Let Me Loving You the Way I am (WonKyu Ver)
WONKYU
" jika memang aku dan dia tak berjodoh, kenapa takdir
mempertemukanku dengannya?"
.
.
.
"Cho Kyuhyun!"Jantungku terasa berhenti berdetak saat
suara merdu itu memanggil namaku. Aku berhenti melangkah dan mulai
menoleh ke arahnya. Sebenarnya, aku sangat sadar akan
kehadiran pria itu. Pria berlesung pipit yang baru saja
memanggil namaku. Hanya saja aku terlalu gugup dan
tak yakin untuk menyapanya lebih dulu. " S-sunbae-
nim. " Suaraku bergetar karena gugup. Ku genggam erat
tali tas yang berada di dadaku mencoba menyamarkan
getaran tubuhku akibat dari degub jantungku yang
meledak-ledak seperti gunung meletus. Di tambah lagi,
aku shock karena dia memanggilku. Aku hanya tak habis
pikir, dia mengenalku? Pertemuan pertama kami adalah 3
bulan lalu. Terasa ganjil untukku karena mengingat dulu
kami tak pernah bertegur sapa dan dia seseorang yang
terlalu dingin dan tak peduli dengan sekitarnya. Yah,
sebenarnya kami sedikit akrab –terlalu sedikit malah-
karena sesekali kami saling bertukar pesan meski aku
yakin saat berpapasan ia tak mungkin mengenalku. Tapi,
sepertinya aku salah.
"Kemana? Kenapa kau ada disini?" tanyanya sambil
tersenyum lembut. Oh Tuhan, nafasku tercekat. Mengapa
kau ciptakan wajah sesempurna itu? Apakah dia
keturunan angel tanpa cacat?
"Kyu?"
" Y-ya?" ah, pasti aku terlihat sangat bodoh tadi. "A-
aku, ke….." aku pasti semakin terlihat bodoh. Tak salah
memang jika ia bertanya mengapa aku berada disini. Di
fakultas sastra. Aku mahasiswa MIPA dan sekarang aku
berkeliaran di fakultas sastra seorang diri seperti orang
bodoh tanpa ada tujuan. Baiklah, sebenarnya tujuanku
kesini adalah hanya untuk melihatnya –lebih dekat-.
Tapi, aku tak menyangka kalau dia akan mengenal dan
bahkan bertanya padaku.
"Kyu!"
Oh terima kasih Shim Changmin, kali ini kau
menyelamatkanku. "Maaf, sunbae-nim. Aku harus
segera pergi." Aku segera berlari tanpa menoleh lagi
kepadanya. Sedikit tidak rela memang tapi ini bukan saat
yang tepat untukku terus berada di dekatnya.
"Kau? Bagaimana bisa? Kau- Siwon sunbae ?" Changmin
langsung memberondongku dengan pertanyaan abstrak
begitu aku berada di hadapannya. Wajahnya tetap
tampan meski ia berekspresi aneh yang menggelikan,
mata membulat dan mulut terbuka.
Aku terkekeh geli melihat ekspresinya. "Aku juga tak
mengerti." Kataku menjawab pertanyaan abstrak yang
diciptakannya. " Kajja , kita pulang!" aku menarik tangan
kekar Changmin agar melangkah mengikutiku.
"Ya! Kyuhyun- ah , cepat ceritakan padaku!" Changmin
berteriak meminta sebuah cerita. Apa yang harus ku
ceritakan? Aku sendiri tak mengerti dengan apa yang
barusan terjadi. Aku terlalu senang karena ternyata Choi
Siwon sunbae-nim mengenaliku.
"Changmin- ah, ini tanggal berapa?" tanyaku
mengabaikan
teriakannya.
"Eum, 17 Desember. Wae?" Changmin menjawab setelah
melihat layar handphone- nya.
"Changmin- ah, aku senang sekali. Apakah ini mimpi? –
Auww….. Ya! Shim Changmin, kenapa kau mencubitku?"
Aish
sakit sekali. Aigoo , dia mencubit pipiku dengan tenaga
supernya.
"Ini bukan mimpi kyuhyun- ah, kenapa kau mendadak
jadi bodoh seperti ini, huh ?"
"Changmin- ah, kau lihat tadi? Siwon sunbae-nim ,
pangeran impianku mengenalku."
" Jinja ?" lagi-lagi Changmin bertanya dengan ekspresi
aneh
menggelikannya.
"Mm." aku mengangguk mengiyakan. "Karena aku
sedang berbahagia aku akan mentraktirmu makan, kajja
Changmin- ah!"
.
.
.
"Banyak hal tak terduga yang tiba-tiba saja terjadi di
hidup ini. Baik atau buruk itu hanyalah sebuah
perputaran nasib. Terima kasih Tuhan kau telah
memberiku sedikit kebahagiaan ."
.
.
.
Saranghae .
Entah untuk yang keberapa kali, ia kembali membuat
jantungku berdetak tak normal, melumpuhkan seluruh
sistem sarafku, menghantarkan kekosongan ke dalam
otakku dan hanya menyisakan sebuah lengkungan
senyum di bibirku.
Tanganku masih bergetar menggenggam sebuah benda
hitam panjang bernama ponsel . Semenjak hari itu,
aku dan Siwon hyung jadi lebih akrab. Hei, aku bahkan
sudah memanggilnya hyung. Masalah kali ini adalah ia
tiba-tiba saja mengatakan cinta lewat sebuah pesan.
Bolehkah aku berharap bahwa kata cinta itu untukku?
.
Siapa yang sedang kau cintai, hyung?
.
Meski aku sangat berharap aku tak boleh gegabah 'kan?
Mungkin saja dia salah kirim dan aku tak mau
menanggung malu karna terlalu cepat menyimpulkan.
.
Saranghae, Kyuhyun- ah. Cho Kyuhyun, saranghae .
.
Sejujurnya, aku tak terlalu yakin jika ia juga mencintaiku.
Tapi, aku tak peduli meskipun ia hanya menjadikan ini
sebuah lelucon. Aku mencintainya, paling tidak aku bisa
mengungkapkan isi hatiku padanya.
.
Jeongmal? Nado saranghae, hyung.
.
Aku tak kuasa lagi menahan semuanya, aku ingin
berteriak menumpahan segala gejolak yang ada dalam
hatiku. Tuhan, aku mencintainya sangat mencintainya.
Choi Siwon.
. . .
"Sepertinya, ada yang berbeda denganmu hari ini. Kau
mau bercerita?" Changmin bertanya dengan senyuman
lembutnya.
"Changmin- ah, kau tahu? Siwon hyung, dia menyatakan
cinta padaku tadi malam."
" MWO? Kau serius?" Changmin berteriak heboh.
"Jadi kau
sudah berpacaran dengan Siwon sunbae ?"
"Em, entahlah aku tak yakin dengan status hubunganku
dengannya."
" Aish, kenapa bisa seperti itu?"
"Aku tidak tahu Changmin- ah , kemarin aku terlalu
senang
jadi aku lupa menanyakan hal itu, eottohke ?" yeah, aku
lupa dan benar-benar lupa akan hal itu. Sampai saat ini
Siwon hyung belum menghubungiku lagi dan aku tak
berani untuk memulai.
"Sudahlah, aku yakin Siwonn sunbae juga
mencintaimu." Changmin berkata sambil memamerkan
senyum manis hingga mata bambinya menyipit.
Yah, aku harus yakin Siwon hyung pasti mencintaiku
juga. Hey, Cho Kyuhyun bukankah kau sendiri yang
bilang tak peduli meski itu hanya sebuah lelucon, lalu
kenapa tiba-tiba kau jadi berharap lebih seperti itu,
huh ? Ku geleng-gelengkan kepalaku mencoba
menormalkan otakku yang sepertinya sudah tak lagi
berada pada tempatnya hingga aku tak dapat berpikir
dengan baik.
Drrrtt…drtttt
Ku buka handphone- ku yang tiba-tiba bergetar tanda
sebuah pesan masuk.
.
Baby
.
Oh Tuhan, aku benar-benar menjadi kekasihnya? Terima
kasih Tuhan telah memberiku kesempatan untuk bahagia
karena-nya.
.
.
.
" Kenyataan memang terkadang menyakitkan. Namun,
lebih menyakitkan lagi jika kita bermimpi indah dan saat
terbangun lagi kita sadar bahwa hal-hal indah itu hanya
sebuah mimpi."
Waktu berjalan terasa lamban. Ini sudah 3 bulan, dan dia
tak pernah menghubungiku lagi seminggu sesudah ia
mengatakan cinta padaku. Tidak. Dia tidak menghilang.
Tapi dia menghindar dariku, aku tak tahu apa salahku? Ia
meninggalkanku dengan sebuah ketidakpastian.
Akhir-akhir ini berdiri menghadap Fakultas Sastra
menjadi hobby-ku. Bukan. Aku sama sekali tidak tertarik
dengan anak Sastra. Tepat di seberang tempatku berdiri,
di sana ada basecamp club musik dan di sana ada
seseorang yang selalu ku rindukan. Seseorang yang
selalu menghantui mimpi malamku. Aku hanya mampu
menatapnya dari jauh, seperti saat ini. Choi Siwon
sedang tertawa bersama teman-teman se-club-nya. Dia
semakin tampan. Cara ia tersenyum, cara ia tertawa, cara
ia berbicara semua terlihat sempurna. Sepertinya, aku
sudah jatuh terlalu jauh ke dalam jurang pesona
kesempurnaan Choi Siwon yang ku ciptakan sendiri.
Aku tak pernah ingin mencoba menemuinya, aku hanya
takut. Terlalu takut menghadapi kenyataan jika
sebenarnya semua itu hanyalah sebuah lelucon.
Bukankah aku tak peduli? Ini bukan tentang hal itu, aku
mencintainya, dan cinta ini bukan sebuah lelucon.
"kau masih memikirkannya?" tanya Changmin. Aku tak
menjawab ia tahu pasti apa jawabanku. "kenapa tak kau
tanyakan saja? Jika semuanya sudah jelas, bukankah itu
akan lebih mudah untukmu?"
"Aku takut, Changmin- ah." Aku menjawab lirih. Ku
dengar ia
menghela nafas gusar.
"jika memang kau bukan kekasihnya, kau bisa mencari
pria atau gadis lain. Jika dia mengatakan kau
kekasihnya bukankah
kau juga yang merasa tenang karena ternyata selama ini
dia memang kekasihmu?"
Aku terdiam mendengar ucapan Changmin. Dia benar.
Jika
terus seperti ini hanya akan menyiksa perasaanku
sementara Siwon hyung, dia selalu terlihat baik-baik
saja.
"Kau benar, aku akan menyanyakannya nanti."
. . .
Hyung
.
Aku mengirimkan pesan kepadanya, aku tak berani jika
harus menelpon. Aku takut tak bisa mengendalikan
perasaanku, aku takut memarahinya jika kenyataannya ia
hanya menjadikanku leluconnya, dan aku takut
membencinya. Aku takut kehilangannya.
.
Ne, Kyuhyun- ah ?
.
Tuhan ini benar-benar menyakitkan. Kyuhyun? Bukan
Baby seperti biasanya, ini semakin berat.
.
Sebenarnya, selama ini hyung menganggapku apa ?
.
To the point ku rasa pilihan yang tepat, jika terlalu
banyak basa-basi aku pasti akan lebih sulit untuk
benar-benar kehilangannya.
.
Teman, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?
.
Tanganku bergetar. Sial, jadi ia hanya menganggapku
lelucon? Oh Tuhan, apa salahku padanya? Kenapa harus
aku yang ia permainkan? Bukankah ada banyak pria dan
gadis
lain? Kenapa harus aku? Sungguh, aku benar-benar
mencintainya.
.
Jadi waktu itu hyung hanya bercanda?
.
Tentu saja, memangnya kau anggap serius?
.
Astaga, adakah manusia seperti ia? Tak berperasaan!
Dadaku sesak dan mataku panas. Kyuhyun- ah, jangan
menangis! Pria seperti itu tak pantas untuk kau tangisi!
.
Saranghamnida, hyung .
.
Kau terlalu berharap, Kyuhyun- ah ! Ia bahkan tak
menjawab pesan terakhirmu.
Biarlah, biarlah malam ini aku menangis meluapkan
semua rasa sakit yang kurasakan selama 3 bulan ini.
Terima kasih Hyung, kau telah memberikan
sedikit kebahagiaan dihidupku juga kesakitan dihidupku.
Bukankah dunia ini terus berputar? Aku yakin ini akan
segera berlalu. Tak apa, aku mencintaimu Choi Siwon
aku yakin waktu akan mempertemukanku lagi denganmu.
Saranghamnida, Choi Siwon. Saranghamnida,
jeongmal.
.
.
.
" Haruskah ku salahkan rasa cinta ini? Aku tak bisa,
takkan pernah bisa membencimu."
.
.
.
Changmin bilang ada banyak perubahan pada diriku,
setelah
semuanya jelas. Aku jadi lebih banyak tersenyum dan
lebih ceria seperti sebelum aku dekat dengan pria
tampan bernama Choi Siwon itu. Yeah, dibalik semua
yang terjadi pasti ada hikmahnya 'kan? Hanya
bagaimana cara kita menyadari hikmah dari semua yang
terjadi, dan bagaimana cara kita menyikapinya. Tidak
akan ada gunanya untuk terus menerus berlarut dalam
sebuah kesedihan. Patah hati adalah resiko yang akan
kita terima saat kita jatuh cinta. Siap jatuh cinta harus
siap patah hati!
Aku melangkah seorang diri keluar dari kelas. Hari ini
Changmin tak masuk kuliah, katanya sih sakit, tapi aku
yakin sekali kalau sekarang ini dia sedang bersama
kekasihnya. Aku tak habis pikir kenapa manusia
setampan Changmin begitu tergila-gila akan seorang
pria
yang bernama Lee Taemin, sampai diajak bolospun ia
mau saja. Eum, baiklah Lee Taemin itu memang
cantik, aku bahkan begitu
mengagumi kecantikkannya yang alami. Tapi, membolos
hanya untuk berpacaran kan rasanya terlalu berlebihan.
Aish, sudahlah untuk apa aku pikirkan. Itu urusan
mereka dan sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
hidupku.
Deg,
Entah kenapa aku merasakan debaran itu lagi. Debaran
yang kurasakan hanya untuknya, debaran disaat aku
merasakan kehadirannya berada di sekitarku. Kuedarkan
pandanganku menyapu seluruh lingkungan kampus
sejauh mataku bisa menjangkau. Aku melihatnya. Ia
sedang bersama teman-temannya, seperti biasa
bercanda tawa. Jantungku kembali meledak-ledak.
Bahkan aku tak bisa berhenti untuk mencintainya,
jantung sialan ini masih terus meledak-ledak selama ia
berada dalam jangkauan pandanganku. Aku tak
mengerti. Oh tidak, mata itu akhirnya memandangku. Ku
kulum senyumku semanis mungkin agar dia mengerti
bahwa aku sama sekali tak pernah memendam sebuah
dendam secuilpun padanya. Dan…. dia tersenyum,
senyum manis dan lembutnya.
"Baru pulang?" tanyanya.
" Ne, hyung." jawabku. "Aku duluan, hyung." Aku segera
melanjutkan langkahku dengan susah payah, kaki ini
mendadak melemas karena pertanyaannya. Aku bahagia,
paling tidak hubunganku dengannya masih amat sangat
baik-baik saja, meski kami tak sedekat dulu tapi ini
sudah lebih dari cukup untukku.
. . .
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti
hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan
berganti tahun. Semua keadaan di sekelilingku mulai
berubah seiring dengan perputarannya waktu. Tapi, satu
yang tak pernah berubah dalam hidupku. Cintaku
padanya, tak pernah sedekitpun berkurang bahkan
mungkin semakin terus bertambah. Tidak. Aku sudah
tidak pernah menghubunginya lagi, entahlah aku hanya
tak ingin menaruh harapan terlalu tinggi padanya.
Biarlah, aku mencintainya seperti ini memperhatikannya
dari jauh.
"Dia sudah memiliki kekasih." Aku terlonjak kaget
mendengar suara Changmin. Saat ini aku sedang
melakukan
rutinitasku memandang fakultas sastra. Ya ya ya,
basecamp club musik.
" Arrayo. " Sahutku.
" Ne ?" ah selalu saja ia menampilkan ekspresi seperti
itu,
membuatku ingin mencubit pipinya saja. Menggemaskan.
"Berhenti berekspresi seperti itu, atau ku cubit kau!"
" Aish, memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan
ekspresiku?"
" Ani, lupakan saja!"
"Kyu, kau sudah tahu kalau Siwon sunbae sudah
memiliki kekasih?" tanya Changmin lagi.
" Ne ." Yah, aku tahu Siwon hyung sudah memiliki
kekasih saat ini. Aku tahu dari mana? Aku sudah bilang
aku memperhatikannya dari jauh.
"Lalu?"
"Lalu apa?"
"Kau ini, lalu kenapa kau masih berharap padanya?
Kenapa tidak kau coba untuk mencintai orang lain saja?"
Aku terdiam. Aku menunduk mendengar pertanyaannya.
"Sebenarnya,
aku mencintai orang lain. Tapi dia sudah memiliki
kekasih. Dia bahkan sangat mencintai kekasihnya. Dia
rela membolos hanya untuk bertemu dengan kekasihnya.
Apakah aku tak berhak mencintai? Kenapa aku harus
selalu terjebak cinta seperti ini, Changmin- ah ?" aku
mendongak menatap wajahnya sendu.
" Jinjja? Siapa? " Changmin bertanya heboh. "Katakan
padaku,
aku akan membantumu untuk mendapatkannya."
"…"
"Kyuhyun- ah, kenapa diam saja? Cepat katakan
padakku."
Aku menggeleng. "Kau takkan bisa membantuku." Ujarku
pasrah.
"Ayolah, aku yakin aku pasti bisa membantumu. Cepat
katakan!"
"…"
"Kyu!"
"Se-sebenarnya, orang itu…. kau, Changmin- ah !
Bagaimana
ini? Aku mencintaimu Changmin- ah. Tapi, kau sangat
mencintai Taemin- ie. Aku harus bagaimana Changmin-
ah?"
Wajah Changmin memucat. "A-a-aku… aku.." Changmin
tergagap.
Baiklah, aku sudah tak tahan lagi menahan gejolak tawa
yang sedari tadi berkumpul di perutku.
"BWAHAHAHAHA." Tawaku akhirnya pecah.
"Ya! Cho Kyuhyun. kau mengerjaiku, huh ?" teriaknya.
Eiyy, apa kalian berpikir kalau aku sungguh-sungguh
mencintai Changmin? Itu tidak mungkin! Changmin
sudah
memiliki tempat lain di hatiku. Layaknya seperti seorang
kakak, ia selalu menjadi sandaranku ketika ku rapuh.
" Aigoo aigoo, apa kau berpikir aku serius? Hahaha, atau
jangan-jangan sebenarnya kau mencintaiku?"
"Ya! Tentu saja itu tidak mungkin!"
.
.
.
" Biarkan aku mencintaimu dengan caraku sendiri.
Mengagumimu dikejauhan. Mengetahui kau baik-baik
saja itu sudah cukup untukku ."
.
.
.
Tuhan, apakah saat ini Kau sedang menghukumku? Apa
salahku? Apa dosaku? Mengapa Kau tuliskan suratan
takdirku seperti ini? Harapanku musnah, hatiku remuk,
dadaku sesak. Air mataku tak pernah berhenti mengalir
semenjak tadi siang, berharap semua rasa sesak ini
mengalir bersama dengan air mata yang ku jatuhkan.
Choi Siwon, mengapa kau begitu tega? Apa salahku
padamu? Mengapa kau melukaiku sedalam ini?
BRAKK
"Kyu!" suara Changmin bersahutan dengan suara
bantingan pintu apartementku. Changmin berlari ke
arahku.
Aku tak bisa bergerak, tubuhku terasa lemas. Bahkan
rasanya kakiku tak dapat menopang lagi seluruh
tubuhku.
"Cha-changmin- ah , sakit!"
" Wae? Apa yang sakit?" Changmin bertanya dengan
nada
khawatir sambil memeriksa seluruh tubuhku.
"Ini. Disini, sakit sekali Changmin- ah. A-aku, aku..
tidak
sanggup lagi." Aku memukul keras dada kiriku, berharap
rasa sakit itu bisa segera menghilang dari hatiku.
"AAARRRGHHH" aku berteriak sekeras-kerasnya.
Changmin
menarikku ke dalam pelukannya.
"Ssstt, menangislah! Menangislah sepuasmu, biarkan
semuanya berlalu dengan air matamu!" Kurasakan tangan
Changmin mengusap punggungku lembut.
"Di-dia akan menikah, Changmin- ah! Bagaimana
denganku?
Ke-kenapa dia tega sekali padaku? Apa salahku
padanya? Kenapa dia terus melukaiku? Changmin- ah ,
aku
harus bagaimana? Aku mencintainya, Changmin- ah .
Aku
mencintainya!"
" Aniya, kau tidak salah apa-apa. Mungkin dia memang
bukan jodoh mu. Lagipula dia tak pantas mendapatkan
cintamu." Changmin semakin erat
memelukku.
. . .
Aku tak sadar kapan aku tertidur tadi malam, tiba-tiba
saja aku sudah berada di atas tempat tidurku. Mataku
juga tidak terlalu sembab, pasti Changmin mengompres
mataku semalaman. Ku tolehkan kepalaku ke atas nakas.
Disana, ada sebuah undangan pernikahan. Alasan aku
menangis seharian kemarin.
Choi Siwon dan Kim Heechul
Dadaku sesak lagi.
"Kyu, kau sudah bangun?" Changmin masuk ke kamarku
dengan membawa semangkuk jajangmyun dan juga susu
coklat
kesukaanku. "Sarapan dulu." Katanya menyodorkan
Jajangmyun dan susu coklat kepadaku. Aku segera
menyantapnya. Perutku, sudah meronta minta diisi karna
sejak kemarin aku tak memasukkan apapun ke dalam
perutku.
"Changmin- ah, aku… bisakah kau temani aku ke acara
pernikahan Siwon hyung?" tanyaku hati-hati.
" MWO? Kau gila? Untuk apa kau datang? Kau ingin
melukai dirimu sendiri, huh?" err- dia marahkan.
" Aniya, aku hanya ingin mengucapkan selamat padanya.
Ini adalah hari bahagia untuknya, aku harus memberikan
selamat untuknya." Ujarku sambil tersenyum.
"Tsk, jangan tersenyum seperti itu!"
" Jebal, Changmin- ah !" ku kerahkan jurus puppy eyes
ku.
"Apa-apaan itu! Tidak akan!"
"Changmin- ah ….."
. . .
Setelah mengalami penolakkan yang mentah-mentah
dari Changmin, akhirnya ia luluh dan mau menemaniku
menghadiri pesta pernikahan Siwon hyung. Ku edarkan
pandanganku ke seluruh ruangan mencari keberadaan
kedua mempelai. Ah, Siwon hyung dia terlihat tampan
dengan balutan tuxedo putihnya andai saja aku yang
saat ini mendampinginya. Aish, mataku panas. Aku
menarik lengan Changmin melangkah ke arah kedua
mempelai. Semakin langkahku mendekat semakin ku
lebarkan senyumku untuk menutupi rasa sakit yang terus
menerus menggerogoti hatiku.
Heechul, pria beruntung itu sangat cantik dengan tuxedo
putihnya sangat serasi berdampingan dengan Siwon
hyung yang tak pernah sedetikpun melepaskan
rangkulannya di pinggang ramping Heechul. Senyum
merekah di bibir mereka menunjukkan bahwa mereka
sangat bahagia atas pernikahan yang baru saja terjadi.
Andai saja, aku yang berada dalam rangkulan Siwon
hyung saat ini.
Changmin meraih tangan kiriku dan menggenggamnya
erat
memberikan kekuatan untukku. Ia tahu pasti apa yang
kurasakan saat ini. Hanya tinggal beberapa langkah lagi
kami sampai ke tempat mereka.
"Kyuhyun- ah." Siwon hyung memanggilku. ku
sunggingkan senyumku dan segera meraih tangannya
untuk berjabat.
"Selamat, hyung."
Ketika tangan itu berada dalam genggamanku, rasanya
ada ribuan listrik yang menyengat jantungku
memberikan debaran yang tak pernah berubah untuknya.
Bolehkah? Bolehkah aku berharap waktu berhenti saat
ini? Saat tangan itu berada dalam genggamanku, saat
mata itu hanya menatapku, dan saat senyum itu hanya
ia tunjukkan padaku. Choi Siwon, saranghamnida.
.
END
.
Note : mm ini sebenarnya ff pertama saya, pernah di post
di SJFF dan blog korean fanfic dengan main cast
kyuhyun dan saya sendiri, lalu kemudian saya remake
dan mengganti cast utama menjadi wonkyu.. mungkin
akan terasa aneh karena awalnya ini ff straight tapi saya
rubah menjadi boys love.. dimana hubungan sesama
sudah lumrah di versi ini...
Sedikit cerita, ff ini diangkat dari kisah cinta pertama
saya sendiri … ff ini pertama di publish tanggal 10
januari 2013 dimana saya masih berhubungan baik
dengan cinta pertama saya, rrr saya tidak tau kalau
ternyata ending ff ini menjadi kenyataan. tanggal 8 juni
2014 kemarin cinta pertama saya menikah dan
mengundang saya, bedanya saya tidak datang
kepernikahannya karena tempatnya jauh.. dan sekarang
istrinya sedang hamil entah berapa bulan..
Yang pasti saya publish ulang ff ini karena saya sedang
merindukan cinta pertama saya /krik krik/
Oke sekian …..
