pelan kepala Naruto yang lebih pendek 5 cm darinya. Dan ia pun mengelus pelan kepala pirang itu dengan lembut, bak menjinakkan seekor kucing atau… rubah?

Dan hasilnya…

…Naruto malah keasikan di elus. Tatapan yang tadinya tajam, kini telah berganti sayu. Seakan-akan minta di elus terus. Kyaaaa….. betapa imutnya dirimu Naru-chan~~ XD *plaakkk*

Tik

Tik

Tik

"KYAAA….. YAOIII!"

Teriakan yang membahana itu mengkagetkan semua yang sedang menikmati interaksi antara SasuNaru. Naruto yang dielus pun tersadar dan menyingkirkan tangan sang sahabat. Dan Sasuke yang mengelus pun tetap cuek bebek. Yare yare…

Apa ada yang penasaran pada suara teriakan itu?

Ouh, ternyata makhluk kecil di samping Fuyu-lah yang berteriak tadi. Yup, ialah Yuki. Dia yang berteriak saat melihat implisit adegan Yaoi di depannya. Waooww, ternyata bocah yang belum berumur 8 tahun ini telah mengetahui apa itu Yaoi? Berarti dia sejenis Author, khukhukhu…

"Urusanai, Yuki-chan!" kalimat itu akhirnya terucap dari bibir mungil Lefvi yang sedari tadi diam melihat interaksi antara keempat remaja di hadapannya dengan teman-temannya.

"Jangan menggila di sini, Yuki-chan. Kau memalukkan!" komentar pedas itu meluncur dari bibir Fuyu yang tengah bersidekap dada sambil memalingkan wajahnya menahan malu. Malu? Malu dari apa?

"Ya-Yaoi? Kau seorang fu-fu-fujoshi, Yuki-chan?" Tanya Sakura gagap dengan nada tak percaya. Yuki yang mendengar namanya dipanggil oleh Sakura hanya memberikan tatapan dari-mana-kau-tahu-bibi pada Sakura yang menunjuk Lefvi. Dalam artian tadi-lefvi-memanggilmu-begitu. Entah dari mana Yuki bisa mengerti arti gerakan tangan dan tatapan itu. Hanya Yuki dan Kami-sama lah yang tahu.

"Siapa yang tega memberitahukan hal itu pada anak sekecil ini?" ucap Hinata lirih yang entah memikirkan hal apa hingga kata-kata itu yang keluar.

Hinata dan Sakura pun bertatap-tatapan.

Tatap…

Tatap…

Ta–

"Hentikan Dorama gaje ini! Oh ayolah, apa kalian berempat tidak penasaran dengan keberadaan kami di sini dan dengan sesuka hati memanggil kalian paman, bibi, Tou-chan, maupun Kaa-chan?" Ujar Revina panjang lebar yang ternyata tidak tahan dengan keadaan sekitarnya yang mulai tid- ups, maksudnya makin tidak jelas. Iris obsidiannya pun terlihat sayu.

"Hn. Yang di katakan bocah itu benar. Lebih baik, sekarang kita cari tempat untuk membicarakan hal ini. Jujur, aku juga penasaran."

Terdengarnya kalimat itu seketika membuat Naruto, Sakura dan Hinata cengo. Mengapa tidak? Itu merupakan kalimat terpanjang yang Sasuke ucapkan hari ini. Sedangkan, Revina yang dipanggil bocah hanya merengut kesal. Sesekali mengumpat bentuk rambut model pantat ayam milik Sasuke.

"Yang dikatakan Sasuke-kun ada benarnya. Lagi pula, ini juga sudah sore." Imbuh Hinata sambil melihat keadaan langit yang mulai berwarna oranye.

"Eh? Bukankah kita juga harus bersiap-siap ke festival!" Seru Sakura panik dan terjadilah percakapan anatara keempat orang itu. dan tanpa mereka sadari, ternyata keheningan meliputi keem- maksudnya ketiga anak yang sedang memproses kata 'Sore'.

Tik

Tik

Tik

"EH? SUDAH SORE!" Teriak tiga bocah itu minus Yuki yang hanya terbong-bengong melihat Lefvi juga berteriak OOC seperti itu.

"Waa… Lefvi-nii OOC!" teriak Yuki girang dan di sambut dengan ke-sweatdrop-an tujuh kepala di sekitarnya.

"Paman Naruto, bibi Hinata, lebih baik sekarang kita kerumah paman atau bibi saja untuk membicarakan ini." ajak Revina dengan wajah yang agak… panik.

"Ya, kau benar Revi-chan. Tapi, kenapa tidak di rumah Tou-chan atau Kaa-chanku saja?" imbuh Lefvi dengan nada tidak mau kalah.

"Eh? Lebih baik jika di rumah paman Naruto atau bibi Hinata bukan?"

"Rumah Tou-chan atau Kaa-chanku saja."

"Tid–"

"Hentikan! Sudahlah Revi-chan, biarkan saja kita ke rumahnya bibi Sakura atau paman Sasuke. Kau tidak lupakan maksud kita datang ke masa lalu?" Ucap dan Tanya Fuyu yang sudah jengkel jika Levfi dan Revina bertengkar. Revina pun tersadar -akan apa yang ia lakukan tadi- dan langsung menundukkan kepalanya dalam.

"Go-gomen ne, Lefvi-kun. Baiklah, kita ke rumah Paman Sasuke atau bibi Sakura saja. Gomen ne, hon–"

"Hn. Anggap saja itu karna kepanikan kita." Dan Revina pun hanya mengagguk kecil.

"Ne, kalian tidak perlu khawatir, lagi pula menurut jam besar yang ada di pusat taman, sekarang masih jam 16.28." ucap Yuki menenangkan kedua sahabatnya dan Nii-channya yang tengah dilanda panik sesaat.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Kenapa tadi kalian panik begitu?"

"Jelaskan apa maksud kalimat bocah itu…" ucap Sasuke memberi jeda pada kalimatnya sembari menunjuk Fuyu. Sedangkan yang ditunjuk hanya memalingkan wajah.

"… dengan mengatakan 'Kau tidak lupakan maksud kita datang ke masa lalu?'."

"Umm.. si te- maksudnya, Sasuke benar. Bisa kalian jelaskan?"

Tanya keempat pemuda-pemudi itu dengan penasaran. Nampaknya mereka juga baru tersadar. Ya… Itu juga di karenakan banyaknya perdebatan tak penting yang mereka lakukan. Dan keempat bocah yang ditanya hanya saling bertatap-tatapan bahkan tatapan yang Lefvi berikan tidak sedatar tadi. Setelah puas bertatap-tatapan dan menghasilkan keputusan, -yang entah kapan mereka diskusikan- mereka mengangguk mantap.

"Apa kalian tidak paham dengan kalimat yang kuucapkan, heh?"

"Bukankah kalian sudah SMA?"

Sindir Fuyu dan Lefvi dengan seriangaian yang terlihat jelas. Yuki dan Revina hanya tersenyum lembut pada keempat remaja itu.

Keempat remaja itu terdiam. Memikirkan segala kemungkinan dari maksud kalimat itu. Sebenarnya mereka sudah bisa menebak satu jawaban yang paling tepat, namun mereka enyahkan karena tidak mungkin itu bisa terjadi. Dan setelah dipikirkan lagi, hanya itu jawaban yang pasti. Mereka pun membelalakkan matanya. Fuyu dan Lefvi yang melihat hal itu melebarkan seringaiannya.

'Jangan katakan kalau mereka dari…

"Ya, kami dari masa depan."

… masa depan'

Tebakan yang sedikit terlambat dari pemikiran mereka dengan ucapan Nayu. Dan itu benar-benar sangat mengejetkan mereka. Bahkan, Sasuke yang memang sudah merasa ganjil sedari tadi tetap saja membelalakkan matanya.

"Tepatnya…

… 21 tahun dari sekarang."

.

.

.

Tsuzuku

.

Huwaaaaa….. chapter satu sudah selesai dengan word 4000 lebih… Lumayanlah, tapi tidak masalah… hehehe…

Fuyu : Cih, apa-apaan itu. fic apaan ini?

Yuki : Nii-chan, jangan gitu, kan Nayu-san sudah membuatkan karakter kita di dalam fic ini.

Tuh.. bener tuh yang di katakan Yuki-chan…

Lefvi : hum… aku kok kayaknya aneh ya? Kan aku tidak sedatar itu. -_-'

Kau kan memang aneh lefvi

Revina : ehhh…? Apa-apaan sifatku di fic gaje ini? kenapa aku bisa mengeluarkan death glare? Author sableng…

Huwaaa…. Ini kan hanya fic Revi-chan… gomen neee….

Lefvi : lumayan…

Eh? Lumayan bagus?

Lefvi : Lumayan aneh…

T_T huweee… kenapa karakter OC ku nda ada yang pengertian…

Yuki : Eh? Yuki kan perhatian Nayu-san.. (mata berkaca-kaca menahan nangis)

Fuyu : cih dasar cengeng. Author strees, sampai kau bikin nangis adikku, akan ku cincang kau. (Sister Complex mode : On)

Naruto : sudahlah anak-anak… jangan begitu.

Sasuke : aku di buat OOC, dengan meladeni bocah aneh itu kelai.

Fuyu : Apa kau bilang? (Teriak)

Hinata : Fuyu-kun, tenanglah! Sini sama Kaa-san. (manggil Fuyu)

Lefvi : (melihat Fuyu di pangku Hinata dan menoleh ke Sakura) Kaaa-saaaannnn~~~…! (Teriak gaje sambil nangis Bombay)

Yare yare, sepertinya gak bakal selesai kalau seperti ini.. -_-a

Baiklah, jangan lupa Review minna… ^_^v