―Di legenda mengisahkan seorang putri cantik jelita yang tertidur selama 100 tahun, yang akan membukakan kedua mata jika ia mendapat kecupan di bibir dari pangeran berkuda putih,―
―Tapi aku tidak tahu apa kisah tersebut akan benar berakhir demikian.―
Sleeping Beauty
Cardfight! Vanguard belong to © Bushiroad & Itou Akira
This fiction belong to © Kuroko Milkshake Milkyland / Hyucchi
Multichapter. Fourshoots.
Rate: T
Genre(s): Romance―Fluff, Parody, Humor, etcs.
WARNING(!):
Possitive!AU, Shounen-Ai, Parody, Failed Humor, Ultimate OOC, (beberapa) bahasa/kata nggak baku, etcs.
Don't Like Don't Read
Enjoy Reading~
.
.
Alkisah zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang begitu besar, indah, dan dilimpahi kemakmuran. Diantara kerajaan-kerajaan lainnya, mereka dikenal sebagai kerajaan yang memiliki nama baik dan mempunyai kekuasahan yang kuat. Sebut saja Kerajaan Royal Paladin. Sang raja yang dikenal baik, selalu kerja bakti, sering bergotong royong, rajin menabung, dan imut tersebut, mengumumkan sesuatu yang mengejutkan pagi ini.
"Hei, hei! Kamu sudah membaca koran harian hari ini!?"
Ampun, deh. Pagi-pagi, lagi cuci baju di pinggir kali, sudah gosip duluan.
"Sudah!" seorang dari ibu-ibu yang menyuci baju di pinggir sungai menyahut. Memang di cerita jadul mana pun, ibu-ibu itu selalu menyuci pakaiannya di sungai―atau bahasa lainnya, kali? Nggak tahu pencemaran, nggak peduli sama globalisasi. Mana pakai sabun cuci merk mahal pula.
"Berita Paman Gros ketabrak truk pengangkut ayam ternak, 'kan?" dan serempak ibu-ibu lainnya yang sedang meremas baju basah penuh perasaan langsung melempar―entah baju, celana, syal, kutang, bra, sampai sempak pun―pakaian basah di tangan mereka ke arah kepala ibu muda tadi.
PLAK.
"Kampret! Aku nggak ulang tahun hari ini kenapa dilemparin sempak, Heh!?" tentu saja ibu yang termuda itu tidak terima. Jeng desa yang masih ayu kok langsung nyium kutang om-om lain?
"Siapa juga yang bilang kamu ulang tahun, Neng!?" sahut salah satu dari ibu-ibu lainnya yang tadi ikut―tanpa rasa berdosa―melempari pakaian kotor ke arah ibu muda yang―memang―bodoh tadi.
"Makanya nyuci jangan pakai sabun merk oblong! Jadi bodoh 'kan kamu! Nih, pakai Ronsi! Murah, ekonomis, bikin baju bolong, dapat piring cantik pula!" dan kemudian terjadilah adegan 'pelemparan kutang dan sempak ke kepala ibu-ibu' season ke-dua.
Oke, cerita melenceng.
Di pagi yang cerah ini, seisi kota Royal Paladin dihebohkan dengan berita yang terpampang jelas di bagian headline koran harian Royal Paladin. Sebelumnya abaikan berita 'Mabok, Seorang Polisi Tertabrak Truk Pengangkut Ayam Ternak!' ataupun 'Sedih Ditinggal Teman Pulang Sekolah, Seorang Gadis Menatap Jalan!' yang nyempil di bagian bawah halaman pertama. Entah siapa yang tidak beres, yang buat berita, objek berita, atau yang baca.
'Raja dan Ratu Memiliki Bayi Manis, Seisi Kota Diundang ke Pesta!'
Nah, yang ini baru benar.
Dan seisi kota dihebohkan dengan berita yang menggembirakan ini. Raja dan ratu negeri ini sudah menikah setahun yang lalu, dan sekarang mereka dikaruniai seorang putra mungil. Yang menurut kata mulut ke mulut, bayi bermata biru itu manis sekali. Tentu saja kebahagiaan yang melingkupi seisi kerajaan juga menjadi kebahagiaan bagi rakyatnya.
Kan lumayan, diundang dan dijamu di istana kerajaan yang mewah. Kapan lagi? Bisa makan daging kerang ajaib, pasti maknyus sekali. Daripada setiap hari makan paha ayam goreng terus.
Sebenarnya mereka―para orang-orang desa―bermimpi terlalu jauh. Mereka memang akan dijamuh oleh pihak kerajaan, tapi tidak sampai masuk ke dalam bangunan istana megah mereka. Karena hanya tamu-tamu istimewa yang dijamuh di dalam istana bersama raja dan ratunya, beserta putra mungil mereka―tentu saja.
Misalkan saja kerabat atau saudara jauh raja dan ratu, atau teman sesama bangsawan, juga pemimpin kerajaan lain. Begitu.
Tak lupa sang raja dan ratu yang sudah berteman baik dengan ketiga peri legendaris pun mengundang makhluk ajaib tersebut untuk ikut perjamuan. Tiga peri legendaris yang bisa memberi segala yang baik pada putra pertama mereka. Itulah tujuan utama dari diadakannya perjamuan tersebut. Dasar, raja dan ratu maunya untung saja.
―milkyland―
Tak henti-hentinya sang ratu dari Kerajaan Royal Paladin menatap putra kecil mereka yang tengah mendengkur manis di ranjang tidurnya. Sesekali wanita bersurai merah marun itu tersenyum manis dan memainkan jari lentik di pinggir ranjang bayinya. Bayi laki-lakinya tengah bermimpi indah di hari kesepuluhnya di dunia.
"Yuri, kau tidak mau beristirahat dulu?" Raja Royal Paladin, Kenji, baru menyadari aktifitas istrinya setelah satu jam melamun. Ampun, deh, masih muda sudah melamun panjang seperti orang mati. Yuri menatap sekilas ke arah suami tercintanya, sebelum kemudian kembalih beralih pada putranya―lagi.
"Nggak, aku masih mau menemani Aichi-ku~," seru wanita muda itu penuh dengan suka cita. Di wajah cantiknya tergambar ekspresi gembira yang begitu lembut. Pemuda lain di ruangan itu menatap adegan ibu dan anak di depannya. Sebelum kemudian ia menghela nafas berat.
"Kamu jahat," rajuknya.
"Hah?" kini giliran sang ratu menautkan alisnya dengan ekspresi bingung. Ia kembali menatap sang suami, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati ekspresi yang tidak mengenakan dari sang raja.
"Ya, ampun, Koutei! Kenapa wajahmu seperti om-om kelindas truk begitu!?" histeris Yuri seraya menggeleng-gelengkan kepala. Tapi mengingat ada bayinya yang tertidur tepat di samping, ia buru-buru membekap mulutnya. Kebiasaan, kalau ada sesuatu yang negatif, teriak dramatis duluan.
Ketahuan sering nonton sinetron 'Bapak-Bapak Nyari Bubur', nih.
Oh, jadi wajah suaminya termasuk dalam daftar sesuatu yang negatif.
Kenji hanya cemberut, seperti anak kecil yang ngambek karena tidak diberi lolipop. Walaupun sang istri tercinta sudah memanggilnya dengan nama khusus, yaitu Koutei. Tetap saja tidak merubah mood-nya yang terlanjur gelap segelap rambut di iklan shampoo. Ditambah wajahnya disamakan dengan om kelindas truk.
"Kau lebih menyayangi Aichi daripada aku, kau jahat sekali padaku, Yuri." Semula gadis bertahta ratu itu manggut-manggut mengerti, tahu apa penyebab sang suami tiba-tiba marah padanya. Tapi sesaat kemudian, ia langsung menggelengkan kepalanya.
"Kau iri pada putra kecilmu sendiri?"
"..."
"Bukannya katamu kau sayang pada Aichi, hm?" dengan terpaksa, gadis bersurai sepanjang punggung tersebut bangkit berdiri dari tempatnya semula―kursi di samping ranjang bayi―, memperbaiki posisi selendang berwarna emas yang selalu dipakainya untuk menutupi bahu hingga ke bawah, kemudian mendekati Kenji.
"Koutei~," tangan kanan wanita itu terulur mendekati ke arah kepala Kenji. Walau wajah sang raja menyorot bahwa ia masih ngambek, tapi pemuda bermanik emas itu sedikit berharap. Mungkinkan Yuri akan melakukan sesuatu untuk menghiburnya? Dan apa pula disaat ia berharap begini, gerakan tangan itu menjadi slow motion mendadak. Terkutuklah dewa slow motion!
CTAK.
"AAAAAARGGHHH!" dan teriakan yang memecahkan telinga itu langsung menggemah di seluruh penjuru istana. Seisi istana gempar, kaca-kaca ruangan di seluruh istana pecah, burung-burung yang mejeng di atap istana langsung berterbangan mencari perlindungan, pipa air bochor-bochor, air bermuncratan ke mana-mana.
Dan hebatnya, sang putra mahkota yang tertidur tepat di ruangan yang sama dengan raja, masih tertidur dengan khidmatnya. Masa bodo' dengan telinga ayahnya yang terancam hilang karena disentil oleh ibunya.
―milkyland―
Namun, di mana ada kebahagiaan, pasti ada satu dua orang yang tidak senang akan kebahagiaan tersebut. Seseorang yang menjadi antagonis di balik cerita dan berusaha untuk menghancurkan kebahagiaan mereka.
Jauh dari Kerajaan Royal Paladin, terdapat sebuah wilayah terlarang yang sudah menjadi tabuh bagi seluruh penjuru dunia. Wilayah yang tidak pernah disinari mentari pagi, selalu diselimuti kegelapan, gersang dan tandus. Wilayah terkutuk yang tidak seorang pun berani berpijak di sana walau hanya semenit.
Tahu kenapa manusia biasa tidak mau berpijak di sana? Karena pemimpin wilayah tersebut yang kelewatan serakah. Perawakannya seperti tukang penagih hutang. Katanya sekali injak harus bayar koin 500 dulu per menit. Ampun, deh, pajak sih pajak. Tapi nggak begitu juga kali.
Istananya yang berwarna hitam diselimuti aura keunguan yang menyeramkan terletak di ujung sana. Di mana terdapat pusaran berwarna hitam di langit-langit istana, entah apa itu. Sesekali petir dan kilat menyambar dari sana. Dan hebatnya burung gagak yang mejeng di atap tetap berjuang untuk tetap berada di sana sekalipun badai datang. Mungkin mereka sudah dilatih secara intensif oleh si penagih hutang―eh, maksudnya Supratno (nama disamarkan), sang pemilik wilayah hitam tersebut.
"Apa-apaan Raja Keji dan Ratu Duri itu!? Dasar Keparat Biadap! Nelpon di Telepon Umum Ngutang! Makan di Warteg Pesan Pakai Teknologi Touchscreen! Kenapaa!?" Supratno membanting segala praboran di ruang tengah kerajaannya. Para bawahan yang tengah duduk manis mendengarkan celotehan―curhatan―sang majikan pun dibuat pusing karena harus menangkap perabotan yang dilempar tuannya.
Prang.
Gedubrak.
"A-Anu, tuan―"
"Jangan panggil aku tuan-tuan, Dasar Empang! Panggil Aku Baginda Ratu Profesor Insinyur Kabinet Cantik Terhormat Manis Ayu Rekka! Akulah ratu atas segala kegelapaaan!" teriakan itu menggelegar seiring dengan petir keras yang menyambar dari jendela besar ruangan sepi tersebut. Ruangan tempatnya berada tidak berbeda jauh kondisinya dengan luar istana. Hitam dan gelap.
Alasan agar istananya terlihat lebih angker hanyalah modus karena ia ingin menghemat biaya listrik.
Oke, abaikan yang tadi.
"Um, ba-baiklah. Baginda Ratu Profesor Kabinet ... terus apa lagi, ya?" sang bawahan kebingungan. Ia tidak pernah menghafal nama panggilan atasannya yang kelewatan panjang itu. Ia sampai menggunakan jari-jari tangannya untuk menghitung sudah berapa jumlah nama jabatan tuannya, seperti anak TK menghitung.
"Baginda Ratu Profesor Kabinet Cantik Maksa Operasi Plastik―"
"APA KATAMU!?" Supratno―eh, lupa. Namanya 'kan sudah tersortir tadi. Jadi maksudnya Rekka langsung berkilat marah ke arah bawahan lain yang berniat membantu teman seprofesinya untuk mengeja nama tuannya. "MUKA SECANTIK JULIA NGERES INI KAU KATA OPERASI PLASTIK!? MUKA SE-ADORABLE DAN SE-BEAUTY INI, KAU KATAI OPERASI PLASTIK!?"
GLEGAR.
Petir menyambar keras, bunyinya menggelegar sampai terdenger ke seisi penjuru istana hitam tersebut. Dan tak lama kemudian terlihat bayangan sesuatu yang jatuh dari luar jendela sana. Seisi istana menoleh.
"LIHAT! ADA SATU BURUNG GAGAK YANG KESAMBAR PETIR!"
"MAMPUS! ASYIK, MALAM INI KITA MAKAN GAGAK! AKU BOSAN MAKAN MI INSTAN KADALUARSA!"
"HIDUUUUP!"
"DIAM KALIAN SEMUA! DASAR MULUT EMBER!" seisi istana langsung hening begitu mendengar teriakan penuh amarah dari tuan mereka. Sang penyihir atas kegelapan, mimpi buruk semua orang, Rekka, yang sedari tadi wajahnya menampakan ekspresi marah, kini kembali berubah menjadi (sok) kalem.
Tak lupa ia (sok) mengibas jubah hitam yang didapatnya dari 'discon 200% all item' tahun kemarin. Sesekali mata cantiknya menatap ke arah langit di luar sana yang tidak pernah berubah sejak ratusan tahun lalu. Tetap mendung dan gelap.
"Tuan, yang benar bukan Rata Keji dan Ratu Duri. Tapi Raja Kenji dan Ratu Yuri," bawahannya pun meralat―pada akhirnya―setelah berteriak-teriak seperti orang kesambet kuda dari tadi. Rekka langsung melotot tajam ke arahnya. Dia sama sekali bukan anak SD yang ngomong saja masih ngalor ngidul! Sama sekali tidak! Abaikan tingginya yang bahkan tidak lulus untuk naik Jet Coaster di taman ria.
"Hah, penting sekali menyebut nama orang-orang busuk itu! Yang bahkan tidak mengundang aku ke pesta makan atas kelahiran anak mereka! Sungguh biadap! Dasar Tengik! Menyebalkaaaaan!" kaki kiri Rekka kemudian dihentak-hentakan ke ubin berwarna hitam―lebih tepatnya berwarna putih, hanya saja saking lamanya tidak dibersihkan, warnanya berubah menjadi 180 derajat begitu―.
"Kalau begitu, Anda harus beraksi!"
"Hah?" gadis berambut gelombang tujuh meter menautkan alisnya. Ia berdecak sebal ke arah salah satu bawahannya yang berwajah mirip lele. Kumisnya sepuluh meter, pipih bergelombang dahsyat.
"Apa maksudmu dengan beraksi, huh?" tanya Rekka dengan nada tinggi. Disertai gelegar dari luar sana yang terus sahut-menyahut.
"Ya, misalkan saja Anda mengacaukan pesta jamuan tersebut. Anda harus menunjukan eksistensi Anda sebagai penyihir hitam! Jangan diam saja seperti orang tolol ketika tidak diundang ke pesta besar tersebut!" bawahan berkumis dahsyat itu langsung berseru dengan nada semangat. Terlihat ekspresi licik terpampang di wajahnya. Dan sepertinya ucapan tersebut disambut positif oleh tuannya.
"Hm, hm ... mengacaukan, ya? Boleh juga―eh, tunggu! Siapa yang kau bilang 'seperti orang tolol', Hah!? Dasar Bawahan Kurang Ajar! Kumis pakai tali sepatu saja belagu!"
"GYAAAA! AMPUN, RATUU!" sang bawahan hanya mampu kelepek-kepelek seperti lele hidup yang ditarik dari habitatnya secara paksa tatkala Rekka menarik kumis super panjangnya tersebut. Bawahan lainnya yang menonton adegan aneh tersebut hanya mampu sweatdrop. Mereka saling bertatapan sejenak, lalu salah satu diantaranya mengangkat tangan.
"Anu, Ratu ... sebaiknya kita segera membahas rencana untuk mengacaukan pesta mereka. Kumisnya Sutro nggak ada guna, lebih baik Anda tidak menodahi tangan Anda," ujarnya dengan jujur. Entah niatnya ingin menyelamatkan bawahan berkumis volume mascara tadi atau menghinanya.
Rekka refleks melempar kumis Sutro―bersama orangnya―keluar jendela secara paksa dan tragis.
PRANG.
"GYAAAA! TERKUTUKLAH KAU, BEJOOO! AKU SUMPAHIN KAMU MAKAN BUBUR PAKAI SUMPIT!" itulah kata-kata terakhir dari Sutro, sebelum sosoknya melayang jauh dari lubang kaca jendela tempatnya kecelakaan tadi. Rekka langsung mengambil Ronsi―merek sabun cuci baju. Ekonomis, bikin baju bolong, dapat piring cantik―cair, menuangkannya sedikit di telapak tangan, lalu menggerakan seribu tangan untuk menghilangkan bekas noda di tangannya.
"Kucek, kucek, kucek, kucek, kucek!" para bawahannya langsung memberi semangat ratu mereka. Beberapa langsung membawa spanduk bertulis 'Gerakan Seribu Tangan untuk Menghilangkan Kehinaan Kumis Sutro!', menyalakan stik kelap-kelip seperti mau nonton konser Burket48, dan menghentak-hentakan kaki mereka seperti suporter pertandingan basket.
Oke, abaikan ratu bodoh dan bawahan-bawahannya yang hina tersebut. Yang jelas, setelah tangannya benar-benar bersih―dalam berbagai artian―, ia akan merencanakan sesuatu yang tidak mengenakan untuk Kerajaan Royal Paladin. Dendam sudah mendarah daging, nasi sudah menjadi bubur. Semua ini karena keteledoran Kenji―Raja Royal Paladin―saat menulis undangan, is justru melupakan satu orang saking pikunnya.
Dan kesalahan sepelehnya itu justru yang akan membahayakan sang putra tercintanya, Sendou Aichi.
―milkyland―
Hari bahagia yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Sebulan setelah berita dan undangan beredar adalah hari di mana momen-momen bahagia itu akan dilaksanakan. Pesta kelahiran putra pertama mereka segera diselenggarakan pagi ini. Dan semua warga kerajaan itu dengan semangat berbondong-bondong ke istana.
Mereka datang dengan pakaian terbaik mereka, juga tak lupa membawa bingkisan di masing-masing tangan. Berbeda dengan masyarakat kerajaan lain jika datang ke pesta, warga Royal Paladin memiliki keunikan tersendiri. Yaitu berlomba-lomba siapa yang membawa bingkisan paling besar dan mencolok.
Menurut mereka, bingkisan besar berarti hoki. Dan mencolok berarti hadiah dari mereka adalah yang terhebat. Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan baca kamus sejarah wikikerta. Jadi yang menjadi permasalahan saat mereka akan berangkat menuju istana adalah saat membawa hadiah tersebut.
Duh. Padahal hadiah seiprit, tapi bingkisannya. Bikin siapa pun yang melihatnya akan berseru 'Homina, Homina, Homina!' atau bersujud di hadapan kado tersebut. Perlu diulang? Bersujud pada kadonya, bukan orangnya.
Kasihan, ya.
Ada yang bentuknya trapesium, segi lima, limas, prisma, sehingga orang di luar negara yang melihatnya mengira yang memberi kado tersebut adalah ahli matematika. Padahal hitung dua kali enam saja masih pakai kalkulator.
Bungkus kadonya pun beragam. Dimulai dari yang paling simpel, yaitu kotak-kotak. Disusul batik dari yang ringan sampai yang elit. Dan yang terparah adalah ketika sepuluh lukisan abstrak digado-gado menjadi kertas kado untuk membungkus hadiah. Plus dililit-lilit lampu bohlam kelap-kelip biar tambah mencolok―lebih tepatnya norak.
Sementara undangan yang ditujukan untuk tamu-tamu berkelas sepertinya tidak ada masalah. Mereka datang dengan kereta berkuda elit seperti yang sering ditonton di film-film. Ada yang saking tidak biasanya, ia mengganti kuda dengan keledai. Katanya agar lebih lambat sampainya dan anggun. Nah, ketahuan siapa yang sering ngaret ke undangan. Sampai tahap ekstrim adalah datang dengan mobil Sport atau Jet Sky. Orang kaya memang selalu lain dari biasanya―dalam artian lain―.
―milkyland―
"... sekali lagi terima kasih kepada tamu-tamu yang telah hadir. Kalian bisa menikmati jamuan terbaik kami sembari menunggu ketiga peri legendaris datang." Titah sang Raja pun diikuti seisi tamu-tamu istimewa yang mengisi sepanjang meja makan. Mereka mulai berbincang-bincang satu sama lain, dan ada juga yang langsung memulai makan dengan suka cita.
Sekali lagi ditekankan. Yang masuk ke dalam istana Royal Paladin dan mengisi sepanjang meja makan ini hanya tamu-tamu dari kalangan atas. Lalu, warganya bagaimana, dong?
Soal itu, tenang saja. Kenji sudah menyiapkan panggung dangdut di luar istana seheboh-hebohnya. Dilengkapi dua puluh soundsystem, lima helikopter yang nggak tahu ngapain muter-muter di sekitar panggung, dan beberapa lekong untuk manggup menghibur rakyatnya. Entah lekong itu berhasil membuat penonton terhibur atau diseret ke luar panggung lalu dikeroyok rame-rame.
Sang raja bersurai emas pun sudah menyiapkan makanan ala prasmanan yang dilengkapi dengan menu favorit rakyat-rakyatnya. Yaitu menu kerang ajaib. Nah, mereka pasti sudah berpesta seheboh-hebohnya di luar sana.
Dan untungnya letak ruang pesta tempat Kenji menjamu semua tamu istimewanya jauh dari bagian pintu depan istana. Kalau enggak, apa kata mereka tentang suara tidak senonoh dari rakyatnya yang masih wong ndeso dan bertransformasi menjadi kuda liar ketika disuguhi pesta dangdut heboh?
Sementara Kenji duduk di meja makan dan mengobrol formal bersama tamu-tamunya, Yuri justru duduk di kursi ratu seraya menemani putra kecilnya yang masih tertidur di ranjang bayi. Entah kenapa ia terlalu lengket dengan anak pertamanya itu, sampai-sampai pisah sedikit saja nggak mau.
Namun di dalam hatinya, ia masih merutuki keterlambatan ketiga peri legendaris yang justru menjadi tamu utama di perjamuan ini. Jarang ada yang bisa menghubungi atau berkomunikasi―terlebih mendapat berkat―dari ketiga peri yang disebut-sebut bisa membelah langit itu.
Dan mereka yang mendapat kesempatan untuk memberkati putra manis mereka dengan doa ketiga peri itu tentu saja sangat senang. Setelah menghubungi orang pintar dari universitas―eh, salah naskah. Maksudnya setelah menghubungi paranormal yang sudah mandi kembang tujuh rupa, meditasi di kolam buaya, akhirnya paranormal tersebut bisa berkomunikasi dengan ketiga peri itu untuk datang.
Heran, menghubungi peri pakai paranormal. Keren sedikit, kek, misalnya pakai tablet begitu?
Dan mereka sebenarnya ingin memanggil peri atau setan?
'Kemana mereka, sih? Lama sekali. Atau jangan-jangan kami dibohongi paranormal itu? Jangan-jangan ketiga peri itu tidak datang? Jangan-jangan putra kami tidak akan mendapat berkat dari mereka? Jangan-jangan paranormal itu salah sambung? Jangan-jangan―' ampun, deh, Yuri. Kebanyakan nonton sinetron, sih. Makanya terjangkit virus 'jangan-jangan', deh.
Cling.
"Arrgh! Cahaya apa itu? Silau sekali! Arrgh, mataku terbakaar!"
Abaikan yang di atas. Salah dialog.
"Ukh, cahaya apa itu?" pertanyaan dari salah seorang kolega Kenji pun mengundang perhatian puluhan tamu lain yang sejak tadi menikmati hidangan mereka. Sebuah cahaya yang tak wajar di atas langit ruangan menyita perhatian mereka. Dan cahaya tersebut kian membesar. Mereka pun menduga-duga apa yang akan terjadi berikutnya. Kemudian baru teringat bahwa―
"Jangan-jangan itu ketiga peri legendaris yang dibicarakan itu?"
"Benarkah? Wah, aku sudah tidak sabar melihat mereka!"
'Hiuh, akhirnya mereka datang juga ...' Yuri menyekah keringat kecil di dahinya seraya menghembuskan nafas lega. Cahaya tadi mulai mengambil wujud, sosok yang sudah ditunggu-tunggu Yuri―beserta Kenji dan seisi ruangan―. Dan kedua mata Yuri langsung berbinar tatkala wujud tadi berubah menjadi tiga bayangan bersayap peri.
Satu hal yang menyita perhatian sang ratu. 'Sama-sama peri legendaris, tapi tinggi mereka berbeda cukup jauh, ya? Dari yang ideal seperti suamiku, yang imut seperti aku, lalu terakhir yang cebol?' dengan pedenya sang ratu yang sudah berkepala dua mengatai dirinya imut. Dan tega sekali mengecap yang terakhir cebol.
Syuut.
Ketiga sosok tadi sukses berubah wujud dari cahaya menjadi peri. Sayap yang menghiasi punggung mereka pun sesekali terkepak, menandakan jika sepasang benda ajaib itu benar-benar hidup. Mereka membungkuk sopan ke arah Kenji, sang kepala kerajaan.
"Maafkan atas keterlambatan kami, Yang Mulia Raja. Kami adalah ketiga peri legendaris yang―um, seminggu kemarin diganggu oleh seorang paranormal yang meminta kami untuk datang kemari," ucap yang tertinggi―serta tertua―dari ketiga sosok berjubah unik tersebut.
"Kami merasa sangat terhormat diundang ke acara perjamuan untuk merayakan kelahiran putra Anda," disusul peri yang posisinya berada di tengah-tengah kedua peri lainnya.
Kenji langsung bangkit berdiri dan menatap Yuri yang tersenyum senang ke arahnya. "Terima kasih atas kedatangan kalian. Dan maafkan gangguan paranormal waktu itu, karena kami tidak punya cara lain untuk bisa menghubungi kalian bertiga. Tidak perlu seformal itu, kalian boleh melihat putra kami sebelum melakukan pemberkatan."
Ucapan tersebut membuat kepala peri yang terpendek dari mereka bertiga langsung terangkat. Ia terbang dengan bersemangat ke arah ranjang bayi tempat di mana Sendou Aichi tertidur. Ia mengulas sebuah senyum senang pada sosok malaikat mungil tersebut.
"Manis sekali putra Anda, Yang Mulia Ratu. Dia sungguh permata yang indah bagi negeri ini, ya, bukan?" sosok berambut rata itu menatap Yuri dengan senang. Sang ratu mengangguk lembut, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Ngomong-ngomong, kalian belum memperkenalkan diri," ujar ratu bersurai merah marun itu, tatkala baru teringat jika ia belum tahu nama-nama dari mereka bertiga. Peri yang termuda pun ikut mengerjap matanya.
"Ah, ya. Maaf, kami lupa memperkenalkan diri," katanya seraya terbang berputar di sekitar ranjang bayi, sepertinya senang dengan sosok imut itu, "namaku Takuto. Peri nomor dua dari ketiga peri legendaris~,"
'Oh, yang nomor dua. Kukira dia yang ketiga, habisnya cebol, sih ...' Yuri masih saja mengungkit-ngungkit masalah tinggi badan peri bersurai putih itu.
"Oi~ Ayo perkenalkan diri kalian pada Yang Mulia Ratu!" Takuto berseru kepada dua peri lain yang masih melihat-lihat sekitar. Menghiraukan tatapan kagum para tamu, keduanya pun langsung terbang mendekati Takuto dan Yuri.
"Aku Daigo, peri nomor satu dari tiga peri legendaris~! Sekaligus peri tertampan, terkharismatik, dan terindah di seluruh dunia peri!" peri bersurai coklat indah itu memperkenalkan diri dengan pedenya. Ia memberi kedipan ke arah sang ratu entah untuk arti apa.
'Tampan, sih. Tapi masih lebih tampan suamiku,' begitu batin sang ratu yang―hampir―tergoda kedipan beracun(?) dari peri yang tertinggi. Kemudian maniknya beralih pada peri terakhir yang tadi dikata mirip-mirip sama sang ratu imut. Tapi begitu memandangnya sekilas, Yuri berjinggit kaget.
"Aku Leon, peri nomor tiga dari peri legendaris. Mohon bantuannya," figur bermata violet lembut itu membungkuk sopan ke arah Yuri. Sang ratu terus memandang sosok itu dari atas ke bawah. Matanya berbinar entah terkagum-kagum atau iri.
'Si-Siapa dia? Laki-laki? Tapi dia cantik sekali! Ya―nomor dua dari aku, deh! Ya, nomor dua!' tanpa sadar sang ratu menggigit kuku kakinya sendiri membuat ketiga peri di depannya sweatdrop. Tak lama kemudian, peri yang tertinggi merangkul pundak Leon dengan wajah pede-nya, yang entah kenapa membuat Takuto eneg di tempat.
"Dia calon pasangan hidupku di masa depan, Yang Mulia Ratu!" Daigo berseru riang seraya mempererat rangkulannya pada figur berjambul kembar tiga di sampingnya. Leon tampak sesak dengan rangkulan―atau jeratan?―dari Daigo dan berusaha untuk melepaskan diri.
"Dai―kau tidak sopan di hadapan Yang Mulia Ratu! Lepaskan aku!"
"Benar, kau tidak boleh serakah, Daigo. Kau harus berbagi padaku juga," Takuto yang tiba-tiba menyelah langsung membuat Leon memasang wajah what the fuck. Bukannya membantu Leon untuk melepaskan diri dari rekannya yang mungkin sakit jiwa, eh Takuto pakai acara ikutan. Dan peri bertatapan tajam itu langsung terperanjat kaget saat munculnya efek bling-bling yang menyeruak di sekitar mereka.
'Apaan ini? Setelah kemesuman Daigo kumat, abnormal Takuto kumat, lalu apa lagi―what the fuck, apa-apaan yang Mulia Ratu!?' peri bersurai pirang tak mampu berkata-kata lagi. Efek sinar dan kilauan perusak mata tadi ternyata berasal dari Yuri. Ratu bersurai merah marun itu menatap Leon yang dipeluk―atau direbut?―dua peri lainnya dengan tatapan menjijikan.
'Jangan ... Demi burung onta bisa melayang, demi burket bisa jadi parfum, jangan bilang kalau ...―'
"Kalian, kalian punya hubungan asmara antara laki-laki!? Astaga, i-ini tidak bisa kupercaya! Ini sungguh unforgettable! Walau kecantikanmu masih kalah denganku, aku terima ini!" Yuri menjabat tangan Leon dengan ekspresi bangga(?). Peri terbungsu dari tiga peri legendaris itu langsung facepalm dengan sebelah tangannya.
'―yang Mulia Ratu pecinta BL!?'
'Demi buaya meditasi, kenapa istriku pecinta serial BL!?' Kenji yang masih duduk di meja makan bersama tamu-tamunya pun mendengar percakapan istri dan ketiga perinya. Ia hanya mampu headbang dengan ekspresi tragis.
"Lepaskan Leon, kau rambut sapu!"
"Tidak bisa! Harusnya kau yang melepaskan Leon, Dasar Mesum!"
"Daigo, Takuto, ini di depan ratu―"
"A-Anu, bisa kita mulai saja acara pemberkatan doa-nya?" akhirnya Kenji menyelah. Daripada membiarkan tiga peri legendaris yang ternyata pecinta sesama laki-laki terus berdebat. Atau membiarkan istrinya berubah menjadi fangirling norak karena pemandangan tidak senonoh tersebut. Kasihan juga Aichi, putra kecil mereka, yang sedari tadi diabaikan.
Yak, ini baru permulaan saja. Kisah sesungguhnya Sendou Aichi, sang putra mahkota Kerajaan Royal Paladin baru akan dimulai setelah yang satu ini. Kira-kira doa pemberkatan apa yang akan diberikan ketiga artis BL―eh, maksudnya ketiga peri legendaris yang diundang kedua orangtuanya? Lalu apa yang akan dilakukan sang penyihir kegelapan, Rekka, yang katanya ingin mengacaukan acara perjamuan ini?
.
.
[Sleeping Beauty]
To Be Continued
.
.
A/N: Hai, semuanya! Milkyland kembali mempersembahkan karya baru setelah sekian lama terus menyimpan ide di draft pribadi. Ini yang dinamakan publish gentar(?), karena berani nge-publish di waktu menjelang UN, muahahahaha /malahketawalagi. Maaf kalau ke-OOC-an dan ke-parody-an fict ini bikin kalian cengo. Author hanya iseng mau coba ke genre kesukaan setelah lama mendalami romansa. Bagaimana? Garing-kah? XDD
Tenang, fict ini pendek, sama seperti fict School Days kami sebelumnya. Maafkan kami jika ada karakter kesukaan kalian yang ternistakan. Ini hanya fiksi dan niatan kami untuk menghibur bukan menghina karakter tersebut. Karakter yang dimuat pun random dari otak setelah memikirkan bagaimana alur cerita ini berjalan, ohohohoho. Sekali lagi kami tekankan, genre parody adalah yang utama di fict ini, jadi nggak ada adegan yang terlalu menjorok ke serius.
Untuk tiga requester pairs di fb, tenang saja. Request kalian akan ada di chapter depan, muahahaha.
Rekka cocok tidak jadi penjahat? Tadinya mau Kourin atau Suiko, hanya saja imej mereka kurang menggelegar(?), akhirnya kami pakai Rekka #maafuntukfansnyarekka.
Dan Milkyland dari kemarin kesengsem buat bikin pair TakuLeon :p Jadi kami masukan di sini, muohohoho.
Review please?
Kritik dan saran dibutuhkan kami untuk improvasi.
Milkyland undur diri. Sampai jumpa di chapter berikutnya! Semoga kalian terhibur!
[29 Maret 2014]
Milkshake Kuroko Milkyland.
