Alternate universe on going for SasuGaaHina. Naruto copyright by Masashi Kishimoto. T-15+, School : This chapter might include hard contence of adult materials.
.
.
If we don't end war, war will end us. So, don't start some war in here.
.
.
Go To Blaze!
Semuanya tak pernah memuaskan kalian. APA YANG KALIAN MAU?
Semua yang kalian lakukan itu sampah. Bahkan kalian sendiri juga sampah.
Brengsek. Berani-beraninya kau menyentuh milik orang lain?
Semua kata-kata betul menumpuk di permukaan saja. Karena bahkan kami sendiri tak peduli apa kata orang. Tidak usah pakai mulut, gunakan saja tangan dan kakimu. Tunjukkan pada kami kekuatan kalian. Karena kami sama sekali tidak memusingkan omongan kalian semua.
.
.
At eight A.M in Konoha High.
.
.
Sorak marai menyelubungi kepadatan siswa-siswi yang berada di lapangan Konoha High. Hari itu hari pertama penerimaan murid baru. Suasananya tercipta hangat dan nyaman. Banyak kakak kelas sedang mengamati beberapa adik kelas yang baru masuk, mencari salah satu yang termanis untuk digoda. Ataupun sebaliknya, para murid baru itu melirik sana-sini, berharap menemukan seseorang yang akan mereka puja. Bunga sakura, sebagaimana pertanda musim semi Jepang pun menghujani seisi sekolah. Seakan menyalami, memberi selamat untuk satu langkah yang baru. Karena bagi sebagian orang, inilah masa-masa baru setelah meninggalkan Junior High. Semuanya harus menyenangkan.
Yeah. Seharusnya.
Beberapa murid yang jeli sebenarnya malah ingin lari dari sekolah baru ini. Sepertinya mereka ketakutan. Kalau ditilik dari lirikan ngeri itu, bersumber pada dua anak lelaki yang berpakaian layaknya murid baru. Blazer putih, kemeja hitam, semuanya sama saja dengan lainnya. Walaupun pakaian itu sudah tak beraturan bentuknya. Sebagian kemeja sudah keluar, kancing terbuka dua buah. Satu di antaranya berambut biru langit malam. Lalu seorang lagi dengan rambut campuran merah marun menyala. Di atas papan nama mereka tertulis, Uchiha Sasuke- Sabaku Gaara.
.
.
Apa masalahnya dengan mereka? Itu pula yang berada di pikiran salah satu gadis di depan jendela kelasnya- mengarah pada lapangan- termenung menyadari tatapan aneh dari sekeliling dua pemuda tadi. Kenapa dia merasakan firasat buruk? Kenapa sepertinya ada sinyal-sinyal aneh berdengung di kepalanya? Siapa mereka?
.
.
GEBRAK!
.
.
Gadis itu terlonjak penuh rasa kaget. Suara apa itu? Dari bawah juga? Begitu tersirat di wajahnya yang memiliki iris dedaunan. Ditengoknya kembali lapangan yang kini menyisakan bentuk lingkaran dengan tiga pemuda di bawahnya. Dua di antaranya sepertinya dua pemuda yang tadi. Dan satu lagi adalah kakak kelas-seangkatan dengan gadis tersebut- yang sepertinya dia kenal benar. Gadis itu ternganga kali ini. Tapi dia tidak diam seperti sebelumnya. Dia langsung berlari keluar dari kelasnya yang notabene berada dari lantai tiga.
.
.
"Tak usah kau permasalahkan lagi yang dulu, hn?" suara Sasuke mendendangkan nada tak menyenangkan pada pemuda di hadapannya juga Gaara. Orang itu memancarkan kekesalan luar biasa terlihat dari raut wajahnya.
"Brengsek! Mengapa kau lakukan itu padanya, hah?" Orang itu angkat bicara. Tangannya kini merenggut bagian kerah kemeja Sasuke. Sasuke menepisnya kasar. Dibetulkannya kerahnya yang jadi kusut. Dengan gaya yang menunjukkan seolah-olah dia jijik. Gaara sendiri malah melipat lengan. Menunggu di samping Sasuke tak sabar.
"Sasuke, sudahlah, habisi saja dia sekarang. Aku muak mendengar rengeknya."ucap Gaara.
"Kalau kau mau, silakan."balas Sasuke acuh tak acuh.
"Hmm.. Boleh. Ayo sini, landak bule!"teriak Gaara semangat kepada pemuda di hadapannya.
"STOOOOP!"
Ketiga pemuda siap tempur itu berhenti mendadak. Dua diantaranya tentu saja Uchiha dan Sabaku. Satu orang lainnya sepertinya salah satu kakak kelas. Pemuda yang sebelumnya merenggut kerah baju Sasuke. Sepertinya dia mengenal Uchiha dan Sabaku. Mungkin pacarnya salah satu korban kebengisan SS (SasuSaba) di masa Junior High. Kalian mau tahu apa yang mereka lakukan? Coba kita kembali pada kehidupan Sasuke dan Gaara di masa-masa junior high mereka. Tepatnya di musim panas satu tahun yang lalu.
.
.
At Suna Junior High (PAST).
.
.
"Jang.. Jangan… Hiks, hiks.."Air mata terus menuruni wajah putih milik gadis berambut panjang kuning terang di hadapan SS. Sementara keduanya hanya diam –bukan diam dalam berarti gerakan, hanya mulut mereka yang diam- terus melakukan kegiatan mereka yang tak akan habis itu. Uchiha sibuk menjilati nipple gadis yang berada di atasnya. Posisi pemuda itu duduk dengan gadis tadi duduk –atau lebih tepatnya setengah menungging- di atas Sasuke. Kedua lengan gadis itu diikat menggantung di atas kepala Sasuke. Sembari menjilati nipple-nya, Sasuke juga memasangkan sebuah sextoy yang menjepit keduanya. Di belakang gadis itu, Sabaku menjilati rectum-nya. Menekannya lebih lebar dengan dua tangannya. Memasukkan sebuah dildo yang memiliki fungsi getar ke dalamnya. Gadis itu sendiri sudah telanjang. Di sekujur tubuhnya penuh dengan tanda kemerahan, dan bekas sabetan. Sepertinya dibuat oleh SS. Gadis itu terus menangis. Matanya sembab. Menyesali kebodohannya yang mau saja terpikat dengan rayuan SS yang sekarang lebih tepat dikatakan berhubungan dengannya secara paksa. Gadis itu memang mengagumi dua orang ini, tapi dia tidak mau mereka berbuat seenaknya pada tubuhnya. Bahkan, ketika tadi dia ingin lari, Sabaku mengeluarkan sebuah cambuk kecil lalu mencambukkannya pada betisnya. Sehingga betisnya kini membiru. Membuat dirinya tak bisa melawan SS. Kakinya begitu sakit. SS bahkan tidak peduli pada keadaannya.
"Henthi..khan… Kumohhon…"gadis itu mengerang.
"Berisik sekali sih… Tutup saja mulutnya, Sasuke…"
"Kau yakin, Gaara? Aku kan mau membuktikan apa desahannya terdengar sangat menggairahkan atau tidak seperti kata 'dia'."
"Terserah kau sajalah kalau begitu."
"Bagus. Ayo kita langsung lakukan saja supaya kita tahu!"ucap Sasuke pergi dari sisi bawah gadis itu. Melepas ikatan yang ada di sisi tiang, lalu dia merebahkan dirinya, dan membawa tubuh si gadis tepat ke atas celana seragamnya yang entah kapan sudah dibukanya. Gadis itu meronta, namun apa daya. Tubuhnya, bahkan jiwanya terlalu lemah untuk melakukan perlawanan. Darah merah di atas kulit yang membiru itu akan menjadi saksi dari kelamnya ingatan waktu itu pada si gadis…
.
.
Back to Konoha High.
.
.
"STOOOOP!"ucap gadis ber-iris dedaunan sebelumnya. Baru saja capai berlari dari lantai tiga ke lantai dasar, sekarang dia menghadapi tatapan tajam dari Sabaku yang tak senang pertarungannya digubris. Tak lama tatapan itu menusuk, Gaara kembali menatap garang pada pemuda di hadapannya. Gadis tadi terkaget karena diacuhkan. Lalu dia menyeruak di antara Gaara serta pemuda tadi.
"Hentikan. Apa kalian tidak mendengar kata-kataku?"katanya berang. Gadis itu bertahan dan menahan amarah pemuda di belakangnya. Pemuda yang ia kenal baik.
"Minggir, bitch. Get outta the hell."ucap Sasuke membalas. Dia ikut jengkel karena ada penganggu. Dia melewati Gaara untuk mendekati gadis yang datang tiba-tiba itu. Dilihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak lupa juga ia sengaja berlama-lama di bagian dada perempuan itu yang memang cukup besar. Gadis itu mendengus kesal. Memundurkan dirinya dari penglihatan Sasuke yag terlalu intens. Sasuke jadi tertawa melihatnya. Kembali didekati gadis itu olehnya. Dia menarik dagu si gadis ke arahnya.
"Maaf. Sebaiknya kau pergi atau berarti kau meminta untuk kami…" Sasuke melanjutkan kata-katanya tepat di sebelah telinga si gadis. Suaranya ia pelankan yang terdengar seperti desahan. Ketika kalimatnya selesai, muka si gadis sudah memerah. Bukan malu. Tapi sepertinya ia bertambah kesal karena kalimat Sasuke. Dia dorong badan Sasuke kencang agar menjauh darinya. Pemuda yang ada di belakangnya pun langsung memberikan perlindungan untuk si gadis. Dipeluknya gadis itu dan menggiringnya ke balik punggungnya.
"Dia tak ada hubungannya dengan ini, kepala ayam."ucap si pemuda. Sasuke memandangnya dingin. Tapi dia tidak membalas apa-apa. Hanya meninggalkan mereka semua, setelah menepuk pundak Gaara sebentar. Nampak sekali dia malas. Dan Gaara yang ditinggalkan sudah tidak tertarik lagi dengan apa yang ada di depannya.
"Kita lanjutkan sepulang sekolah. L-A-N-D-A-K."ucapnya sambil berlalu. Sementara orang-orang di sekitar yang sedari tadi memperhatikan seksama langsung mendekati si pemuda dan si gadis tadi. Ribut-ribut menanyakan urusan mereka.
.
.
At 1-5 in Konoha High.
.
.
"Hei, hei kalian lihat kejadian di lapangan tadi pagi, tidak?"
"Wah, tadi itu parah juga ya…"
"Kurasa mereka punya masalah sewaktu masih di junior high."
Was wes wos was wes wos.
.
.
Ramai sekali.
Itulah yang dipikirkan seorang gadis bersurai biru keunguan yang duduk memojok di kelas 1-5. Ini hari pertama dia menjalani kehidupan high school dan nampaknya orang-orang sekitar sudah akrab. Atau lebih tepatnya bising. Gadis yang semula mengkhawatirkan keadaan sekolah baru ini, jadi tidak memusingkannya lagi. Malah saat ini, di depannya berkumpul teman-teman sekelasnya. Dan mereka pun sepertinya memperbincangkan masalah yang sama dengan orang-orang lain. Sayang, gadis ini tidak mengetahui apapun. Karena sebenarnya tadi pagi dia terlambat datang. Sehingga dia baru sampai tepat waktu upacara dimulai. Untung saja pagarnya dibiarkan terbuka begitu saja.
"Hyuuga-san, menurutmu sendiri bagaimana?"tanya teman sekelas gadis tadi. Gadis perawakan mungil yang mencepol rambutnya di kedua sisi seperti telinga beruang. Gadis tadi hanya tersenyum kikuk. Takut ketahuan kalau sebenarnya dia tak tahu apa-apa.
"Bukankah Hyuuga-san tadi datang terlambat? Kurasa dia tidak tahu apa-apa."seru gadis berambut coklat panjang bernama Haku. Dia menengok ke arah gadis tadi –yang bernama Hyuuga- untuk mengetes apakah pertanyaannya benar atau tidak. Hinata mengangguk malu. Gadis bercepol tadi melengos lalu mulai bercerita.
"Oh, kukira kau tahu. Maafkan aku ya, Hyuuga-san. Jadi begini, tadi pagi sebelum upacara dimulai, ada anak-anak baru yang bertengkar dengan kakak kelas kita. Ada dua anak kelas satu –notabene memakai blazer saat upacara penerimaan- dan dua anak kelas dua. Entah apa yang mereka ributkan, tapi sepertinya heboh sekali. Salah satu kakak kelas yang memulainya. Namun, kemudian datang seorang kakak kelas yang melerai mereka. Setelahnya semua orang langsung membicarakan anak baru itu. Bahkan kata anak cowok, dua anak kelas satu itu tidak boleh dianggap remeh. Kabarnya mereka adalah biang kerok di sekolah mereka yang lama!" Gadis cepol itu bercerita dengan semangat.
"Pe.. Pelan-pelan saja bicaranya, Maito-san.."nasihat gadis bermarga Hyuuga itu pada gadis bercepol tadi.
"Ah, Hyuuga-san, kau panggil aku Tenten saja. Kalau Maito nanti tertukar dengan kakakku, Lee."
"Oh, baiklah Tenten.. Lalu, siapa sebenarnya anak kelas satu itu?"
"Hmm, aku agak lupa namanya.. Pokoknya yang satu berambut merah dan satunya lagi berambut biru. Apa Haku tahu?"tanya Tenten pada Haku. Haku menggeleng.
"Uchiha dan Sabaku." Tiba-tiba ada suara memecah kebingungan para gadis. Seorang pemuda dengan wajah penuh tato ungu menyeruak pembicaraan dari jendela kelas. Gadis-gadis tadi tentu saja kaget. Tapi pemuda yang baru datang itu kemudian melanjutkan kata-katanya.
"Kuharap kalian tidak membicarakan mereka lebih jauh. Karena asal kalian tahu saja, berurusan dengan mereka bukanlah hal yang menyenangkan, gadis-gadis…" Begitu akhiri ucapan pemuda tadi. Gadis-gadis tadi masih bengong. Namun Tenten lalu bertanya pada pemuda ini,
"Siapa kau? Dan apa kau kenal dengan dua orang tadi?"
"Aku… Mmm, panggil saja aku Kankurou. Aku anak kelas 2-2. Tepat di depan kelas kalian ini." Dia menunjuk ke kelas di belakangnya. Dan memang benar, plang-nya memperlihatkan angka 2-2. Setelahnya dia pergi meninggalkan gadis-gadis tadi. Masuk ke kelasnya sendiri. Tenten, Haku dan Hyuuga memandang satu sama lain lalu sedikit tertawa.
"Kaget ya, tiba-tiba orang itu masuk dan menjawab pertanyaan kita."bisik Tenten. Haku mengangguk. Hyuuga tersenyum kecil. Perbincangan itu terus berlanjut sampai guru mereka datang. Guru yang manis dan masih muda bernama Shizune. Guru itu menerangkan segala sesuatu tentang sekolah mereka yang baru.
Semuanya terasa tenang-tenang saja. Itulah yang dipikirkan gadis bersurai biru keunguan tadi. Gadis bernama lengkap Hyuuga Hinata inilah sang pemeran utama dalam panggung ini.
.
.
Lunchtime in Konoha High.
.
.
Hyuuga, atau Hinata, melangkah menuju kantin sekolahnya. Kantin besar yang menyediakan makan siang jadi murid-murid tidak perlu membawa bekal makanan sendiri. Dia tak sendirian. Tenten juga haku ikut bersamanya. Ketiga gadis ini menjadi akrab semenjak peristiwa 'kakak kelas Sok Kenal Sok Deket (SKSD) bernama Kankurou' tadi pagi. Ketiganya berjalan mantap. Tapi di perbelokan lorong, mereka melihat keributan di sebuah kelas. Karena penasaran, akhirnya mereka mengurungkan niat untuk makan dan malah mengintip ada apa sebenarnya di kelas sumber keributan itu. Mendekat, mendekat, lalu mereka pelan-pelan menengok dari jendela.
Dan ternyata, di kelas itu, tepatnya ruang komputer, sedang dalam huru-hara. Satu kelas ribut di depan komputer masing-masing. Tenten memberanikan diri bertanya pada salah seorang gadis paling dekat dengan jendela. Gadis itu sendiri nampaknya shock dengan pemandangan di hadapannya.
"Maaf, ada apa ini?"
Gadis itu diam.
"Maaf, ada apa dengan keributan ini?"
Gadis itu masih terdiam.
"Maaf! Apa yang terjadi disini?"
Gadis itu tersentak. Lalu menengok ke arah Tenten dengan wajah yang penuh ketakutan. Tatapan hijau dari matanya kosong. Mukanya pucat dan dialiri banyak keringat. Anak gadis tiga tadi ikut terkejut dan alih-alih mengkhawatirkan gadis itu. Mereka masuk ke dalam kelas yang masih ribut itu, dan membopong gadis yang masih diam itu.
Tenten dan Haku langsung meminta bantuan teman sekelas gadis itu, sementara Hinata masih berada dalam ruang komputer. Dia sangat penasaran. Dia duduk di kursi gadis yang telah dibawa Tenten juga Haku. Matanya terbelalak. Dia seakan tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.
Pada komputer itu, tepatnya layarnya, ada video yang tak pantas untuk dipajang. Video seks. Tapi sepertinya videonya berkualitas rendahan karena Hinata tidak bisa melihatnya terlalu jelas. Video itu menampakkan sosok banyak laki-laki paruh baya yang telanjang. Dan ketika semua laki-laki bertampang menjijikkan –bagi Hinata- itu minggir dari hadapan video, ada sesosok orang yang kembali membuat Hinata tercengang. Gadis tadi!
Muka Hinata menampakkan kebingungan. Kini dia menengok ke arah komputer lain di sebelah komputer tadi. Semua komputer menunjukkan video yang sama dengan yang dilihatnya pada komputer pertama. Sedikit Hinata menguping pembicaraan anak-anak di kelas itu yang masih tersisa.
"Cepat sekali pembalasannya. Bahkan kakak kelas pun tak segan-segan mereka beri pelajaran."
Kakak kelas? Maksudnya anak gadis tadi? Pikir Hinata.
"Kasihan sekali Sakura. Padahal dia hanya melerai perkelahian mereka dengan Naruto tadi pagi."
Perkelahian tadi pagi? Kepala Hinata kembali memutar kalimat yang masih segar di ingatannya.
.
.
"Tadi pagi anak baru bertengkar…"
"Mereka biang kerok di sekolah yang lama.."
"Uchiha…
-Dan
-Sabaku…"
.
.
Hinata melenggang pergi. Dengan fakta bahwa, sekolahnya ini tidaklah setenang yang ia kira.
.
.
Roll to chapter two…
A/N
Okay, this is anouncement board. First, I put Fem!Haku in this story. Second, the guy and the girl appear in fight with Sasuke and Gaara are Naruto and Sakura.. Congrats if you can guess it from the start. LOL
And, I will make this fic as threesome. So, don't ask me to pairing Hinata with one of them. LOOOL…
So, for my nice dream, one review please? -XXX-
