Aku tidak me-own fate/Stay Night, ini hanya fict.

©Nasu Kinoko-Type-Moon.

Warning: mungkin ada OOC, AU, gaje, lebay, kualitas bahasa rendah, dll.

It's your Fate.

Chapter 1: Sabrina=Saber?

Sudah beberapa tahun sejak Saber meninggalkan Shirou di akhir perang cawan suci. Pemuda yang sekarang mungkin masih tinggal di rumah kediaman Emiya itu masih saja merindukan Saber dan sering berkhayal Saber akan datang lagi. Harapan yang tidak mungkin terjadi.

"Aku berangkaaat." Aku pun melangkahkan kaki keluar rumah berlantai kayu tersebut dan mulai berjalan.

"hhh… hari-hari tetap sepi tanpamu, tahu…" aku mengeluh. Kalau saja Saber tidak perlu pergi… ah, tapi apa yang kupikirkan tidak seperti realita. Huuh… tapi, tetap saja…

Seraya melanjutkan langkah kaki untuk berangkat ke sekolah, aku berpapasan dengan seseorang. Gadis sebayaku dengan jaket berwarna merah dari sekolahku yang nampak pas dan elegan jika dipakainya. Semakin dilihat, semakin kagum aku jadinya. Tapi, tatapan tsundere-nya memecahkan kekagumanku. Dia pun berjalan menghampiriku dan berkata;

"Baka! Sedang apa lihat-lihat! Udah mau telat, tahu!" ya. Gadis ber-twintail warna cokelat tua itu memarahiku dengan omelannya yang biasa kudapatkan setiap pagi. Kita pun berjalan bersama ke sekolah.

"hei, Shirou. Ada perkembangan dengan kekuatan sihirmu?" Rin Tohsaka, gadis ber-twintail itu, bertanya padaku.

"Eh? Tidak banyak, sih… karena tidak ada yang bisa kulakukan dengan kekuatan sorcery-ku, aku jadi malas berlatih." Aku menjawabnya sambil melihat tangan kiriku yang dulunya adalah bekas tato Reijuu yang merupakan perjanjian antara aku dan Saber.

Rin pun berjalan kedepanku dan berhenti. Sepertinya dia menghentikanku berjalan untuk mengatakan sesuatu.

"Bodoh! Setiap hari adalah pertempuran! Bagaimana kamu bisa hidup dengan kekuatan sebatas ini saja, sih!" dia pun berteriak dan memarahiku dengan suara tingginya yang cocok dengan penampilannya itu.

"Maaf, maaf… tapi tidak ada yang bisa dilakukan…" Belum aku menyelesaikan kata-kataku, perhatianku teralih kepada seorang gadis dengan rambut pirang dan mata berwarna hijau kebiruan itu yang mengingatkanku pada seseorang yang dulu pernah kucintai.

"Saber?" aku tiba-tiba berbisik.

"Shirou? Kamu kenapa?" Rin bertanya dengan wajahnya yang tadi marah, menjadi agak tenang, tapi penasaran.

"Ti… tidak… aku… hanya…" aku pun menjawabnya tanpa tahu apa yang aku katakan barusan. Perhatianku benar-benar teralih pada gadis itu. Tapi ada yang aneh. Kenapa dia mengenakan seragam sekolah kita?

"RING, RING, RING." Bel masuk berbunyi. Tandanya aku harus segera masuk ke kelas.

"Kelas, beri hormat." Ketua kelas yang tak lain adalah Taniguchi* itu pun memberi aba-aba pada kita untuk memberi salam pada guru yang akan mengajar pelajaran pertama pagi ini.

"Selamat pagi semua. Sebelum kita memulai pelajaran…" Guru yang bernama Erika Mounts itu pun mengambil semacam folder dari tas kulitnya itu dan berkata;

"Kita ada murid pindahan baru dari Washington D.C, silahkan masuk, nak…" Erika-sensei pun melanjutkan sambil mempersilahkan murid baru itu masuk. Mataku langsung terbelalak. Aku tidak percaya pada mataku sendiri. Ini mimpi? Atau semacam simulasi? Apakah aku terjebak di semacam Alternate Universe? Aku bingung sekaligus senang dan takut, karena yang kulihat di depan mataku tak lain tak bukan adalah… Saber!

"Please to meet you. I'm Sabrina." Murid baru yang terlihat seperti Saber itu mengakui bahwa namanya Sabrina. Tunggu, bagaimana bisa? Ah, mungkin hanya mirip saja…

Tidak mungkin dia Saber in disguise kan!

Sementara aku panik dengan duniaku sendiri, aku tak sadar bahwa Erika-Sensei telah menempatkan Sabrina untuk duduk di sebelahku. What The…!

"Please to Meet you." Suara yang sangat mirip dengan Saber itu pun memasuki telingaku.

"Ha… I… iya…" aku hanya menjawab dengan sesingkat itu. Aku tak tahu harus bilang apa! Masa' aku langsung terang-terangan mengatakan bahwa dia itu Saber! Atau menuliskan surat! Aku sungguh bingung. Bahasa Inggrisku pun tak dapat dikatakan bagus. Harus apa akuu!

Dari kejauhan, aku tak sengaja melihat Rin yang sedang mengamati Sabrina dengan tatapan tsundere. Atau aku yang lagi error? Sudahlah. Hal yang penting adalah, aku harus mencari tahu siapa Sabrina sebenarnya!

Waktu Istirahat.

Aku mencoba untuk tidak meluputkan pandanganku dari Sabrina. Kucoba segala upaya untuk melihatnya, memperhatikan tingkah lakunya, caranya berbicara, dan sebagainya. Tapi mengapa tetap tak terasa apa-apa di hatiku? Aku pun memutuskan untuk duduk di atap sambil memakan bekal yang Sakura buatkan untukku.

"Haaah…" dengan menatap langit, aku pun putus asa. Sepertinya harapanku untuk melihat Saber sekali lagi sudah pupus. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Karena hanya aku sendiri di atap dan tidak ada orang lain yang sedang makan disitu, aku pun berdiri.

"!" aku pun berteriak sekencang yang kubisa untuk meluapkan keputus asaanku atas hilangnya Saber. Meskipun sudah setahun berlalu, aku tetap tidak dapat melupakannya dari pikiranku, maupun jiwaku.

"Tep."

Ada suara langkah kaki?

Kukira hanya aku saja yang berada di atap. Jadi malu aku. Sial! Harusnya tadi aku pakai suara hati saja! Siapa yang sedang melangkah tapi?

Bayangannya mulai terlihat. Sesosok gadis berambut pirang dengan antenna di atas rambutnya. Sabrina!

"Kenapa kamu berteriak?" tanyanya bingung. Lho! Dia bisa berbahasa Jepang? Padahal di kelas tadi dia hanya berbicara Bahasa Inggris saja.

"Aku sudah disini sejak tadi dan begitu mendengarmu berteriak 'Saber' begitu kencang, aku pun ingin menyapamu." Dia menyahut lagi dengan suara tenang, persis seperti Saber saat menjelaskan detil-detil perang cawan suci itu.

"E…Eh…kukira tidak ada…" aku pun menjawab dengan panik. Sudah setengah tahun tidak melatih tubuhku lagi, aku pun sepertinya sudah kehilangan satu atau dua skill yang dulunya biasa kupakai dalam pertempuran.

"teriakanmu seperti perempuan, tahu." Sabrina, gadis pirang ini, sepertinya menghinaku dengan berkata seperti ini. Apa maksud perkataannya?

"eh… apa yang kamu maksud dengan itu…?" aku pun bertanya dengan begonya, karena Memang tidak tahu apa maksudnya.

"Maksudku, jangan berteriak dengan suara biasa, putus pita suaramu ntar. Pakai speaker." Gadis pirang ini pun melanjutkan dengan saran. Aneh. Jadi aku harus berteriak lebih kencang dengan speaker? i… ini tidak mirip Saber sama sekali! Ternyata aku salah orang!

"Tenang saja, Shirou. Aku hanya bercanda." Senyumnya sambil melambaikan tangan padaku dan pergi meninggalkanku di atap sekolah.

"…" aku tidak dapat berkata apa-apa.

"RING, RING…" bel masuk berbunyi lagi. Aku pun segera masuk untuk menuruni tangga.

"Dia tidak bersikap seperti Saber, 'kan?" aku kaget. Rin ternyata disebelahku saat aku menuruni tangga.

"To…Tohsaka!" aku pun berteriak karena kaget. Dia ada disitu selama ini dan aku tidak tahu? Oh come on!

"Aku juga memperhatikan dia, Shirou. Dia Memang terlihat persis seperti Saber, tapi Bukan seperti Saber. Itu yang kamu pikirkan, 'kan?" dia bertanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan tatapan introgatif itu. Bukannya malu, aku takut!

"I… iya juga sih… hanya saja… cara dia berbicara…" aku melanjutkan sambil menggaruk-garuk kepala.

"Shirou bodoh, cara berbicara bisa diubah dan ditiru, tapi bagaimana dengan penampilannya? Apa yang kau perkirakan sedang terjadi disini?" Rin melanjutkan lagi sambil menempatkan kedua tangannya itu di pinggang.

"Eh…? Déjà vu?" aku bertanya dengan lugunya. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini.

"SLAP!" tangan yang halus tapi kasar itu pun menampar pipiku.

"Ke…Kenapa kau tampar aku!" aku terjatuh sambil memegang pipiku yang sepertinya merah karena ditampar olehnya.

"Bodoh! Bukan! Mana mungkin ada time slip di waktu seperti ini!" Rin pun melanjutkan sambil memegang dagunya dengan jari-jarinya yang halus (tapi kasar) itu.

"Ja…Jadi apa?" tanyaku penasaran.

"Ya, mana aku tahu! Hanya karena aku sorcerer Bukan berarti aku tahu semua!" dia pun melanjutkan dengan nada kesal.

"Maaf… maaf…" aku pun meminta maaf dengan tangan dibalik kepala. Dia sepertinya kesal.

Tiba-tiba, tanpa kita sadari, ada yang mendengar pembicaraan kita dibalik pilar penyangga itu. Lalu dia pun berbalik badan dan berjalan ke arah kita. Apa itu Saber?

"Kau sepertinya benar, Shirou. aku pun merasa ada yang ganjil dengan Sabrina-san."

To Be Continued…

Xtra note: Taniguchi: ktua kelas. Aku juga tidak tau gimana orangnya, Belum pernah ketemu. Nanti kalau ada ketemu, saya samperin :)