Hah, hari ini benar-benar hari keberuntungannya. Duduk di dekat mesin kasir dengan pandangan yang tidak lepas dari sosok berambut raven yang kini tengah duduk tenang di sana. Di sudut restaurant tempatnya bekerja, tempat yang paling orang itu sukai.
Kenapa dia tahu? Mudah saja, gadis berumur sembilan belas tahun ini sudah hampir selama beberapa bulan memperhatikan sosok itu datang ke tempatnya bekerja, sekedar meminum kopi hangat di pagi hari dan sore hari. Tempat yang duduki pun selalu sama.
Tempat dimana ia bisa melihat dengan jelas sosok sang raven.
Untuk yang kesekian kalinya, Naruto Uzumaki tersenyum sendiri, kedua tangan berpangku pada dagunya. Tatapan manik sebiru langit yang lekat melihat sosok tuhan paling kece di sana.
'Hah, aku ingin berkenalan dengannya.' Mendesah panjang, betapa inginnya dia berkenalan lebih dekat dengan laki-laki itu.
Sosok tampan dengan balutan baju kerjanya, rambut raven yang mencuat melawan gravitasi, kedua mata Onyx yang sekelam malam, dan sifat yang terlihat tenang serta datar dalam waktu bersamaan. Naruto ingin mengenalnya!
Pikiran melayang-layang, imajinasi-imajinasi yang mulai pergi kemana-mana. Bahkan sampai mengidahkan sosok sang bos yang perlahan mendekatinya.
"Naruto! Cepat antarkan makanan untuk meja enam!" sosok berbadan besar dengan rambut orangenya segera saja memukul kepala Naruto. Membuat gadis itu tersentak kaget dan langsung saja bangkit dari posisinya.
"Uwa! I-iya Chouji-san!" berteriak kecil, setengah tersenyum kikuk melihat bosnya datang dengan membawa sebuah makanan yang sangat enak di tangannya.
"Jangan melamun, kita sedang ada banyak pelanggan hari ini. Kalau aku menangkapmu melamun lagi, tidak akan ada sisa kue-kue enak untuk kau bawa pulang."
Ancaman maut, Naruto langsung mengangguk paham. Mana mau dia melewatkan dapat makanan gratis dari bosnya, mana bosnya itu merupakan chef paling terkenal di Konoha. Dengan masakan yang selalu enak, apalagi kue-kue buatannya. Itu salah satu alasan dia ingin bekerja sebagai waitress di restaurant ini, tentu saja selain gaji di sini cukup besar bagi orang kuliahan sepertinya.
"I-iya, akan kubawa!" paham dengan ucapan bosnya, segera mengambil nampan berisikan makanan di hadapannya. Dan mengingat kembali, kemana dia harus membawanya.
Kalau tidak salah meja nomor enam kan?
'Tu-tunggu dulu! Meja nomor enam?!' sedikit membulatkan matanya, sebelum akhirnya gadis itu menoleh cepat ke arah meja yang di sebutkan tadi.
Meja enam?! Itu meja laki-laki tampan di sana! Astaga!
'Tuhan mengabulkan keinginanku!' mengingat hingga sore ini dia tidak dapat mengantarkan pesanan pada sosok pria itu. Setelah berebutan dengan waitress lain yang sama-sama ingin mengantarkan makanan padanya. Dan dia kalah telak!
Sekarangnya saatnya, siapa tahu dia bisa kenalan. Hihi.
Hey Handsome Man
Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto
Fic By : Hikaru Reisa
Pair : SasuFemNaru!
Warn : Ooc, Typos, First SasuFemNaru!
Romance and Humor Fic
Dedicated for my Lovely Cousin Birthday "Mushi Kara-chan" and all SasuFemNaru or SasuNaru Fans :D
/ooooooooooo\
"Si-silahkan tuan, satu porsi nasi goreng dengan ekstra tomat." Suara gugupnya mulai keluar, serta wajah memerah sempurna. Naruto hampir pingsan akibat aroma mint yang di hirupnya. Ia yakin kalau itu adalah aroma parfum pria raven yang tengah duduk santai di hadapannnya. Sangat memabukkan, dia jadi suka bau mint sekarang.
"Hn," ucapan yang terlampau singkat tidak membuatnya kesal. Melainkan malah berdebar-debar tak karuan.
"A-apa ada yang ingin anda pesan lagi, Tuan?" bertanya sekali lagi, berharap kalau pria ini memesan makanan. Dia bisa membawanya ke sini kan?
Wajah itu terangkat dan menatapnya, picingan tajam ia bisa lihat. "Tidak, bisakah kau berhenti menatapku seperti itu? Matamu itu seolah-olah ingin memakanku."
Bak maling tertangkap basah, Naruto meneguk ludahnya kikuk. Tertawa hambar, dan spontan menundukkan wajahnya cepat.
"Ma-maaf Tuan!" tanpa tahu kalau tindakan tiba-tibanya membuat kepalanya terbentur dengan sosok raven itu.
Suara kepala saling berbenturan terdengar keras, semua orang di dalam restaurant menoleh.
"Nona dimana sopan santunmu!" suara yang semakin keras, Naruto makin linglung. Menghiraukan rasa sakit berdenyut di kepalanya ia kembali mengadahkan wajah. Menatap takut pria raven yang kini menguarkan aura kemarahan.
"E-ee ma-maaf Tuan, aku tidak sengaja!" dalam kondisi panik. Perbuatan gadis Uzumaki itu malah menjadi-jadi, melihat laki-laki raven itu mengusap kepalanya yang sakit. Dia jadi ikut-ikutan mengusap kepala sang empunya.
Astaga! Naruto kendalikan sikapmu!
"Apa yang kau lakukan?!"
"E-ee maaf tadi aku menyundul kepalamu, Tuan! Sini aku hilangkan sakitnya." Dikiranya laki-laki itu anak kecil, tindakan usap mengusap yang sering ia lakukan pada Kurama adiknya sekarang di terapkan pada orang di dekatnya.
Sosok itu terdiam, membeku, entah merasa harga dirinya tercoreng atau apa. Tapi tangan tan yang mengusap kepalanya semakin lama semakin tidak terkendali. Karena panik Naruto tidak memperhatikan sekitar, tidak melihat sama sekali secangkir kopi yang berada di dekat meja.
Kini hampir terkena sikut tangannya. Pikiran yang fokus pada pria di dekatnya, tanpa sengaja menyikut kopi hangat di sana.
Suara cairan hangat yang jatuh dan dentingan cangkir yang membentur meja bisa ia dengar dengan jelas. Tetesan kopi berwarna hitam pekat perlahan mengalir hingga akhirnya tanpa bisa ia hentikan.
"U-uwa! Ma-maaf Tuan!"
Cairan kopi tepat mengenai celana dan pakaian kerja yang di kenakan pelanggannya. Matanya terbelalak kaget. Keringat dingin keluar dengan mulusnya. Hancurlah kehidupan cintanya sekarang! Bagaimana bisa dia membuat sosok yang di sukainya terkena bencana seperti ini!
Laki-laki itu masih tidak merespon, Naruto makin panik mengambil sapu tangan di sakunya dan membersihkan celana serta baju yang terkena noda kopi tadi.
"Kau," nada baritone yang kembali terdengar.
"A-akan saya ganti-eh-maksudnya akan saya bersihkan pakaian anda, Tuan!" merasa tidak mungkin mengganti pakaian yang terlihat mahal itu, jadi lebih baik membersihkannya saja cukup.
Dengusan remeh mengalun di telinganya, pria itu menatapnya tajam. Menghentikan kegiatan tangannya dengan cengkraman kuat.
Sedikit membuatnya meringis sakit, "Kau bersihkan pakaianku tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula."
Nada tegas itu menyentakkan kekagetannya. "Ta-tapi aku bisa membersihkannya sampai noda itu hilang, Tuan. A-aku janji akan membersihkanya sampai tuntas! Aku janji!" ujarnya takut.
Sosok di hadapannya terdiam sesaat. Memperhatikannya dari atas sampai bawah. Sampai akhirnya dia bangkit tanpa bicara apapun.
"A-aa Tu-tuan, bagaimana dengan pakaianmu?!" mengejar sosok yang hendak pergi dari restaurant itu, saat ia merasakan genggaman kuat di pergelangannya.
"Ikut aku."
"Eh? Ke-kemana?!"
"Bersihkan pakaianku, dan kau akan kubebaskan dari tuduhan pencemaran atas penampilanku."
Sweatdrop, sepertinya baru kali ini dia dengar pencemaran atas penampilan. Biasanya juga pencemaran atas nama baik kan?
"Ta-tapi pekerjaanku," berniat mengelak.
"Pilih pekerjaanmu atau tempat ini kubeli, jadi kau tidak bisa bekerja di sini lagi?"
Astaga, pria di hadapannya benar-benar sadis. Masa hanya menjatuhkan kopi di pakaian mahalnya, dia sampai mengancam akan membeli restaurant ini?! Seberapa kayanya dia?!
Tidak ada pilihan lain lagi, bahkan dia mau meminta tolong pada bosnya pun. Sosok berbadan besar itu sudah melambaikan tangan tanda perpisahan dengannya.
Aish, senang sih senang bisa dekat-dekat dengan sosok yang ia suka. Tapi bukan begini caranya!
.
.
.
.
.
Diam di dalam mobil, duduk di belakang karena laki-laki raven itu seolah akan memakannya kalau ia ikut duduk di depan. Naruto menangis dalam hati, kenapa harinya bisa sesial ini? Pasti sosok itu membencinya sekarang. Siapa yang tidak benci dengan orang yang tiba-tiba saja membawa bencana untuknya, di tambah lagi menyundul, dan menjatuhkan kopi ke pakaian.
'Huhu, Kuu tolong kakakmu ini. Kenapa aku selalu gagal dalam percintaan!' membatin, menatap keluar jendela, merenungi nasibnya. Sedikit melirik ke arah sosok di depan sana dari kaca kecil depannya.
Sekali-kali melihat smartphonenya, seperti menerima pesan.
'Itu pasti pacarnya, atau jangan-jangan istrinya?!' tidak berani membayangkan, wajah Naruto bertambah horror saat menangkap senyuman tipis sosok itu keluarkan.
Senyuman! Catat, selama ia datang ke tempat bekerjanya, tidak pernah sekali pun Naruto melihat senyuman tipis itu!
'Pasti kekasihnya, wajar saja wajah sudah keren, usianya pun cukup matang kalau bisa kutebak dia-dia-dia pasti sudah-sudah menikah! Aaaa!' mendadak frustasi. Naruto segera menjambak rambut pirang panjangnya gemas.
Dia patah hati lagi.
.
.
.
.
Benar kan apa yang ia pikirkan! Setengah teriak plus jambak rambut dalam hati. Setelah turun dari dalam mobil mewah laki-laki itu. Ia kini berdiri di depan pintu apartement mewah yang bisa di tebak hanya orang-orang berada lah yang mampu menyewanya.
Menganga kaget, bagaimana bisa dia menumpahkan kopi pada pakaian orang kaya seperti ini. Untung aja tadi perkataannya yang bilang akan mengganti pakaian sudah di ganti dengan membersihkan.
Bahkan dia mulai ragu sendiri. Bisa di lihat dari tubuhnya yang tidak bergerak sejak tadi. Membiarkan suara pintu coklat di sana terbuka, dan sosok raven itu berjalan masuk ke dalam apartement.
'A-aku harus masuk ke sini kan?' masih bertingkah polos. Pendengaran tajamnya kini mendengar suara baru lagi. Dari dalam ruangan itu.
Se-seperti suara anak kecil. Ya suara anak kecil cempreng yang membahana bahkan sampai keluar dari ruangan. Terdengar semakin jelas, Naruto bertambah horror, bibirnya bergetar di sertai kepala yang menggeleng tidak percaya.
'I-itu pasti suara hantu-suara hantu kecil! Bukan anak kecil sama sekali!' tidak rela menerima kenyataan tepat saat kedua bola mata sebiru langit itu menangkap dengan sangat jernih sosok mungil yang berlari memeluk kaki laki-laki raven di hadapannya.
"Cacuke balik yeei!"
Hatinya di remas-remas, di blender, di jadikan jus, dan di buang begitu saja. Tebakannya benar! Astaga!
Panik sendiri, parno ternyata dia suka sama orang yang sudah punya anak! Astaga sejak kapan dirinya jadi suka om-om ganteng?!
'Hancur, hancur semua cintaku selama beberapa bulan ini,' mendadak mellow, ingin menangis saat ini juga tapi tentu saja di tahan. Gengsi menghentikannya bertindak memalukan. Ia harus tahan. Nanti saat pulang ke rumah baru dia akan menangis sekencang mungkin.
Ini salah laki-laki di hadapannya! Siapa yang suruh lahir dengan wajah tampan nan menggoda seperti itu?! Kan Naruto jadi suka! Salahnya orang itu kan?! Dirinya hanya gadis polos yang sering kesambet cinta monyet, di sini dia sebagai korban! K-O-R-B-A-N!
Om-om ganteng.
'Huhu-Ibu Ayah Kuu, aku patah hati.' Benar-benar patah hati. Semangatnya langsung turun seketika. Nafsunya yang tadi sedikit menggebu-gebu jadi luntur.
"Kok Cacuke lama pelginya? Hikalu jadi kecepian di cini," memperhatikan dengan sakit hati sosok mungil dengan rambut raven terikat dua, tampak manis, imut dengan perkataan cadelnya. Memanggil pria raven itu dengan sebutan 'Sasuke' mu-mungkinkah itu panggilan special buatnya? Panggilan khusus untuk putri pada ayahnya?
"Sudah berkali-kali jangan memanggilku Sasuke, Hikaru." Nada suara melunak, beda sekali dengan suara yang sempat di berikan padanya.
Batu besar makin menimpa kepala Naruto.
'Iya jangan panggil Sasuke, panggil ayah baru benar.' Entah kenapa dia jadi monolog dalam hati.
"Bialin Hikalu cuka manggil Cacuke, kan Hikalu cayang Cacuke!" dengan boneka kelinci di pelukannya, gadis kecil itu memperlihatkan senyuman manisnya.
Naruto gemas minta ampun. Otaknya tambah error.
"Hn, baiklah." Mengacak surai raven itu, memberinya kecupan kening tanda sayang. Jantung Naruto mendadak berhenti.
Terlena sedikit melihat adegan sayang-sayang anak dan ayahnya. 'Aku-aku tidak boleh mengganggu keluarga mereka, aku tidak boleh jatuh cinta padanya lagi. Tidak boleh! Kau harus tahan Naruto! Huhu tahan!' berteriak lebay, di pikirannya kini sudah terbayang bagaimana cantiknya istri sang raven.
Wanita anggun dengan balutan gaun yang menambah kesan cantik, jangan lupakan tatanan rambut yang bergulung-gulung layaknya putri bangsawan kaya.
Ti-tidak sepertinya, gadis kuliahan yang bekerja di restaurant gara-gara gaji besar dan keinginan dapat kue gratis saat pulang.
"Masuklah, jangan diam di sana terus. Aku tidak ingin kau menimbulkan gossip aneh di sini."
Di tusuk jarum besar, makjleb sekali. 'Hua, dia pasti tidak ingin kalau tetangga salah paham dengan kedatanganku.'
Mengangguk patah-patah dan berjalan dengan enggan masuk ke dalam apartement. "I-iya," mungkin hari ini ia terakhir mengenal dan jatuh cinta pada sang raven. Om-om ganteng yang sempat membuatnya terlena.
Sial!
Dasar Om-Om ganteng PHP!
Bersambung-
Fic khusus untuk Neesanku tercintah aka Mushi-neesan :) Hikaru terima tantangan Neesan dengan buat fic SasuFemNaru pesenan Neesan. Setelah lewat satu tahun tidak nulis, Hikaru kembali lagi. Mohon bantuannya bagi Senpai-senpai. Semoga suka dengan fic SasuFemNaru pertama Hikaru, kalau gaje maklumin ya ehehe :D
Arigatou karena Mushi-neesan udah mau buat hadiah ultah Hikaru, cerita yang bagus plus ending gantung di akhir bikin greget huaha. Sekarang giliran Hikaru yang kasi Hadiah.
Untuk Nextnya akan di update saat ulang tahun Mushi-neesan tanggal 31 nanti, jadi di tunggu ya. Semoga ada yang nungguin :') maaf kalau humornya rada garing ehehe :D
.
.
.
Mind To Riview?
See You Next Chap~
Hikaru Reisa
Log Out.
