Kuroko no Basket characters belongs to Fujimaki Tadatoshi

My Sweet Baker : Chapter 1


Pada setiap weekend, Kise Ryouta selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi kota Tokyo. Ia sangat senang ketika ia berpergian ke ibukota Jepang itu. Selain pekerjaannya, ia sering mengunjungi berbagai tempat entah itu untuk berbelanja, berwisata maupun hanya sekedar cuci mata.

Dan lebih lagi ia sangat menyukai datang ke sebuah bakery di pinggiran kota Tokyo.

Kini ia sedang berada di depan bakery tersebut yang di kaca depannya menampilkan berbagai macam kue dan roti yang baru saja keluar dari oven. Mata hazel Kise terpaku pada roti-roti itu. Bibirnya tertarik membuat sebuah senyuman lebar dan terbuka, bisa saja suatu saat secara tiba-tiba air liurnya menetes karena roti-roti tersebut.

Pada saat itu seseorang yang lebih pendek darinya dengan rambut berwarna biru muda –seperti langit- melewati pandangannya. Kise menatapi lelaki itu dibalik kaca dan roti. Ia tersenyum dan mulai berjalan masuk ke dalam bakery.

Pintu dibuka dan aroma roti yang baru dipanggang menyerbak di seluruh ruangan. Aroma kopi yang masih segar dan baru juga tercampur dengan aroma roti tersebut. Kise memejamkan matanya lalu menghirup dalam-dalam aroma tersebut. Pikirannya kini tersasa lebih tenang ditambah dengan alunan musik klasik yang lembut.

"Selamat datang."

Sebuah suara yang halus memasuki telinganya. Kise memalingkan kepalanya ke asal suara tersebut yang kemudian bibirnya tertarik membuat sebuah senyuman tulus.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Lelaki berambut biru langit itu bergerak mendekati lemari pajangan yang ada di antara dirinya dengan lelaki berambut kuning. Kise ikut bergerak mendekatinya dan memerhatikan lelaki berambut biru langit itu.

Lelaki itu menggunakan sebuah kemeja putih polos dengan apron cokelat gelap dihiasi garis berwarna cream, di bagian dadanya tertempel sebuah nametag bertulisan 'Kuroko Tetsuya' dan Kise selalu berpendapat bahwa itu adalah namanya.

Kise tidak menjawab pertanyaan Kuroko, matanya bolak-balik menatapi roti-roti yang ada di pajangan dan kembali ke Kuroko. Sesungguhnya, ia bingung memilih roti yang ingin ia makan untuk saat itu.

"Apa anda kebingungan untuk memilihnya?" Tanya lelaki bersurai biru langit itu. Kise menjawabnya dengan sebuah anggukan. Kuroko menatap Kise lalu memasuki dapurnya, ia kembali dengan sebuah piring besar yang penuh dengan berbagai macam roti namun dengan ukuran yang lebih kecil. "Ini rekomendasi dari saya, di piring ini telah ada seluruh roti yang kami buat namun dalam bentuk mini. Cocok untuk orang yang ingin mencoba keseluruhannya namun takut tidak termakan karena kenyang akan ukuran aslinya." Kuroko menaruh piring tersebut di atas etalase rotinya.

Kise menatapi piring tersebut. Memang ukurannya kecil, namun jika dibandingkan dengan ukuran aslinya, roti-roti itu masih memiliki bentuk rupa yang sama dengan ukuran yang asli. "Ini berapa-ssu?"

"Satu set itu 450 yen."

450 yen untuk berpuluh-puluh roti. Mahal? Entahlah. Saat itu Kise tidak peduli dengan 'mahal atau murah'nya roti-roti di bakery itu. "Baiklah. Aku mau itu satu set."

Kuroko mengangguk lalu membawa piring besar itu ke meja kasir. Ia menaruh piring itu di atas nampan yang cukup luas. "Ada lagi?"

"Caramel Macchiato blend dengan taburan cookies hitam di atasnya. Itu saja."

"Nama?"

"Kise. Kise Ryouta."

Kuroko mencatat pesanan Kise di sebuah kertas kecil berwarna cokelat muda yang khusus untuk mencatat pesanan para pelanggan. "Take away atau dine-in?"

"Dine-in."

Kuroko mengangguk lalu jari-jarinya menyentuh angka-angka yang ada di permukaan kasir. Ia menghitung total pembelian Kise lalu menyebutkannya ke lelaki bersurai kuning itu. Kise memberikan uang yang sedikit lebih banyak kepadanya yang kemudian kembalian di berikan kepadanya oleh Kuroko. Kuroko lalu bertanya lagi apakah tidak apa-apa jika rotinya diantar bersamaan dengan minumannya dan Kise menjawabnya tak apa-apa.

Kise mengambil struk pembelian lalu berjalan menuju sebuah bangku yang tidak jauh dari sebuah bar, lokasi pembuatan minumannya. Kise duduk dibangku kayu klasik. Awalnya, pandangannya menatapi interior bakery tersebut.

Bakery tersebut tampak bertemakan klasik dan kehutanan. Banyak perabotan yang digunakan disini terbuat dari kayu, bukan besi. Lalu sebuah warna cat yang pudar menghiasi dinding bakery ini.

Bar yang menjulang tinggi di tempat dapur minuman juga terbuat dari kayu, bahkan kursi tingginya juga.

Kemudian, pandangan Kise tertuju pada Kuroko yang sedang terhanyut dalam dunianya. Tangannya memegang sebuah cangkir alumunium kecil yang kemudian ditaruh pada sebuah mesin. Kuroko mengambil sebuah gelas plastik dan membungkuk untuk mengambil es batu –yang kebetulan tempat es ada di bawah mesin kopi. Kise dapat melihat bentuk tubuh Kuroko dan juga lekuk.. ehm, buttnya.

Ekspresi Kuroko yang datar itu terlihat sangatlah fokus dalam pekerjaannya. Wajahnya terlihat sangat… tampan, bagi Kise. Ditambah tubuh Kuroko yang lebih kecil dari Kise membuat lelaki itu terlihat menggemaskan.

Entah sudah berapa lama Kise senang melihat hal ini. Semenjak pertama kali ia kesasar di daerah sekitar sini, ia menemukan bakery ini dan mendapati pelayan bersurai biru langit itu menarik perhatiannya. Pada akhirnya ia menunggu seseorang dari agensinya untuk menjemputnya di bakery ini dan ia sangatlah senang bisa melihat Kuroko bekerja. Hal itu –melihat Kuroko- berlanjut hingga sekarang, walaupun Kise terkadang tidak sempat mengunjungi bakery ini berkali-kali.

Mungkin itu terdengar creepy namun itulah Kise.

Tiba-tiba saja, Kuroko sudah berada di sebelahnya dengan nampan yang berisi pesanannya. Kuroko menaruh set rotinya di meja depan Kise begitu pula dengan Caramel Macchiato yang sudah diblend dan diberi cookies.

"Terima kasih, Kurokocc—san." Kise tersenyum pada Kuroko dan lelaki bersurai biru itu membalasnya dengan senyuman juga dan membungkuk dikit lalu pergi melayani pelanggan lainnya.

Kise mulai perlahan memakan roti-rotinya dan meminum minumannya. Sesekali ia melirik ponselnya, kali saja tiba-tiba ada pesan masuk untuknya dan pesan itu penting. Tetapi kadang ia membuka lock screennya dan membuka internet. Mencari berbagai informasi tentang tempat yang perlu ia kunjungi di daerah sini.

Dan ia masih sempat-sempatnya mencuri pandang pada Kuroko yang kini sedang berbicara pada seorang lelaki dengan rambut merah-hitam dan alis terbelah. Kuroko terlihat bahagia berbicara padanya. Terkadang ia tertawa kecil dan lelaki yang lebih tinggi darinya di depan Kuroko terlihat panik dan malu.

'Siapa dia?' pertanyaan itu datang tiba-tiba di benak Kise.

Lelaki berambut merah-hitam itu terlihat sangar. Apalagi jika dilihat berbarengan dengan ukuran tubuhnya yang besar dan otot-ototnya. Itu terlihat dari T-Shirt hitam yang ia pakai terlihat ketat dan mengikuti alur ototnya.

Tiba-tiba lelaki itu menundukkan tubuhnya, kepalanya sangat dekat dengan Kuroko dan kemudian….. tunggu, lelaki itu mencium Kuroko?!

Kise membulatkan matanya ketika Kuroko menaruh tangannya pada bahu lelaki itu yang tak lama kemudian lelaki itu menjauhi dirinya dengan wajah yang bersemu merah. Kise merasakan dadanya sesak. Seketika baginya udara di bakery itu tampak habis dan membuatnya tidak bisa bernafas. Ia memejamkan matanya mencoba untuk menghapus seluruh pikiran negative yang ada.

Tapi…. Apakah lelaki itu kekasih Kuroko?!

Tiba-tiba saja bel pintu bakery berbunyi menandakan pintu terbuka.

"Yo, Tetsu!"

Suara itu.

Kise mengenali suara itu. Berat dan terkesan malas, ia sangat mengenali suara itu sehingga ia menoleh ke asal suara dan mendapati seseorang yang ia kenal masuk ke dalam bakery.

Ekspresi terkejutnya tidak dapat ia sembunyikan ketika sosok orang yang ia kenal berada di satu lokasi yang sama dengannya.

"A-Aominecchi?!"

Lelaki dengan suara berat yang awalnya menghadap Kuroko yang berada di balik etalase kini membalikan badannya dan pandangannya ke arah Kise. "K-Kise?!" lelaki itu juga tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya.

"A-Aominecchi! Apa yang kau lakukan disini?!"

Aomine Daiki. Lelaki berkulit gelap yang tingginya 192cm dengan badan yang kekar, lebih kekar dari Kise namun tidak lebih kekar dari lelaki yang tadi mencium Kuroko. Rambutnya berwarna biru tua begitu pula dengan iris matanya. Ia adalah seorang model terkenal yang bekerja dibawah agensi yang sama dengan milik Kise, dan Aomine juga merupakan teman dekat Kise.

"A-Aku…"

"Ia bekerja sampingan disini." Suara halus itu memotong ucapan ragu-ragu Aomine. Lelaki berkulit gelap melompat terkejut ketika Kuroko kini sudah berada di sebelahnya. Ekspresinya masih datar.

"T-Tetsu!"

"Apa?! Aominecchi bekerja sampingan disini?!"

To Be Continued