Tes… Tes… Tes…

Bunyi tetesan seperti air begitu nyaring di tempat kosong ini.

Tes… Tes… Tes…

Tetesannya begitu deras hingga membentuk sebuah genangan. Genangan pekat berwarna darah ada di mana-mana.

"Tenanglah sayang.. Aku di sisimu"

Bisikan halus itu bagai sebuah mantra. Membius bagi yang mendengarnya.

Slurp..

"Aku akan selalu bersamamu"

Slurp..

Lagi, sebuah kalimat penenang terucap begitu halus kala suara berat itu menggema di ruang kosong yang telah di penuhi darah juga mayat.

"Tetaplah bersama ku sampai mati"

Kalimat lain terucap sama lembutnya dengan suara bariton tadi.

"Yes My Lord"

Terucap dengan nada mantap dia, sang suara bariton tadi menjawab dengan penuh kepastian dan kepercayaan tinggi.

Di sana di tempat gelap itu ada 2 orang pemuda. Yang satu berdiri dengan membawa sebilah pedang dan pemuda satu nya memeluk pemuda yang membawa pedang tadi dari belakang sambil pemuda yang memeluk itu menjilati air mata yang nampak meluncur di pipi chubby pemuda yang di peluk.

Wush… wush…

Tiba-tiba angin berhembus kencang menerbangkan helai bulu berwarna hitam melayang di udara.

Wush… wush…

Kepakan sayap hitam membentang luas. Sang sayap yang mengibaskan bulu-bulu nya begitu indah tertimpa cahaya sang rembulan.

"Aku akan selalu bersama mu, di sisi mu, selama nya"

Tepat kalimat itu terucap sayap dari pemuda yang memeluk tadi melingkupi diri nya juga pemuda satu nya yang di panggil My Lord tadi.

Dengan seringai mematikan juga mata merah nya berkilat tajam, sang pemuda memeluk penuh sayang pada pemuda lainnya yang berada di dekapan sang pemuda di belakangnya yang sekaran mencium pucuk helaian surai pirang di depannya.

Wush…

Dalam sekejap mata mereka berdua menghilang. Yang tersisa di sana hanya tumpukan mayat juga genangan darah yang ada di mana-mana.

Sunyi, gelap dan mencekam.


Blood & Tears

by Tyachan13

SASUNARU FANFICTION

Disclaimer : Naruto bukan milik tya dan tya hanya sekedar meminjam nama chara nya dari Masashi Sensei.

Rate : M (No LEMON but for Gore, pembunuhan, pembantaian dan hal-hal sadis lainnya)

Genre : Horror, Mysteri, Gore, Fantasy, Romance,

Pair : Uchiha Sasuke x Uzumaki Naruto

Warning : ini ff boys love yang homopobic di larang mendekat! Selain itu ada adegan yang mungkin bisa membuat Minna-tachi tidak napsu makan.


.

Blood & Tears

.

.

Blezt!

Kilatan tajam petir membelah sang langit kala itu.

Jrez! Jrez!

Guyuran hujan yang deras menambah kesan menakutkan.

Buk! Pak! Buk! Pak!

"AAAGGGRRR!"

Jerit kesakitan seorang pria nampak mendominasi di dalam rumah. Hujan yang sangat deras mampu meredam bagaimana jeritan itu sangat menyakitkan.

"MINATO!"

Ketika suara melengking seorang perempuan menggema memanggil sang suami tercinta yang menjerit kesakitan.

"Hiks.. Tou-chan, Kaa-chan"

Hanya terdengar isakan pilu dari bocah yang duduk terikat di kursi menyaksikan bagaimana sang ayah tercinta di tusuk menggunakan pedang dan menjerit kesakitan.

Buk! Pak! Buk! Pak!

"MATI KAU BRENGSEK! MATI BERSAMA KELUARGA TERCINTAMU!"

Hantaman demi hantaman bersarang di tubuh laki-laki yang tergeletak penuh dengan luka di atas lantai yang dingin.

"Uhuk! Uhuk! Ku-kushina, Na-uhuk-ru-uhuk! Uhuk! Kali-"

Crash!

Kalimat yang hendak terucap dengan rasa kesakitan di tubuhnya itu berhenti ketika kepala bersurai pirang milik kepala keluarga Namikaze itu harus terlepas dari tubuh nya kemudian menggelinding tepat ke arah sang istri Kushina yang saat ini kondisi nya juga sama parah nya dengan sang suami.

"MINATOOOO!"

Sekuat tenaga Kushina berteriak pilu. Memanggil, meratapi nasib sang suami yang baru saja menjadi seonggok mayat berlumuran darah dengan kepala yang terlepas dari tubuh nya.

"Hiks.. Hiks.. Mi-hiks-mina-hiks-to minato"

"Tou-chan~~~"

Nada lirih dengan penuh dengan luka terucap dari bibir mungil seorang bocah berumur 7 tahun yang harus melihat langsung bagaimana san Tou-chan tercinta harus terbunuh secara tragis.

"Dan selanjutnya kau nyonya~~"

Nada sing a song itu mengalun lembut bagai lulaby mimpi buruk yang tidak akan pernah bisa terlupakan. Sang istri yang masih meratapi nasib suami tercinta nya meninggal di bunuh secara tragis membuatnya shock dan lupa akan keadaan sekitar.

"I'm coming~~"

Dengan seringai keji terpampang jelas dari wajah seseorang yang tertutupi hoodie hitam.

"KAA-CHAN AWASSS!"

Teriakan sang anak yang berada beberapa meter di belakangnya membuatnya tersadar dan akan berbalik melihat putra semata wayangnya namun sebelum berbalik-

JLEB!

Sebuah pedang panjang yang masih berlumurkan darah sang suami menusuk tepat ke jantung Kushina membuat wanita itu mengerang kesakitan

"Ugh.. Na-"

Sret! Srett!

Pedang putih berlumuran darah itu mengoyak jantung Kushina. Kanan-kiri memutar, menjabut, menusuk tiada henti pedang itu menusuk tubuh Kushina yang sudah tak bernyawa.

"Hiks… hiks… Ka-ka-chan~~ Tou- hiks... Tou-chan"

Tangisan bocah itu sungguh menyahat hati. Melihat bagaimana kedua orang tua yang di sayangi nya meregang nyawa dengan begitu tragis.

Ia hanya seorang bocah polos berumur 7 tahun yang harus melukis kisah masa kecilnya dengan dunia yang di penuhi oleh kasih sayang, kegembiraan, dan cinta. Bukan kegelapan malam yang merenggut orang tua nya. Bukan juga lautan darah yang menggenang di setiap sudut ruangan temaram itu. Bukan juga tangisan pilu yang hanya bisa sang bocah lakukan kala melihat kedua orang tua nya di bunuh di depan mata nya.

"Ah-hah… mereka mati~ ukukukuku"

Gumam bernada sing a song itu mengalun mengerikan. Menggema di seluruh ruangan juga sosok nya yang membelakangi jendela besar dan kilatan petih sebagai latar sosok itu berdiri.

Seakan tersadar dari keadaan sekitarnya sang bocah itu mengalihkan mata shappire nya untuk menatap penuh benci sosok yang berdiri di depan sana.

"Pembunuh"

"Pembunuh"

"Pembunuh"

Bagai sebuah mantra kata Pembunuh terucap dari bibir mungil sang bocah. Menatap penuh kebencian mata biru seindah langit musim panas itu menggelap. Berdiri dari kursi yang selama ini menahannya untuk tidak bergerak sang bocah akhirnya bisa terlepas dari ikatan di tangannya.

Sang pembunuh masih tidak menyadari jikalau sang bocah yang di ikatnya tadi kini terbebas dan berlari menerjangnya sambil membawa pecahan tajam sebuah vas bunga yang terarah pada nya.

Drap… drap… drap…

"MATI KAU PEMBUNUH!"

Jleb!

Teriakan itu mengalihkan sang pelaku dan langsung menatap bocah yang berlari ke arahnya. Karena terkaget sang pelaku tak sadar sang bocah sudah berada di depannya dan menancapkan sebuah potongan vas dan berhasil menancap ke perut sang pembunuh.

"Akh.. Bocah..."

PLAKK! BRUKK!

Tamparan itu begitu keras dan menyakitkan. Hingga membuat tubuh ringkih sang bocah terlempar agak jauh dan tersungkur di lantai.

"BERANI SEKALI KAU MELUKAIKU BOCAH TENGIK! KAU FIKIR SIAPA DIRIMU HAH?!"

Plakk! Buk! Plakk! Buk!

Hantaman, pukulan, tamparan bersarang di tubuh mungil itu. Menahan kesakitan hati juga fisik nya sang bocah tetap memandang sang pelaku dengan bola mata kelam nya.

"Pembunuh"

"DIAM!"

"Pembunuh"

"KU BILANG DIAM BOCAH!"

"PEMBUNUH!"

PLAK! JLEB!

"AGGGRRR!"

Teriakan itu sangat nyaring. Bukan berasal dari sang bocah melainkan sang pelaku yang kini menjerit kesakitan karena sebuah pedang menusuk tepat di jantungnya.

Sedang sang bocah kini hanya menampakkan seringai di wajah kecilnya dengan mata biru yang berkilat sadis.

"Ba-gai-mana uhuk-uhuk ra-sa-nya ter-tu-suk pe-dang mu sen- uhuk diri diri heh?"

Dengan berkata tersedak juga wajah yang di penuhi lebam serta darah yang menghiasi wajah mungilnya sang bocah kini memegang gagang pedang yang masih tertancap di jantung sang pelaku sambil menggoyangkannya sama seperti apa yang di lakukan pembunuh itu pada ibu nya.

"Kau bo-cah uhuk! Uhuk!"

"Diamlah Pembunuh. Pembunuh sepertimu sebaiknya diam"

Wajah mungil berkulit tan itu biasa nya di penuhi dengan senyum ceria juga cengiran menggemaskan kini berubah menjadi datar, begitu dingin dan tatapan lautan biru itu begitu bengis.

"Pembunuh"

Sret! Jleb!

"Pembunuh"

Sret! Jleb!

"Pembunuh"

Kalimat pembunuh juga suara pedang yang menggores tubuh juga tusukan pedang menggema di ruang gelap itu.

Slash! Ctar!

Petir menyambar saling bersautan. Hujan yang semakin deras membuat hawa dingin semakin menusuk kulit. Suasana gelap dan mencekam di ruangan itu begitu mengerikan. Hanya suara pedang yang masih saja beradu di atas tubuh yang sudah tak bernyawa.

Mencabik, menusuk, mengiris, mengibaskan tebasan hingga mayat itu kini menjadi bagian-bagian kecil. Kepala terlepas dari tubuh, kedua lengan tangan dan jari yang penuh sayatan terpotong, isi perut yang berceceran, dan jantung itu sudah tak berupa. Mayat itu begitu mengenaskan. Siapapun yang melihat nya pasti akan muntah dan tak tega.

"Mati"

"Mati"

"Mati"

Lirihan itu masih mengalun dengan kedua tangan mungilnya yang masih sibuk mencacah kepala itu.

"Ma-"

Bruk!

Sebuah benda terjatuh berada di pojok ruangan. Sebuah tempat lilin terjatuh dan menggelinding tepat di bawah kain gorden seketika titik merah muncul kemudian dengan cepat membakar gorden.

Trang!

Seolah baru tersadar sang bocah melihat kobaran api itu dengan mata yang kosong. Melepaskan genggaman pedang di kedua tangan mungilnya, sang bocah berjalan terseok menuju jasad kedua orang tua nya yang meninggal di malam kelam tanpa bulan.

"Tou-chan~~"

"Kaa-chan~~"

Tap.. Tap.. Tap..

"Kaa-chan~ Tou-chan~ jang-an hiks hiks ting-galkan Naru~ hiks hiks"

Bruk!

Langkah sang bocah yang terseok juga keadaan tubuh dan sakit kini bocah yang bernama Namikaze Naruto itu terjatuh sambil menangisi nasib kematian orang tua nya.

Hawa panas yang berasal dari kobaran api yang melalap bagian rumah itu tak dapat di rasakan oleh Naruto. Tangisan juga isakan dan air mata menjadi lagu pengiring dimana akhir hidupnya akan berakhir.

"Hiks.. Hiks..."

Bola mata biru shappire miliknya begitu menampakkan emosi yang di rasakannya. Sedih, kehilangan, kesakitan, kemarahan, kepiluan, semua menjadi satu.

Wush~

Tiba-tiba sebuah angin berhembus dan menerpa helaian rambut pirangnya yang kini menjadi merah darah karena cipratan darah sang pelaku pembunuhan.

Beberapa helai bulu berwarna hitam melayang terbawa hembusan angin tersebut. Disana tepat di pojok ruangan yang gelap, iris biru Naruto yang sedikit buram karena air mata dapat melihat sebuah mata merah menyala di dalam kegelapan tengah melihat nya dengan penuh minat.

Wush~~

Kedua kali nya angin berhembus dengan kencang mau tak mau Naruto harus memejamkan mata nya untuk menghalau angin yang menerbangkan debu.

Hilang.

"Ugh"

Mata merah itu, seseorang yang tengah menatap Naruto tadi hilang dalam sekejap mata. Naruto yang merasakan sakit si sekujur tubuh mungilnya juga kepala nya yang semakin pusing membuat sang bocah lelah untuk membuka mata nya.

"Tou-chan~ Kaa-chan~ tunggu Naru-"

Bruk!

Tepat ketika tubuh mungil Naruto akan terjatuh menghantam lantai, tubuh ringkih itu lebih dulu terjatuh dalam dekapan seseorang di belakangnya.

"Sstt! Tidur lah sayang~ tidur yang nyenyak aku akan ada di sisi mu"

Sayup-sayup Naruto mendengar orang itu berbisik lembut di telinga nya.

Hangat

Ketika pelukan yang di dapat Naruto begitu menenangkan juga menghangatkan mau tak mau Naruto menyerah untuk tetap terjaga dan lekas menutup kedua mata nya untuk tidur yang nyenyak karena badannya sakit semua.

Namun, di batas ambang kegelapan yang akan menelan kesadarannya suara itu berucap kembali dengan sangat lembut.

"Tenanglah sayang.. Aku di sisimu, bersama mu, untuk selama nya"

Kemudian kesadaran Naruto menghilang di malam kelam itu.

END? tbc?


#Tya's Note

Hahahahahaha menggantung sekali~ Wkwkwkwkwk

Coba, ini ff klo end di sini pada ada yang protes gak sih?

Yang mau di lanjut angkat jempolnya dong~~

Yes~~ kali ini Tya bawa ff baru rate M pertama Tya! Yey! Yey! *letusin confeti

Dan ini juga ff request yang Tya persembahin buat Tiwi Mochan patner in crime dalam hal bantuin Tya denger curhatan buat project ff Tya juga jadi konsultan pemilihan judul ff Tya. Yang kemarin ngasih challenge ke Tya suruh bikinin ff Genre Horor, Mystery, Gore sudah Tya jabanin meski hasilnya menurutku kurang gore sih wkwkwkwk

Untuk Minna-tachi juga jangan lupa yah~

riview yang banyak Minna-tachi kalau entar yang minat banyak akan tya lanjutin~ hohohoh #smirk

Akhir kata, sampai ketemu lagi dengan chap selanjutnya kalau banyak yang request~

Jaa Matane~

Sidoarjo, 27 April 2017

©Tyachan13

#Up_ Sidoarjo, 23 Mei 2017