A/N : Akhirnya bisa buat fic juga. Fiuh, senangnya. Haha. Ini fic pertama aku, jadi mohon bantuannya ya senpai-senpai sekalian. Kalau ada kesalahan ataupun ketidaknyamanan saat baca fic ini mohon maaf karena aku juga baru belajar. Oke, sekarang aku persembahkan *halah* fic pertamaku…

Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei

Pair : NaruHina

Warning : AU, OOC, Typo (maybe), lebay, aneh, dan yang lainnya.

Kalau anda tidak menyukai fic milik saya silahkan meninggalkan fic ini dengan cara meng-klik tombol back yang tersedia dilayar monitor anda. #pletak *bahasanya sok banget *

Kalimat diatas sudah jelas kan? So, jangan Flame fic ini ! ^^

Protection

Tiinnn!

"Gyaa!" Suara klakson mobil terdengar keras disertai teriakan seorang pemuda mengisi jalanan yang lumayan padat itu. Mobil itu menabrak pemuda yang sedang menyebrang jalan. Pemuda itu terlempar satu meter dari mobil yang sekarang berhenti mendadak, ini dikarenakan lampu lalu lintas yang untuk pejalan kaki rusak dan pemuda itu tidak mengetahuinya.

Pemuda yang tertabrak mobil tadi sekarang terbaring tidak berdaya, darah segar jatuh dari pelipisnya. Rambut pirangnya terkena cairan merah kental itu. Guratan-guratan halus di pipinya terkena bercak darah. Mata biru cerahnya mengerjap tidak percaya dan semakin lama cahaya biru cerah itu meredup bersamaan dengan kelopak matanya yag tertutup, seragam sekolahya sudah kotor dan berlumuran darah, tasnya juga terjatuh disampingnya.

Orang-orang disekelilingnya berteriak minta tolong, ada juga berteriak histeris melihat kejadian itu. Akhirnya ambulans datang menolong pemuda berambut pirang itu.

_Protection_

Terlihat sepasang suami istri yang sangat cemas dan khawatir sedang menunggu didepan ruang UGD. Wanita berambut merah panjang itu tidak henti-hentinya menangis, mata hitam keabu-abuan-nya sudah merah akibat dari tangisanya. Dia menangis dipundak pria berambut pirang sedikit panjang, bermata biru cerah –seperti pemuda tadi- tapi tidak memiliki guratan dikedua pipinya. Pria itu mendekap istrinya berusaha untuk menenangkannya dan juga berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.

Seorang wanita berambut pirang dikuncir dua keluar dari ruang UGD itu. Lalu, ia menghampiri pria dan wanita yang berada tepat disamping pintu UGD. Pria itu menyadari ada seseorang yang keluar dari UGD.

"Bagaimana Tsunade-san?" Tanya pria tadi.

"Tenang keadaan Naruto sudah membaik, mungkin sebentar lagi ia akan sadar." Suara Tsunade –wanita berambut pirang- menenangkan Minato dan Kushina –suami dan istri itu bernafas lega.

"Terima kasih Tsunade-san sudah menyelamatkan Naruto." Ucap Kushina cairan bening itu masih mengalir dari matanya. Ia dan suaminya sangat khawatir dengan anak tunggalnya itu yang bernama Naruto –pemuda yang sekarang berada di UGD karena kecelakaan tadi pagi.

"Iya tentu saja, ini sudah kewajibanku. Lagipula Naruto sudah kuanggap menjadi cucuku sendiri." Tsunade tersenyum kepada Minato dan Kushina.

"Arigatou Tsunade-san." Minato terseyum lega, dia dan Kushina menundukkan kepala sedikit. Tsunade pamit kepada mereka dan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu katanya ada beberapa yang harus diurus dan juga katanya mereka boleh melihat keadaan Naruto sekarang.

_Protection_

Naruto POV

Aku membuka mataku perlahan. Disini terang sekali, aku mengunakan tangan kananku untuk melindungi mataku dari intensitas cahaya yang sangat meyilaukan ini. Aku mengerjapkan mataku. Dan disini tidak ada apa-apa, yang kulihat hanya putih… yah putih. Sejauh mataku memandang hanya warna itu saja yang aku lihat. Aku menaikkan sebelah alisku heran. Kenapa aku bisa ada disini?

'Naruto…'

"Eh, siapa itu?" Sepertinya aku mendengar suara.

'Naruto…'

Aku menoleh kebelakang, sepertinya suara itu berasal dari sana.

"Kau siapa?" Tanyaku. Aku tidak menemukan siapapun, tapi aku yakin tadi suara itu berada di belakang ku.

'Naruto… Tolong lindungi putriku…'

"Apa maksudmu? Kenapa kau bisa tahu namaku?" Ujar kepada suara yang aku tidak tahu berasal dari siapa. Kenapa dia bisa tahu namaku, pikirku dalam hati.

'Tolong lindungi putriku…'

Tap tap tap

Siapa itu? seorang wanita menghampiriku, matanya yang berwarna ungu keabu-abuan itu terlihat sedih. Wajahnya sangat sendu.

'Tolong lindungi putriku.'

"Aku tidak mengerti?" Ada apa ini sebenarnya, aku bingung.

Wanita itu melangkahkan kakinya mendekatiku. Lalu, tanpa seizinku dulu ia menyentuh tanganku. Saat ia menyentuh tanganku, aku seperti merasakan getaran yang hebat seolah-olah wanita itu mengalirkan sesuatu ketanganku dan berangsur-angsur keseluruh tubuhku. Ada apa ini? Sekarang di tubuhku seperti ada sesuatu yang mengalir dengan cepat. Aku melihat tanganku yang sekarang digenggamnya. Lalu, melihatnya yang sekarang tepat berada di depanku.

'Tolong lidungi dia.. putriku.. Hinata..'

Deg !

End Naruto POV

Normal POV

Deg !

Naruto membuka matanya, disampingnya sekarang sudah ada Minato dan Kushina. Kushina langsung memeluk Naruto.

"Naruto, kau ini membuat kaa-san dan tou-san cemas saja!" Ujar Kushina kesal sekaligus lega setelah melepaskan pelukannya, dia tersenyum senang sambil mengelus pelan rambut pirang Naruto.

"Kaa-san.." Ucap Naruto lirih, ia melihat kesamping kaa-san nya."Tou-san.." Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Kau sudah sadar. Lebih baik istirahat dulu," Ucap Minato yang ada disamping kanan ranjang Naruto. "Syukurlah kau tidak apa-apa Naruto." Lanjutnya dia juga tersenyum senang.

Naruto masih melihat kedua orang tuanya. Dia tidak bisa berbicara banyak lagi dan kesulitan menggerakkan tangannya, tubuhnya seakan tidak mau menuruti perintahnya. Saat Naruto melirik kesamping kiri ranjangnya terdapat seorang wanita bermata ungu keabu-abuan sedang menatapnya sendu.

"Tolong lindungi dia, Naruto."

Wush..

Setelah selesai mengucapkan kalimatnya tadi wanita itu menghilang dalam sekejab meninggalkan angin dingin yang menerpa wajah tampan Naruto. Naruto melihatnya tidak percaya, alisnya bertautan.

"Melindungi.. dia…" Lirih Naruto sangat pelan dan tidak terdengar oleh Minato juga Kushina.

_Protection_

"Ternyata orang seperti kau bisa kecelakaan juga ya, Dobe." Ujar pemuda berambut hitam dengan mata hitamnya memandang pemuda berambut pirang –yang sekarang tengah terduduk di ranjangnya- dengan tatapan mengejek.

"Teme, apa-apaan kau. Sahabatmu sedang sakit malah diejek seperti itu." Balas Naruto –pemuda pirang itu- memajukan bibirnya. Di kepalanya dibalut perban, di kedua tangannya juga dibalut perban, lalu kaki kirinya juga sama.

"Sudahlah Sasuke-kun, Naruto. Kalian ini seperti anak kecil saja." Seorang gadis berambut merah muda sebahu melerai mereka –Naruto dan pemuda berambut hitam, Sasuke.

"Sakura-chan, kenapa kau membela Teme. Jahat sekali." Ucap Naruto memalingkan wajahnya kearah jendela.

"Naruto kau ini, aku tidak membela siapapun diantara kalian." Sakura –gadis itu- berkacak pinggang. Memang susah kalau melerai sahabatnya yang sudah bertengkar dan merajuk seperti ini, pikir Sakura. Sebenarnya mereka bertiga –Naruto Namikaze, Uchiha Sasuke, Sakura Haruno- bersahabat sejak kecil. Setelah tahu bahwa Naruto kecelakaan kemarin pagi. Besoknya setelah pulang sekolah Sasuke dan Sakura menjenguk Naruto.

"Hn." Sasuke memasang wajah datarnya, ia menaikkan sebelah alisnya. "Kau tidak membelaku Sakura." Dia menatap Sakura.

"Tentu saja, Aku membelamu Sasuke-kun. Tapi, sebaiknya kalian jangan bertengkar seperti itu. inikan rumah sakit bukan arena tinju. Dan, Naruto sebaiknya kau istirahat dulu." Sakura mencari-cari alasan yang tepat. Lalu, menoleh menatap Naruto yang sedang memandang jauh keluar jendela. Sasuke juga ikut menatap Naruto.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Gumam Naruto pelan nyaris tidak terdengar tapi masih bisa didengar Sasuke dan Sakura. Wajahnya kelihatan heran, bingung, dan seperti… takut.

"Kenapa Naruto?" Tanya Sakura heran. Sasuke juga memandang Naruto heran.

"Eh.. tidak apa-apa kok." Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya, tersenyum lebar kepada sahabatnya.

"Sudah sore, kami pulang dulu ya Naruto." Pamit Sakura kepada Naruto. Tersenyum padanya lalu, berjalan keluar pintu diikuti Sasuke dia juga tersenyum tipis padanya. Matahari juga sepertinya ingin meninggalkan singgasana nya, cahaya oranye berpadu dengan kuning masuk melalui celah-celah jendelnya.

"Hm.." Jawab Naruto melihat kearah jendela lagi. Melihat sesuatu yang tidak biasa dilihatnya.

Sasuke dan Sakura hanya berpandangan bingung atau lebih tepatnya Sakura saja yang kelihatan bingung dan khawatir sedangkan Sasuke tetap mempertahankan wajah datarnya tapi, didalam hatinya dia heran dan khawatir juga melihat sahabatnya yang heboh dan juga bodoh itu –menurut pandangan Sasuke- sesekali terdiam dan tidak menanggapi perkataanya tadi. Naruto malah asyik memandangi keluar yang bahkan tidak ada satu orang pun diluar sana.

"Ada apa dengan Naruto ya? Kau tahu Sasuke-kun?" Ucap Sakura setelah mereka keluar dari ruang rawat Naruto, dia memandang Sasuke yang kini sedang berjalan disampingnya.

"Hn, tidak tahu." Jawab Sasuke melihat lurus kedepan dengan wajah datar.

"Jawabanmu selalu saja singkat," Sakura menggembungkan kedua pipinya cemberut.

Dalam hati Sasuke terkekeh melihat teman semasa kecilnya itu tengah menggembungkan kedua pipinya. Tersenyum tipis padanya.

"Mungkin Naruto masih shock karena kecelakaan kemarin." Lanjut Sasuke, dia berhenti berjalan menatap gadis berambut merah muda yang kini ikut berhenti dan menatapnya.

"Mungkin saja." Jawab Sakura tersenyum riang kembali melangkahkan kaki jenjangya kedepan bersama Sasuke.

_Protection_

Naruto POV

Apa ini.. apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa setelah kecelakaan kemarin, aku jadi sering melihat hal aneh seperti ini? Aku melihat jauh keluar jendela, ada taman kecil disana. Disana ada wanita yang sedang menundukkan kepalanya disamping pohon besar disebelahnya.

Aneh, saat aku bertanya apakah Sasuke dan Sakura-chan melihat wanita itu? mereka jawab mereka tidak melihat apa-apa. Ini sungguh aneh. Dan yang paling membuat aku takut adalah wanita itu transparan.. yah betul, sekali lagi aku tekankan wanita itu TRANSPARAN.

Oh, tidak wanita itu menatapku, wajahnya terlihat sendu. Segera saja aku menutup korden jendelaku karena jarak ranjang dan jendela dekat aku bisa langsung menutupnya tanpa berdiri menghampiri jendela tersebut. Jantungku berdegup kencang memikirkan hal tadi.

Tidak… tidak... mana mungkin ada hantu di siang bolong seperti ini. Daripada di bilang hantu atau yang lainnya, wanita itu lebih mirip roh. Eh, tapi apa bedanya hantu dengan roh? Haha.. dunia benar-benar sudah gila. Apa sekarang aku bisa melihat roh atu semacamnya? Hah, tidak mugkin hal seperti itu ada.

Aku membaringkan tubuhku, menarik selimut hingga menutupi wajahku.

Dimana sih kaa-san nya? Katanya ingin mengambil pakaiannya tapi kenapa lama sekali? Dan juga, tou-san nya kenapa dia kerja terus. Apa dia tidak mengkhawatirkan anaknya?

Sebenarnya tidak apa-apa sih tinggal sendiri disini. Tapi, tidak dengan keadaan seperti ini. Melihat roh yang bergentayangan diluar dan mungkin bisa ada dimana-mana!

"Huwaa.. aku ingin cepat-cepat pulang." Teriakku frustasi.

Eh.. aku jadi teringat mimpi itu. Jangan-jangan wanita tadi.

Aku membuka korden jendela yang tadi sempat aku tutup. Melihat ke arah pohon besar jauh didepanku. Aku terkejut,

Wanita itu.. menghilang….

'Tolong lindugi dia.. putriku Hinata..'

Aku jadi teringat mimpi setelah kecelakaan kemarin. Mimpi aku bertemu seoarang wanita paruh baya dangan wajah sendu.

DEG !

Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang mengingat nama yang disebutkan wanita itu.

"Hinata.." Ucapku pelan. Aku menyentuh dadaku lalu, mencengkeram dadaku sekaligus baju rumah sakit yang aku pakai. Kenapa jantungku jadi berdegup kencang seperti ini?

Perasaan apa ini?

End Naruto POV

_Protection_

Normal POV

Naruto tengah berjalan senang ke sekolahnya, ia menuju ke kelasnya. Naruto memakai seragam yang sedikit berantakan dengan kemeja putihnya yang sedikit keluar, dasi merah kotak-kotak yang sengaja di longgarkan, dan celana merah kotak-kotaknya. Sesekali ia menyapa orang-orang disekitarnya atau menjawab sapaan dari mereka.

'sudah satu minggu lebih tidak sekolah. Ternyata di rumah saja membosankan,' Pikir Naruto dalam hati. 'Dan lagi semenjak kecelakaan itu sering terjadi keanehan. Seperti..' Dia menoleh kebelakang, disana tepatnya dilapangan sekolah terdapat kakek-kakek tua yang sedang menyapu lapangan itu. Dan yang lebih membuat dia merasakan bulu kuduknya berdiri adalah KAKEK ITU TRANSPARAN. Atau bisa kita sebut dia itu roh. Naruto selalu saja takut pada hal tersebut. Walaupun sudah seminggu setelah kejadian dimana ia kecelakaan lalu, setelah itu dia jadi bisa melihat roh. Tetap saja ada rasa takut yang membesit dihatinya melihat hal tersebut.

"Sudahlah tidak usah dipikirkan" Gumam Naruto berusaha untuk tidak menghiraukan apa yang ia lihat lalu, berjalan menuju kelasnya.

_Protection_

"Ohayou!" Ucap Naruto memasuki kelasnya.

"Ohayou, wah Naruto kau sudah sembuh." Ujar pemuda berambut mangkok mengkilat.

"Tentu saja." Ucap Naruto menghampiri Lee –pemuda berambut mangkok tadi- yang sedang duduk dibangku dekat jendela.

"Aku kira orang sepertimu tidak bisa sakit." Celetuk pemuda berambut coklat dengan segitiga terbalik sedang berdiri disamping Lee.

"Huh, dasar. Lagipula aku ini mengalami kecelakaan bukannya sakit." Naruto kini sudah sampai dimeja tempat Lee, Kiba –pemuda berambut coklat-, dan teman-temannya yang lain.

"Naruto, lihat dirimu. Kau seperti zombie saja." Gadis berambut pirang dikuncir satu itu menghampiri Naruto dibelakangnya ada gadis berambut coklat cepol dua juga gadis berambut merah muda.

"Hei, kalian ini bukannya mengkhawatirkanku malah mengejekku. Ini sakit tahu." Ucap Naruto sambil memperlihatkan perban yang ada di tanganya juga plester yang menempel di pipi kanannya.

"Oh ya Naruto disini ada murid baru loh." Ucap Sakura –gadis berambut merah muda.

"Iya, dia itu sepupu Neji." Tenten –gadis bercepol dua– menganggukkan kepalanya.

"Kau ini kalau berbicara Neji pasti semangat." Ujar Ino –gadis dikuncir satu– pada Tenten yang sekarang berada disampingnya sedang senyum-senyum sendiri.

"Apa sih!" Balas Tenten tidak menghiraukan perkataan Ino. Pipinya sudah bersemu merah dan dia terus saja senyum-senyum sendiri lagi. Mereka semua hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sakura-chan, Sasuke dimana?" Tanya Naruto pada Sakura, ia melangkah menuju mejanya yang berada di samping meja Lee. Naruto mendudukkan dirinya di bangku yang sudah lama ia idak duduki itu.

"Katanya Sasuke-kun sedang di perpustakaan." Jawab Sakura.

"Oh, lalu mana murid barunya?" Tanya Naruto lagi.

"Dia disampingmu Naruto, kau ini gimana sih?" Jawab Sakura menunjuk bangku sebelah Naruto.

"Eh.." Naruto menoleh kearah sampingnya, yang kini ada seorang gadis berambut biru tua dengan mata ungu keabu-abuan sedang fokus membaca buku. Sepertinya dia tidak sadar ada orang yang duduk sampingnya.

Gadis itu menoleh pada Naruto yang kini tengah memadangnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

"Um, sa-salam kenal. Namaku Hinata Hyuuga." Ucap gadis itu yang bernama Hinata, ia sedikit membungkukkan badannya. Dia gugup dilihat terus dengan pemuda yang ada disampingnya dengan jarak sedekat ini.

Deg !

Perasaan ini kembali lagi.

To Be Continued

Terima kasih sudah mau membaca fic aneh ini. #sambil bungkuk-bungkuk.

Hah, selesai. Mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau fic-nya jelek. Haduh, ternyata bikin fic tidak semudah dengan apa yang aku bayangkan, Tapi aku akan terus berusaha. Yosh! Semangat!

Oke, yang terakhir aku minta review-nya ya dari senpai-senpai yang baik ini. #pasang wajah memelas

REVIEW OK !

.'.Ghifia Kuraudo.'.