Disclaimer: BoBoiBoy hanya milik Monsta.
Tidur Lantai
Lanjutan dari Obat Pahit
Berdasarkan dialogue prompt dari tumblr.
Taufan perlahan-lahan membuka matanya. Terlalu berat. Tangannya terangkat untuk mengucek kedua matanya itu. Ia baru bisa melihat dengan lebih jelas setelah mengedipkan matanya beberapa kali.
Dan, tebak apa yang menyambut Taufan begitu ia membuka matanya?
Wajah polos Thorn—yang terlihat menyeramkan untuk Taufan sekarang.
"HUWAAAA!"
"Eh, mamak! Mamak!"
Mereka hening sejenak setelah keributan yang tiba-tiba itu—terima kasih pada Taufan.
"Astaga, Thorn." Taufan menghela napas lelah. "Kamu ngagetin aja deh."
"Habisnya kamu aneh sih."
"Aneh kenapa?" tanya Taufan seraya mengangkat alisnya.
"Ini sudah ketiga kalinya kamu tidur di lantai hari ini lho."
"Ha?"
Setelah Thorn berkata seperti itu, Taufan baru sadar sedari tadi ia berada di lantai. Tunggu, tunggu. Sejak kapan ia ada di lantai? Kayaknya dia tidur di atas kasur pertama kali? Tunggu, tunggu. Ini kan kamarnya, kenapa Thorn masuk ke sana? Dan, apa tadi dia bilang? Dia tiga kali tidur di lantai? Tunggu, tunggu. Apa sih?
"Kenapa aku ada di lantai?!" seru Taufan tiba-tiba mengungkapkan keterkejutannya.
"Pokoknya udah tiga kali aku ketemu kamu tidur di lantai hari ini. Kenapa kamu pengen banget sih tidur di lantai? Aku tuh gak ngerti. Bukannya lebih nyaman di kasur? Bukannya di lantai lebih dingin ya? Nanti kamu tambah sakit lho. Lagian kasihan Gempa harus—"
"Bentar, bentar," potong Taufan dengan wajah bingung. "Aku terakhir kali tidur di kasur kok. Kenapa aku bisa di lantai?"
Thorn mengangkat pundaknya. "Mana aku ta—" Sayangnya, perkataannya lagi-lagi dibalap oleh Taufan.
"Tunggu, tadi kamu bilang kasihan Gempa kenapa?"
"Oh! Kamu gak sadar ya?" Thorn malah balik bertanya. "Gempa terus ngecek kamar kamu—aku ikutan—dan dia udah nemuin kamu tidur di lantai dua kali. Jadi dia angkatin kamu ke—"
"HAH? APA?"
Thorn harus mengelus dada sabar menanggapi Taufan sepertinya. Kenapa perkataannya itu selalu dipotong? Apa Thorn kurang baik hati? Apa bunga mawarnya kurang kasih sayang sampai dia akhirnya diam-diam mengutuk Thorn?
"Gak tau deh," ujar Thorn akhirnya. "Tanya aja sama Gempa." Thorn bangkit dari posisi jongkoknya itu lalu berjalan ke pintu kamar. "Cepat sembuh, ngomong-ngomong. Ada makanan favoritmu menunggu."
Dengan itu, Thorn meninggalkan Taufan yang masih kebingungan.
Welp, aku gak tahu harus nulis Thorn kayak gimana.
