Tidak Dapat Dipercaya

Tiba-tiba, Sirius Black masuk ke ruang keluarga sambil memegang kepalanya. Ia tampak pusing dan agak bingung.

"Sirius! Kau!" Mrs Weasley memekik.

"Ya, aku memang Sirius, Molly," kata Sirius agak tidak sabar, "Kenapa kalian meninggalkanku sendirian di Kementrian?" Sirius setengah menuduh semua orang di rumahnya.

Harry dan Lupin tercengang. Ron yang sedang makan Cokelat Kodok tersedak. Fred dan George bergumam "No way!" bersamaan. Semua yang ada di ruangan yang sama dengan Sirius mendongak menatapnya dengan pandangan campuran antara keheranan, kebingungan, takjub, dan sedikit takut dengan apa yang dilihatnya. Mereka semua mengira Sirius sudah meninggal. Tentu mereka akan merasa sangat kaget jika Sirius tiba-tiba berdiri di ruang keluarga, karena yang mereka tahu Sirius telah dibunuh oleh Bellatrix Lestrange di Kementrian. Sirius memandang sekelilingnya, dan ia mengernyit sedikit.

"Halooo semua! Ada apa dengan kalian? Apa ada yang tidak beres? Apakah ada salah satu dari anggota Orde yang terbunuh?" Sirius memecahkan keheningan yang meresahkan ini.

Tapi tidak ada yang menggubrisnya. Mereka masih tetap terdiam. Akhirnya Sirius menjadi sangat tidak sabar dan ia menghambur pergi ke kamarnya, tapi Lupin mencegahnya.

"Tunggu! Apa kau benar-benar Sirius yang asli?" tanya Lupin waswas. Ia tidak bisa disalahkan jika bertanya begitu, mengingat para Pelahap Maut sekarang terbebas dari Azkaban.

"Tentu saja, Remus! Apa sih yang kaubicarakan?" Dari suaranya, sepertinya Sirius agak jengkel.

"Yah, kalau begitu, tidak ada salahnya jika aku mengecek terlebih dahulu."

"Silakan saja."

"Baiklah. Apa yang Para Perampok buat ketika mereka masih bersekolah di Hogwarts? Sesuatu yang sekarang disimpan oleh putra salah satu dari Para Perampok tersebut."

Semua yang tidak tahu tentang Peta Perampok mengernyit keheranan, mencoba mencari jawaban, tapi otak mereka tidak mau berkompromi. Harry, Ron, Hermione, Fred, dan George tersenyum. Lupin mengedipkan sebelah matanya ke arah mereka.

"Pertanyaan macam apa itu? Apa tidak ada yang lebih sulit, sobat?" Sirius nyengir. "Jawabannya Peta Perampok. Dan yang menyimpan Peta itu sekarang adalah Harry Potter, putra dari salah satu Perampok, James Potter alias Prongs. Betul?"

Lupin merangkul sahabat karibnya sewaktu remaja tersebut. Harry terlihat sangat bahagia. Ternyata walinya yang ia kira sudah meninggal masih hidup. Pikirannya jauh melayang ke liburan-liburan tahun depan nanti. Ia tidak akan pergi ke rumah Dursley lagi, sekarang ia akan berlibur bersama walinya di Grimmauld Place. Betapa menyenangkannya! pikir Harry. Harry juga langsung berlari ke arah Sirius dan menubruknya. Sirius mengeluarkan tawanya yang mirip gonggongan dan mengacak-ngacak rambut Harry sambil tersenyum lebar. Harry membalas senyumannya. Reaksi yang lain lebih menghebohkan lagi. Mrs Weasley yang sedang menyiapkan makan malam hampir menumpahkan sup yang sedang dimasaknya. Fred, George, dan Ginny melakukan semacam tarian perang—yang waktu itu mereka tarikan untuk menyambut Harry yang bebas dari tuntutan—sambil bernyanyi-nyanyi, "Dia hidup... dia hidup...". Sirius yang mendengar nyanyian mereka melepaskan rangkulan sahabatnya dan bergerak mundur.

"Ada apa, Sirius?" tanya Lupin kebingungan, menatap Harry meminta penjelasan. Namun Harry hanya mengangkat bahu, sama tidak mengertinya dengan Lupin.

"Kalian mengira aku sudah mati?" tanya Sirius balik, suaranya agak tajam.

Mereka semua terdiam lagi, tidak tahu harus mengatakan apa. Dan tampak sangat salah tingkah. Sirius mengamati wajah di hadapannya satu per satu. Mulai dari Bill, yang langsung terlihat sangat tertarik pada perkamen yang tadi dipengangnya, lalu Mrs Weasley, yang tiba-tiba jadi terlihat sangat sibuk menyiapkan makan malam, dan menyisakan Harry untuk yang terakhir, yang melayangkan pandangan minta maaf dan sedikit cemas. Sirius yang malang tidak suka situasi seperti ini, berlari menuju kamarnya. Lupin hanya bisa memanggil Sirius pelan.

"Bagaimana sekarang?" tanya Harry, merasa sedikit bersalah karena mengira Sirius telah mati, padahal belum ada alasan yang jelas.

"Lebih baik beri dia waktu untuk menenangkan diri. Mungkin rasanya tidak menyenangkan ditinggal di Kementrian, yang sedang mengincarmu, dan kau dikira sudah mati ketika kau pulang ke rumahmu sendiri," kata Lupin bijak.

"Jika Sirius sudah lebih tenang, mungkin kita bisa menjelaskan segalanya kepadanya, dan dia pun, tentunya, berutang penjelasan pada kita," tambah Mr Weasley.

"Kedengarannya terlalu banyak 'mungkin'." Harry bergumam pelan. Ia takut Sirius akan marah kepadanya dan tidak bersedia menerimanya. Semua kebahagian lenyap seketika seperti ketika datang.

***

Keesokan harinya, keadaan sirius masih juga belum membaik. Lama-lama seisi rumah menjadi kesal karenanya. Ia hampir sama menyebalkannya seperti peri-rumahnya, Kreacher, dan mungkin mereka bisa berteman baik kalau saja Kreacher dan Sirius mau bersikap baik satu sama lain. Pagi itu, suasana sarapan di ruang makan terasa suram. Sirius tidak turun ke ruang makan, tapi makanan yang ada di meja banyak yang melayang ke arah tangga, naik ke kamar Sirius—menurut Mrs Weasley—dan mereka Sirius sudah cukup lapar tapi terlalu gengsi untuk turun ke bawah, jadi ia menggunakan Mantra Panggil terhadap makanan yang dimasak Mrs Weasley—Harry tersenyum. Di dalam hatinya ia berniat untuk menemui Sirius di kamarnya menjelang siang nanti. Ia akan menjelaskan semuanya kepadanya, tapi ia juga akan meminta penjelasan darinya. Ia berharap—agak berlebihan sebenarnya, aku Harry—mungkin kalau anak baptisnya sendiri yang menemuinya, sikapnya akan sedikit melunak. Harry menceritakan apa yang akan dilakukannya pada Ron dan Hermione.

Menjelang siang, Harry yang sudah mempersiapkan semuanya, pergi menemui Sirius di kamarnya. Ron dan Hermione ikut karena mereka memaksa. Sesampainya di bordes kamar Sirius, mereka berhenti sebentar, merasa gugup. Harry takut jika usahanya kali ini sia-sia. Seolah bisa membaca pikirannya, Ron berkata,

"Bagaimana kalau ini tidak berjalan sesuai rencana, Harry?" tanya Ron, pesimis.

"Entahlah. Tapi lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali, kan?" jawab Harry bijak.

Dan Harry mengetuk pintu kamar Sirius pelan.